Breaking News

INTERNASIONAL Delapan Bulan Menjabat, PM Ukraina Ajukan Pengunduran Diri 04 Mar 2020 12:39

Article image
Perdana Menteri Ukraina Oleksiy Honcharuk. (Foto: dw.de)
Pada Januari lalu Honcharuk berupaya meninggalkan jabatannya setelah beredar bocoran rekaman audio di mana ia mengatakan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy “tidak mengerti" urusan ekonomi.

KIEV, IndonesiaSatu.co -- Perdana Menteri Ukraina Oleksiy Honcharuk kembali mengajukan pengunduran dirinya pada hari Selasa (3/3/2020).

Disitir dari Spiegel Online, Rabu (4/3/2020), pengajuan tersebut merupakan yang kedua kalinya dalam dua bulan terakhir.

Politisi muda, berusia 35 tahun, itu mulai menjabat sebagai Perdana Menteri Ukraina pada Agustus 2019 lalu.

Pengajuan Honcharuk akan dibahas dan diputuskan parlemen Ukraina dalam rapat khusus pada Rabu (4/3/2020) siang ini waktu setempat.

Disebutkan, Wakil Perdana Menteri Denys Shmygal diperkirakan akan menggantikan Honcharuk.

Sebelum menjabat sebagai wakil perdana menteri, Shmygal merupakan kepala administrasi regional di wilayah Ivano-Frankivsk.

Jika Parlemen Ukraina menerima pengunduran Honcharuk, diperkirakan pula menteri keuangan dan menteri luar negeri akan diganti sebagai bagian dari perombakan kabinet.

Sebelumnya, pada Januari lalu Honcharuk berupaya meninggalkan jabatannya setelah beredar bocoran rekaman audio di mana ia mengatakan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy “tidak mengerti" urusan ekonomi negara.

Dalam tanggapannya, Zelenskiy menolak pengunduran diri Honcharuk, karena ia “ingin memberikan kesempatan kedua” bagi Honcharuk serta tidak berniat mengguncang Ukraina secara politis.

Presiden Zelenskiy adalah mantan komedian tanpa pengalaman politik ketika ia terpilih sebagai Presiden Ukraina pada April 2019. Ia menang telah dalam pemilihan presiden saat itu sebagai “figur dari luar politik” yang menjanjikan pemberantasan korupsi secara total.

Namun dalam beberapa waktu terakhir, dukungan terhadap pemerintahannya terus menurun.  Ia juga dihadapkan dengan persoalan pelik untuk mengakhiri konflik melawan gerakan separatis di wilayah Donbass timur. Kelompok separatis tersebut didukung oleh militer Rusia.

--- Rikard Mosa Dhae