Breaking News

HUKUM Bertemu Kakanwil Kemenkumham NTT, TPDI: Napiter Titipan Harus Diawasi Ketat 06 Jun 2018 23:06

Article image
Tim Pembela Demokrasi Indonesia (TPDI) saat bertemu Kakanwil Kemenkumham NTT (Foto: Dok. PS)
masyarakat NTT tidak perlu merasa kuatir dengan napiter yang dititipkandi NTT, karena pengamanan dan pengawasan terhadap napiter itu dilakukan secara khusus.

KUPANG, IndonesiaSatu.co-- Kebijakan pemerintah menitipkan 10 narapidana teroris (napiter) di sejumlah Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) dan Rumah tahanan (rutan) di NTT sempat menuai sorotan publik terutama dari Tim Pembela Demokrasi Indonesia (TPDI).

Meski demikian, pihak Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM (Kanwil Kemenkumham) NTT meminta masyarakat NTT tidak perlu merasa kuatir dengan adanya penitipan 10 napiter di sejumlah Lapas dan Rutan di NTT. Alasannya bahwa, pengawasan terhadap napiter itu dilakukan secara ketat, selain para napiter ditempatkan di ruang isolasi.

Kepada media ini, koordinator TPDI, Petrus Selestinus, usai bertemu dengan Kepala Kanwil Kemenkumham NTT, Yudi Kurniadi, Rabu (6/6/18) mengatakan bahwa pertemuan yang dilakukan secara tertutup tersebut membahas mengenai kebijakan pemerintah menitipkan napiter di NTT guna mendapat gambaran objektif dan klarifikasi dari Kakanwil yang memiliki otoritas terkait keberadaan para napiter titipan tersebut.

“Masyarakat NTT tentu sangat terkejut dengan adanya informasi bahwa ada 10 napiter yang dititipkan di NTT. Maka, atas permintaan Kakanwil Kemenkumham NTT sehubungan dengan napiter di NTT, digelarlah pertemuan secara tertutup guna membahas hal tersebut,” ungkap Advokat Peradi ini.

Menurut penjelasan Kakanwil Kemenkum dan HAM NTT, kata Petrus, masyarakat NTT tidak perlu merasa kuatir dengan napiter yang dititipkandi NTT, karena pengamanan dan pengawasan terhadap napiter itu dilakukan secara khusus.

“Pihak Kakanwil memastikan bahwa kebijakan Dirjen Pemasyarakatan tentang tentang penitipan napiter di Lapas dan Rutan di beberapa kabupaten di NTT seperti di Atambua, Kefamenanu, Alor, Sumba Timur dan kabupaten Ende, memang benar dan dimaksudkan untuk program deradikalisasi para napiter dengan kriteria tertentu dan penitipannya di kamar sel khusus dan terpisah (isolasi) dari para napi lain dengan sistem pengawasan ketat. Jadi pengawasan itu dilakukan agar napiter tidak melakukan kontak dengan sesama napi maupun yang membesuknya," kata Petrus.

Petrus juga menegaskan bahwa sejak mendapat informasi dari sumber yang dipercaya, TPDI tidak pernah membantah bahwa adanya napiter yang dititipkan di NTT.

"Pak Kakanwil bantah, karena waktu itu ditanyai wartawan soal napiter dari Mako Brimob apakah ada yang dititipkan ke NTT, makanya dijawab tidak ada penitipan napiter di NTT. Jadi itu konteksnya napiter dari Mako Brimob. Sedangkan, napiter yang ada di NTT itu ada. Sesuai hasil pertemuan dengan Kakanwilkumham, ditegaskan bahwa khusus napiter di NTT dilakukan pembinaan khusus yang berbeda dengan napi lainnya," terangnya.

Menurut Petrus, meski dalam penjelasannya, Yudi Kurniadi mengatakan bahwa para napiter yang dititipkan itu bukan kriteria aktor intelektual melainkan sebagai pelaku turut serta yang secara tidak langsung dianggap membantu pelaku teroris, namun TPDI tetap menuntut tanggung jawab pemerintah pusat hingga Gubernur NTT.

"TPDI tetap mendesak agar pemerintah pusat melalui Kemenkumham Ri dan Gubernur NTT, untuk segera menghentikan kebijakan penitipan napiter di NTT karena tidak didukung oleh sistem 'maximum security'. Gubernur NTT harus bersikap transparan terhadap masyarakt NTT serta mengambil sikap tegas untuk mencegah segala kemungkinan negatif yang akan terjadi terhadap kebijakan kontroversial ini," kata Petrus.

Untuk diketahui, saat ini ada 10 orang napiter yang dititipkan di sejumlah Lapas dan Rutan di NTT. Kesepuluh napiter itu, terbanyak dari Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB) sebanyak empat orang, dua orang dari Jawa Tengah, satu orang dari Sulawesi Tengah, satu napiter dari Jakarta, satu orang dari Samarinda dan satunya dari Lampung.

Selain Koordinator TPDI, turut hadir pada pertemuan tersebut sejumlah advokat di NTT antara lain Luis Balun, Marthin Lau, Petrus Lomanledo dan Reyza Djami.

--- Guche Montero

Komentar