Breaking News

INDUSTRI Cerita Menteri Susi Saat Mengunjungi Pondok Pesantren di Jombang 14 Aug 2017 23:50

Article image
Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti saat megunjungi Pondok Pesantren di Jombang (Foto: Biro Pers KKP)
Dalam kegiatan tebar benih perdana tersebut, KKP juga menyerahkan bantuan senilai Rp 8,6 miliar kepada 28 pondok pesantren dan kelompok masyarakat di Jombang guna kegiatan budidaya.

JOMBANG, IndonesiaSatu.co -- Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti bersama pimpinan pondok pesantren Tebu Ireng melakukan tebar benih perdana lele sistem bioflok di SMA Trensains, Pesantren Tebuireng 2, Jombang, Jawa Timur, pada Minggu (13/8/2017). Dalam kegiatan tebar benih perdana tersebut, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) juga menyerahkan bantuan senilai Rp 8,6 miliar kepada 28 pondok pesantren dan kelompok masyarakat di Jombang guna kegiatan budidaya.

“Mudah-mudahan bantuan bioflok ini dapat memenuhi asupan anak-anak pesantren. Jadi iwaknya (lauk) harus ikan betulan jangan hanya iwak tempe, iwak tahu saja,” ungkap Menteri Susi dalam sambutannya.

Menteri Susi menambahkan, adanya budidaya lele sistem bioflok diharapkan dapat meningkatkan konsumsi ikan santri, setidaknya menjadi 1 kg per minggu per orang. Sehingga apabila dikalkulasikan, setidaknya konsumsi ikan nasional meningkat hingga 50 kg per orang per tahunnya.

“Ini sedikit di atas target pemerintah yaitu 46 kg per orang per tahunnya,” ujarnya.

Bantuan dan pelatihan budidaya lele dengan sistem bioflok ini ditujukan untuk meningkatkan kecerdasan dan jiwa entrepreneur para santri.

Kandungan gizi dan protein yang terkandung dalam ikan dapat mencerdaskan generasi muda, sehingga diharapkan mampu bersaing secara global. Selain itu, keterlibatan santri dalam pengelolaan budidaya lele sistem bioflok ini diharapkan dapat menjadi pelajaran berwirausaha (entrepreneurship) bagi mereka.

Tak hanya soal budidaya, KKP juga akan memberikan bantuan dalam kegiatan pertambakan garam. Menteri Susi mengaku dalam setiap kunjungannya ke daerah-daerah, ia menemukan banyak sekali potensi swasembada garam yang saat ini mengalami kelangkaan.

Menteri Susi bercerita, dalam kunjungan kerjanya ke Nusa Tenggara Timur (NTT) beberapa waktu lalu, ia menemui saudagar garam yang merupakan perantau dari Madura. Si petambak garam memiliki tambak seluas 1,5 hektare. Padahal sebelumnya ia tak memiliki pekerjaan tetap. Namun kejelian melihat peluang dan ketekunan telah membuatnya berhasil, terlebih saat ini harga garam semakin membaik.

Kualitas garam di NTT pun bisa dikatakan baik selain karena tersedianya lahan, juga disebabkan oleh air pantainya yang masih bersih dan panas yang terpaut lama. Melihat ini, pemerintah akan memberikan bantuan untuk membranisasi agar garam yang dihasilkan bersih putih dan bisa digunakan sebagai garam industri.

“Kita bisa swasembada garam asal kita menjaga lahan-lahan pesisir untuk tambak garam. Lahan di NTB dan NTT saat ini terbuka. Untuk itu, saya ingin menggandeng pesantren Tebuireng apabila ingin mencoba berbisnis atau membuka cabang pesantren di sana,” papar Menteri Susi.

 

Untuk dapat memperoleh manfaat optimal dari laut, Menteri Susi mengajak masyarakat menjaga dan memahami laut. Salah satunya dengan menjadikan laut sebagai beranda rumah, sebagaimana semboyan “Laut Beranda Kita”, yang telah digaungkan di Natuna beberapa waktu lalu.

“Jangan punggungi laut dan jadikan laut sebagai belakang rumah kita, di mana kita bisa membuang sampah sesuka hati kita,” ungkapnya.

Guna menambahkan pengetahuan santri-santri di Ponpes, Menteri Susi juga berencana memberikan bantuan 1-2 unit televisi beserta DVD Player agar para santri dapat belajar memahami laut.

Menyambut iktikad baik Menteri Susi, Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng Jombang Salahuddin Wahid menyampaikan rasa terima kasih. “Banyak tanah dan tenaga yang kami miliki. Saat ini yang kita perlukan adalah kemauan dan kesiapan untuk mengembangkan potensi yang ada,” pungkasnya.

---

Komentar