Breaking News

RESENSI Cerita di Balik Kelahiran STIPER-FB: Kekuatan Loby dan Kerja Tim 05 Aug 2021 13:39

Article image
Sampul buku. (Foto: ist)
Mgr. Vincentius Sensi Potokota berharap dan berdoa, kiranya semua stakeholder STIPER-FB tetap kompak menyejarah ke depan di atas batu-batu pijak keyakinan iman dan kepercayaan diri yang pantas dan halal.

Oleh Simon Leya

 

Judul buku: STIPER-FB Kehadiran Demi SDM Pertanian Unggul

Pengarang: Dr. Rofinus Neto Wuli, S.Fil., M.Si (Han), dkk

Penerbit: Penerbit Obor

Tanggal terbit: Januari 2021

ISBN: 978-979-565-887-0

Tebal halaman: 311

 

TIAK mudah mendirikan sebuah perguruan tinggi (swasta). Urusannya tidak mudah dan berbelit-belit. Deretan panjang persyaratan dan prosedur pendirian perguruan tinggi (swasta) penyelenggara pendirikan akademik bisa dibaca di Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 62/E/KPT/2020.

Perjuangan panjang itu telah dilewati Sekolah Tinggi Pertanian Flores Bajawa (STIPER-FB). Sekolah tinggi berbasis pertanian ini resmi berdiri yang ditandai dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 517/M/2020.

Sukses awal yang dicapai sekolah tinggi di bawah asuhan Yayasan Persekolahan Umat Katolik Ngada (Yasukda) tentu melewati sebuah proses panjang. Setidaknya itu yang dapat dibaca dari tulisan Dr. Rofinus (Rony) Neto Wuli Pr, S.Fil., M.Si (Han), Kepala Lembaga Penjamin Mutu dan Audit Internal (LPMAI) dan dosen mata kuliah Pancasila dan Pendidikan Kewarganegaraan STIPER-FB yang juga Ketua Tim Editor buku berjudul STIPER-FB Kehadiran Demi SDM Pertanian Unggul.

Dalam artikel berjudul “Peran Panitia Pendukung Jakarta dalam Pendirian STIPER-FB”, Dr. Rony mengisahkan latar belakang berdirinya STIPER-FB yang berawal dari sebuah keprihatinan akan upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat di bidang pendidikan tinggi yang sesuai dengan kondisi daerah Nusa Tenggara Timur (NTT). Pendirian kampus STIPER-FB adalah hasil komitmen bersama Uskup Keuskupan Agung Ende dan Bupati Ngada yang diselenggarakan oleh Yasukda.

STIPER-FB, seperti ditulis Dr. Rony, didirikan dengan tujuan meningkatkan akses, pemerataan, mutu dan relevansi pendidikan tinggi serta peningkatan mutu dan relevansi penelitian ilmiah serta pengabdian masyarakat untuk mendukung pembangunan daerah Ngada dan NTT, khususnya di bidang pertanian sesuai mata pencaharian masyarakat dan potensi daerah yang saai ini tingkat pendapatannya sangat rendah.

Diceritakan Dr. Rony, usulan pendirian STIPER-FB mulai diajukan kepada Dirjen Pendidikan Tinggi (Dikti)  Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI di Jakarta.

“Untuk mendukung percepatan mendapatkan dasar legitimasi pendirian Lembaga Pendidikan Tinggi baru ini, melalui pembicaraan resmi Ketua Yasukda, RD Silverius Betu, S.Fil., M.Han; dan Ketua Panitia Pendirin STIPER-FB, Dr. Nicolaus Noywuli, S.Pt., M.Si memita saya yang ketika itu berdomisili di Jakarta sebagai Pastor Bantuan Militer dan Polisi (Pasbanmilpol) Keuskupan TNI-Polri (Ordinariat Militer Indonesia) dan dosen Universitas Pertahanan Indonesia, dan tokoh Katolik Nasional, Bapak Komisaris Jenderal Polisi (Purn.) Gories Mere yang ketika itu menjabat sebagai Staf Khusus Presiden RI Bidang Keamanan dan Intelijen, untuk membantu upaya-upaya mempercepat keluarnya surat izin pendirian STIPER-FB di tingkat pusat” (hlm. 13-14).

Lebih lanjut, Dr. Rony menulis, “Maka, kami di Jakarta yang juga punya keprihatinan yang sama karena sama-sama berasal dari Keuskupan Agung Ende, mulai melakukan lobby-lobby dan pendekatan kepada para pihak yang berkepentingan. Saya ke lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, sedangkan Bapak Jenderal Gories Mere ke lingkungan DPR RI dengan jaringan-jaringannya. Saya secara intens berkomunikasi dengan Inspektur Jenderal (Irjen)  Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Prof. Dr. Muchlis R Luddin, M.A. yang kebetulan juga ketika itu menjadi promotor disetasi doktoral saya di Unversitas Negeri Jakarta (UNJ)” (hlm. 14).

Usulan pendirian STIPER-FB direspon cepat. Melalui Surat Pemberitahuan Dirjen Dikti No. 173/E3/2020, Kemendikbud menyatakan bahwa usulan pendirian STIPER-FB telah memenuhi persyaratan.

“Panitia pendirian di Ngada dan kami di Jakarta bekerja cepat dengan suntikan semangat surat Dirjen Dikti tersebut. Dengan Surat Panitia Nomor: Ksr.021.5/23/21/II/2020 perihal: Permohonan Percepatan Izin Menteri untuk Pendirian STIPER-FB, kami melanjutkan usaha lebih keras lagi memohon Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, Nadiem Anwar Makarim, untuk memberikan kebijakan khusus agar usulan pendirian Perguruan Tinggi Swasta (PTS) STIPER-FB dengan 2 (dua) program studi sarjana, yakni Agroteknologi dan Peternakan, secapatnya mendapatkan izin operasional sehingga target pekuliahan yang dimulai Agustus 2020 bisa tercapai” (hlm. 14).

Pada 4 Maret 2020, Dr. Rony memfasilitasi kedatangan Panitia Pendirian STIPER-FB, Ketua Yasukda, pimpinan dan Anggota DPRD Ngada, penjabat yang mewakili Bupati Ngada untuk beraudensi dengan Direktur Kelembagaan Dirjenl Dikti dan dan Irjen Kemendikbud RI di kantor Kemendikbud, kawasan Senayan Jakarta. Dalam audensi tersebut, pantia bertemu dengan Direktur Kelembagaan Dirjen Dikti, Dr. Ridwan; Irjen Kemendikbud Prof. Dr. Muchlis R Luddin, M.A didampingi Sekjen Irjen Kemendikbud Dr. Thamrin.

Dr. Rony menyebut semua nama tim yang ikut menghadiri audensi dengan pihak Kemendikbud RI. Mereka adalah: Dr. Nicolaus Noywuli, S.Pt. M.Si yang waktu itu berkapasitas sebagai pejabat mewakil Bupati Ngada sekaligus Ketua Panitia Pendirian STIPER-FB; Bernadinus Dhey Ngebu, S.P (Ketua DPRD Ngada), RD Silverius Betu, S.Fil., M.Han (Ketua Yasukda); Syrilus Pati Wuli, S.Ag (Ketua Komisi II DPRD Ngada); Yohanes Don Bosko Ponong, S.Pd (Anggota Komisi I DPRD Ngada); Matias Rema Esi (Anggota Komisi III DPRD Ngada); Dula Agnes, SH (Plt. Sekretaris DPRD Ngada);  dan Maria Elisabeth Lasa, S.E (Kasubag Protokol Sekretaris DPRD Ngada).

 

Doa dan harapan

Sebagai lembaga pendidikan tinggi yang berusia bayi, tentu ada harapan dan doa untuk perjalanannya ke depan. Uskup Agung Ende, Mgr. Vincentius Sensi Potokota dalam sambutan berjudul: “Kita Meraih Mimpi (Memicu Motivasi Kinerja STIPER-FB ke Depan)”, menulis, “Meski tetap sadar penuh bahwa kesempurnaan hanya ada dalam budi, hati, dan tangan Tuhan. Saya berharap dan berdoa, kiranya semua stakeholder STIPER-FB tetap kompak menyejarah ke depan di atas batu-batu pijak keyakinan iman dan kepercayaan diri yang pantas dan halal” (hlm. xiv-xv).

Hidayat Pawitan, Ph.D. in Engineering, Profesor Hidrologi Sumber Daya Air Departemen Geofisika dan Meteorologi FMIPA-Institut Pertanian Bogor (IPB) dalam Prolog berharap, STIPER-FB tidak hanya akan menjadi lembaga pendidikan tinggi pertanian terkemuka di Nusa Tenggara, tetapi juga dengan menunjukkan keunggulan komparatif agroekosistem Pulau Flores dan Nusa Tengara, akan menjadi lembaga pendidikan rujuan di Indonesia dan dunia.

Prof Pawitan berharap agar STIPER-FB harus siap melakukan terobosan pendidikan pertanian dengan menjawab sejumlah tantangan.

“Tantangan yang sangat mungkin dihadapi dalam pembangunan daerah, khusus pertanian di Indonesia adalah stigma daerah terbelakang ataupun daerah miskin, yang tidak selalu objektif. Misalnya untuk pengembangan pertanian, lahan yang dapat dikembangkan untuk pertanian dikenal sebagai ‘arable land’” (hlm. xxii-xxiii).

“Saya melihat bahwa pengembangan STIPER-FB perlu terbuka melihat perkembangan dunia ilmu, dengan kegiatan akademik yang menjawab kebutuhan masyarakat dan daerah” (hlm. xxiii).

Bupati Ngada kala itu, Drs. Paulus Soliwoa berharap agar STIPER-FB bisa menjadi lembaga pendidikan tinggi berbasis pertanian terkemuka di wilayah Timur Indonesia ke depan (hlm. Xvii).

Ketua Yasukda, RD Silverius Betu, S.Fil., M.Han mengakui, keberhasilan pendirian STIPER-FB merupakan buah kerja sama dan kolaborasi yang kuat antara Gereja dan Pemerintah, antara kaum klerus dan awam.

“Juga merupakan bukti bahwa dalam kebersamaan yang kompak, kita bisa menghasilkan sesuatu yang besar. Karena itu, saya patut mengucapkan terima kasih untuk semua kerja keras dan kerja cerdas dari semua pihak yang terlibat” hlm. xix).

Sementara itu, Guru Besar Akuntansi; Ketua Program Doktor Ilmu Lingkungan (PDIL) Universitas  Katolik Soegijapranata, Semarang, Prof. Dr. Andreas Lako, S.E. M.Si, dalam Epilog berjudul “Mewujudkan Pertanian Hijau Berkelanjutan”, menulis, melalui aktivitas Tridarmanya, STIPER-FB juga diharapkan mampu berperan sebagai lokomotif pendorong terwujudnya gerakan “pertanian hijau dan berkelanjutan” di daratan Flores melalui kolaborasi dan sinergi dengan pihak-pihak stakeholder terkait.

“Hal ini sangat penting dan mendesak untuk dilakukan demi menghindarkan Flores dari kemungkinan dililit multikrisis, seperti krisis pertanian, krisis lingkungan, krisis ekonomi, dan krisis sosial, di masa mendatang akibat salah kelola lingkungan dan pertanian oleh pemerintah dan pihak-pihak terkait” (hlm. 303).

Judul buku ini merupakan kutipan dari visi STIPER-FB: “Terdepan mewujudkan SDM unggul, pangan berkualitas dan pembangunan berkelanjutan”. Ulasan lengkap soal “membangun SDM unggul” dapat dibaca dalam tulisan Drs. Yosef A. Nae Soi, MM (Wagub NTT) dan Dr. Nicolaus Noywuli, S.Pt., M.Si (Ketua STIPER-FB), berjudul “Membangun Sumber Daya Manusia Unggul NTT Bidang Pertanian Bersama STIPER-FB” (hlm. 143-149).

Buku setebal 311 halaman ini merupakan penuturan para tokoh yang mengetahui dan terlibat dalam pendirian STIPER-FB dan pemikiran para dosen dari berbagai sudut pandang. Meski STIPER-FB baru seumur jagung, namun pada hemat penulis, buku ini menjadi catatan berharga bagi siapa saja yang ingin membaca sejarah kampus ini di masa mendatang. Banyak jejak peradaban hilang  karena kita tidak mendokumentasikan peristiwa berharga itu. Karena itu benar ungkapan Latin yang dikutip Dr. Rony yang menjadi Ketua Tim Editor buku ini: Quod non est in actis, non est in mundo (apa yang tidak ada dalam dokumen, tidak ada dalam dunia).

 

Penulis adalah Pemimpin Redaksi IndonesiaSatu.co.

Komentar