Breaking News

UKM 'Kopi Sokoria Ende' jadi Cinderamata Berharga Kunker Wamen Desa PDTT dan Anggota DPD RI 19 Dec 2019 09:07

Article image
Direktur BUMDes Sokoria, Ferdianus Rega (kedua daeri kiri) saat menyerahkan cinderamata Kopi Sokoria kepada Wamen Budi Arie Setiadi dan Anggota DPD RI, Angelo Wake Kako saat kunker di desa Bhera Mari, Kecamatan Nangapanda, Ende, NTT. (Foto: Che)
"Bagi kami, kopi adalah simbol identitas dan jadi diri yang memiliki citarasa dari dalam (inner beauty), selain nilai jual ekonomis," ungkap Ferdy.

ENDE, IndonesiaSatu.co-- Wakil Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Wamen Desa PDTT), Budi Arie Setiadi dan Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI, Angelius Wake Kako, Selasa (17/12/19) melakukan kunjungan kerja (kunker) di Kabupaten Ende, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).

Cinderamata 'Kopi Sokoria'

Pada salah satu titik kunjungan yakni di Desa Bhera Mari, Kecamatan Nangapanda, Wamen Budi dan Senator Angelo langsung disuguhkan cinderamata yakni Kopi Sokoria sebagai salah satu produk ekonomi kreatif masyarakat dan petani Kopi di Desa Sokoria, Kecamatan Ndona Timur, Kabupaten Ende.

Acara penyerahan cinderamata tersebut disaksikan Direktorat Jenderal PPMD, Taufik Madjit, Kadis PMD Provinsi NTT, Piter Manuk, Forkompinda, para kepala desa dan segenap masyarakat.

Penggagas usaha Kopi Sokoria sekaligus Direktur Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Sokoria, Ferdianus Rega kepada media ini mengaku sangat berbangga, karena Kopi Sokoria dapat menjadi salah satu kado terindah hasil masyarakat kepada Menteri Desa.

"Kami sangat berbangga. Ini adalah salah satu hasil usaha dan komitmen bersama masyarakat guna mengangkat citarasa dan entitas budaya Ende-Lio yakni kopi. Bagi kami, kopi adalah simbol identitas dan jadi diri yang memiliki citarasa dari dalam (inner beauty), selain nilai jual ekonomis," ungkap Ferdy.

Ferdy menerangkan bahwa awal mula usaha Kopi Sokoria digagas dalam bentuk Koperasi yang mulai terbentuk Maret 2017 lalu. Selanjutnya, koordinasi pengelolaan usaha tersebut dibuat secara legal di bawah naungan BUMDes Sokoria sejak Mei 2019.

Ia mengaku, Kopi Sokoria sebagai salah satu jembatan menuju tujuan yakni peningkatan SDM masyarakat dan petani kopi Desa Sokoria lewat program pendidikan Kopi Pintar (Kopintar) bagi anak-anak, kaum remaja dan masyarakat.

"Dalam tradisi Ende-Lio, filosofi kopi ibarat seorang ibu/wanita yang memiliki simbol terhormat, dihargai. Demikian kopi, memiliki citarasa dari dalam (inner beauty). Selain itu, ada nilai luhur di balik usaha ini yakni membangun karakter diri (attitude), pengetahuan (mindset) serta gotong-royong (team work)," terangnya.

Citarasa Berbeda dan Khas

Ferdy mengatakan bahwa Kopi Sokoria memiliki kekhasan dengan kandungan kopi organik, sehat, aroma yang khas dengan citarasa unik karena mengandung rasa cokelat, gula merah dan rempah-rempah lokal.

Ia menjelaskan bahwa untuk sentra produk saat ini tersedi 1,5 ton kopi bubuk dengan tiga varian utama yakni; premium, grade 1 dan grade 2 dari dua jenis kopi yakni Arabica dan Robusta.

Sementara variasi kemasan dan harga pemasaran tergantung varian.

"Untuk varian premium terdiri dari 150 gram, 250 gram, 500 gram hingga 1 kg, dengan harga pemasaran yakni Rp.40.000 hingga Rp.240.000. Sementara untuk grade 1, harga pemasaran yakni Rp.30.000 hingga Rp.200.000. Sedangkan untuk varian grade 2, harga mulai Rp.45.000 hingga Rp.150.000," urainya.

Pada kesempatan yang sama, Ferdy juga menyampaikan terima kasih atas dukungan pemerintah melalui Kemendes PDTT yang telah menyalurkan bantuan kendaraan jenis Pick pada tahu 2018 sehingga bermanfaat dalam mempelancar proses pengangkutan dari kebun ke tempat pengolahan, menghemat biaya pengangkutan, serta meningkatkan produksi kopi.

Harapan Market Place

Ferdy mengaku, selain terus berkomitmen meningkatkan usaha tersebut, pihaknya mengharapkan dukungan pemerintah agar menyediakan Market Place (rumah dagang) di kota Ende dan di kota-kota besar lainnya sebagai pusat representasi produk lokal Ende serta meningkatkan akses pemasaran baik regional, nasional maupun internasional.

Ia mengaku, saat ini akses pemasaran masih pada tingkat kemitraan dengan skala kecil-menengah di antaranya Mokka Coffee Ende.

"Kami masih membutuhkan alat (mesin) kopi untuk pertanian; mesin traktor untuk pembukaan lahan kopi; untuk processor dibutuhkan mesin pengolahan, mesin pulper dan hulling serta mesin sortase. Sedangkan untuk industri (coffee shop), dibutuhkan mesin roasting, mesin giling dan mesin packaging," harapnya.

Usaha ekonomi kreatif tersebut mendapat apresiasi dan dukungan dari Angelo Wake Kako yang adalah Senator Dapil NTT.

Menurutnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) melalui Menteri Desa dan PDDT telah menempatkan kebijakan-kebijakan strategis untuk kepentingan masyarakat desa.

"Kunjungan kerja dari pusat harus berdampak riil seperti ini. Rugi jika hanya dijadikan agenda rutinitas. Itu tugas dan tanggung jawab kita semua untuk memanfaatkan kucuran besar Dana Desa dari pusat melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 5 tahun ke depan," kata Angelo.

Wakil Ketua Badan Akuntabilitas Publik (BAP) DPD RI ini memotivasi agar Desa perlu membuat kebijakan dan terobosan kreatif dan inovatif sehingga visi pemerintah membangun dari pinggiran dapat mendongkrak pembangunan secara nasional.

"Desa Harus menjadi poros perubahan dan penggerak roda pembangunan sehingga berdampak pada pembangunan daerah baik kabupaten/kota, provinsi hingga nasional. Produk Kopi Sokoria ini patut diberi apresiasi dan dukungan serta motivasi bagi desa-desa lain guna mengoptimalkan potensi lokal yang ada. Prinsipnya, Desa maju, Negara maju. Desa harus menjadi barometer kemajuan daerah," support Angelo. 

 

--- Guche Montero

Komentar