Breaking News

KIAT Cara Mengelola Rasa Marah Terhadap Rekan Kerja 02 Nov 2016 13:00

Article image
Anda tak bisa begitu saja marah-marah pada rekan kerja seperti Anda sedang berada di rumah. (Foto: Advancing Women)
Jika konflik Anda dan rekan kerja Anda terlalu besar untuk diselesaikan berdua saja, ajak seorang mediator untuk menengahi.

SEBESAR apapun rasa cinta Anda pada pekerjaan, akan ada masanya terjadi sesuatu yang membuat Anda marah kepada rekan kerja atau bawahan. Anda tak bisa begitu saja marah-marah pada rekan kerja seperti Anda sedang berada di rumah. Berikut ini petuah agar rasa marah tidak sampai mengganggu kinerja Anda dan tim.

Marah karena peduli 

Perbedaan pendapat di tempat kerja adalah suatu hal yang tak terhindarkan, apalagi jika perusahaan Anda sedang dalam masa transisi. Perubahan besar yang direncanakan perusahaan tentu menuntut banyak pengertian dan penyesuaian di sana-sini, yang berdampak langsung pada cara kerja Anda dan rekan-rekan. Yang penting, pahami bahwa Anda merasa tak enak seperti itu karena Anda peduli dengan kelancaran kerja tim Anda juga.

Berpikir sejenak

Sebelum Anda ‘kelepasan,’ coba pikirkan lagi keberadaan Anda di kantor ini beberapa bulan ke depan. Jika Anda masih ingin bertahan, ada baiknya Anda menyelesaikan masalah ini dengan rekan kerja Anda. Tapi, bila Anda telah mantap akan resign sekalipun, Anda tidak begitu saja meluapkan amarah tanpa kontrol. Bisa dibayangkan seperti apa jembatan yang telah Anda bangun selama ini, dengan kontak dan reputasi, Anda bakar dalam sekejap saja karena tersulut emosi. Jelas, marah-marah dan menyalahkan orang-orang bukan pilihan yang tepat.

‘Infotainment’ kantor

Jangan bergosip! Kalau Anda punya masalah dengan satu orang, maka selesaikanlah hanya dengan orang tersebut, tanpa membawa-bawa orang lain yang tak berkaitan. Tak perlu pula Anda membawa-bawa masalah Anda hingga masuk ‘buletin gosip’ yang beredar di seantero kantor. Kalau Anda perlu meledakkan kekesalan Anda, coba hubungi teman-teman terdekat Anda pesan pribadi.

Bicarakan berdua

Daripada mengganjal terus, coba sapa rekan kerja Anda dan katakan apa yang mengganggu Anda. Bisa saja si rekan kerja malah tak sadar sama sekali kalau ia baru-baru ini salah bicara, atau melakukan sesuatu yang tak tepat bagi Anda. Tanpa menuduh atau menghakimi, tanyakan kepadanya mengapa si rekan kerja itu mengatakan hal X di momen Y, padahal itu bukan hal patut menjadi konsumsi umum?

Jadwalkan waktu khusus

Kalau Anda merasa sangat marah dan rasanya Anda tahu kalau si rekan atau anak buah sepertinya akan bertindak defensif, menjelaskan masalah lewat e-mail tak akan membuatnya usai. Upayakan Anda punya waktu khusus untuk mendiskusikannya, dengan waktu yang pas dan tentunya komitmen untuk menemukan solusi dengan logis dan sebisa mungkin objektif.
 
Berhati-hatilah dengan pilihan kata

Anda tentu tak ingin menjadi satu-satunya pihak yang disalahkan dalam sebuah konflik. Pahami kesalahan Anda dalam salah paham ini, dan minta maaf jika diperlukan. Hindari kalimat-kalimat menghakimi seperti, “Saya tak suka ketika Anda...” atau “Apa, sih, yang Anda pikirkan waktu melakukan...” Coba mulai utarakan maksud Anda dengan, “Di rapat kemarin sepertinya ...., dan saya merasa...” atau “Ketika Anda mengatakan .... saya pikir itu... Apa maksudnya seperti itu?”

Sertakan seorang penengah

Jika konflik Anda dan rekan kerja Anda terlalu besar untuk diselesaikan berdua saja, ajak seorang mediator untuk menengahi, Ini bisa berarti salah satu atasan Anda atau manajer SDM. Kalau Anda merasa mereka tak memberi Anda kesempatan bicara atau bertindak diskriminatif, sertakan seorang rekan lain. Rekan lain ini harus punya nilai kepercayaan yang sama di mata Anda dan rekan yang sedang berkonflik.

 

--- Elisabeth YJ

Komentar