Breaking News

TAJUK Dari Pendidikan Menuju Demokrasi 05 Jun 2017 10:43

Article image
Sekolah harus mengajar anak berpikir demokratis. (Foto: Ist)
Partisipasi pendidikan ini mengandaikan kebebasan akademik, di mana ada prinsip demokratis di sekolah-sekolah.

JIKA ingin tahu hubungan pendidikan dan demokrasi, berkunjunglah ke warisan intelektual John Dewey.

Education is not preparation for life; education is life itself. Pendidikan bukan persiapan untuk kehidupan. Pendidikan adalah kehidupan itu sendiri.

Begitulah kritik seorang pemikir terkenal Amerika, John Dewey. Ia menolak pendidikan sebagai “persiapan” untuk orang bisa hidup. Pendidikan bagian tidak terpisahkan dari hidup. Sebagai bagian dari hidup, pendidikan  mesti selalu terhubung dengan pengalaman nyata.

Dewey mengkritik pendidikan yang tidak menyentuh praktik hidup sehari-hari. Dipengaruhi aliran pragmatisme, Dewey  menegaskan bahwa pendidikan harus membawa manfaat praktis bagi manusia.

Maka, Dewey menolak pandangan tradisionalisme pendidikan yang cenderung menganjurkan sikap pasif. Tradisionalisme menganjurkan banking system, di mana peserta didik diperlakukan sebagai bank data yang hanya dijejali teori-teori, tanpa partisipasi. Kemampuan peserta ditakar dari kualitas menghafal bahan pelajaran.

Sebagai solusinya, Dewey menganjurkan model pendidikan progresif. Model ini menempatkan partisipasi dan pertemuan peserta didik dengan pengalaman nyata. Peserta dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran, sehingga dikenalah pemahaman learning by doing.

“We do not learn from experience... we learn from reflecting on experience.”  Dewey menganjurkan pedagogi reflektif, peserta didik yang belajar dari pengalaman sehari-harinya. Artinya, setelah bertemu dengan dunia sekitar, orang dapat mencerap nilai-nilai yang penting bagi kehidupannya.

Partisipasi pendidikan ini mengandaikan kebebasan akademik, di mana ada prinsip demokratis di sekolah-sekolah. Dalam prinsip demokrasi, peserta didik dapat bertumbuh dalam interaksi dan kerja sama dalam sikap saling menghormati, berpikir kreatif-inovatif mencari solusi. Peserta diharapkan membiasakan warna-warni pendapat untuk menyelesaikan masalah. 

Pada gilirannya, masyarakat demokratis dapat terwujud apabila sekolah-sekolah menjalankan pendidikan partisipatif. Sekolah akan menjadi wahana untuk mengajarkan partisipasi yang toleran  dalam menyempaikan pendapat.

Salam Redaksi IndonesiaSatu.co

Komentar