Breaking News

AGAMA Ditunjuk Paus Fransiskus, Mgr Suharyo Jadi Kardinal Ketiga Asal Indonesia 02 Sep 2019 17:37

Article image
Uskup Agung Jakarta dan Ketua KWI, Mgr Ignatius Suharyo saat menghadiri misa inkulturasi Reba Ngada di Jakarta, lengkap dengan busana khas Bajawa, Ngada, NTT. (Foto: Dok. Panitia Reba)
Mgr Ignatius Suharyo Hardjoatmodjo tercatat sebagai kardinal ketiga asal Indonesia.

JAKARTA, IndonesiaSatu.co-- Penunjukkan sebagai kardinal oleh Paus Fransiskus, Uskup Agung Jakarta, Mgr Ignatius Suharyo Hardjoatmodjo tercatat sebagai kardinal ketiga asal Indonesia.

Sebagaimana dilaporkan Vaticannews.va dan dilansir Katoliknews.com, pengumuman penetapan sebagai kardinal bagi Ketua Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) itu bersama 12 uskup lainnya disampaikan pada Minggu, (1/9/19) di Vatikan, Roma.

Kardinal pertama asal Indonesia yakni Almarhum Kardinal Justinus Damojuwono, yang pernah menjadi Uskup Agung Semarang.

Sementara Kardinal kedua yakni Julius Darmaarmadja SJ, yang tercatat pernah menjadi Uskup Agung Semarang dan kemudian menjadi Uskup Agung Jakarta.

Uskup Suharyo bersama 12 Kardinal baru akan menerima topi merah dalam upacara konsistori pada 5 Oktober mendatang.

Mengenal Mgr Suharyo

Mgr Ignatius Suharyo Hardjoatmodjo lahir di Sedayu, Bantul, Yogyakarta, pada 9 Juli 1950.

Ia merupakan putra dari pasangan Florentinus Amir Hardjodisastra dan Theodora Murni Hardjodisastra.

Kakaknya adalah seorang imam, yakni almarhum RP Suitbertus Ari Sunardi OCSO, tercatat sebagai pastor pertapa di Pertapaan Trappist Rawaseneng, Jawa Tengah.

Suharyo awalnya sempat bersikukuh tidak mau menjadi pastor, dan ingin menjadi perwira polisi. Namun, ada seorang pastor yang kemudian mengubah keinginannya.

Pastor tersebut menghampiri Suharyo dan menawarkan apakah ingin menjadi pastor atau tidak. Suharyo akhirnya menyatakan “iya” kepada pastor tersebut.

Pada tahun 1961, Suharyo masuk Seminari Menengah Mertoyudan di Magelang, Jawa Tengah.

Saat itu, ia berkeinginan untuk menjadi imam yang religius. Keinginan tersebut muncul karena terinspirasi dari sang kakak.

Setelah itu, karena ingin menjadi pastor Diosesan (Projo, red), Suharyo memutuskan untuk masuk Seminari Tinggi Santo Paulus, Kentungan, Yogyakarta.

“Tujuan saya menjadi Imam Projo sangat sederhana, yakni supaya bisa menjadi pastor paroki,” katanya.

Setelah ditahbiskan menjadi imam pada 26 Januari 1976, Suharyo belajar Doktor Teologi Biblis di Universitas Urbaniana, Roma dan selesai pada 1981.

Setelah kepulangannya dari Roma, ia menjadi pengajar di Sekolah Tinggi Filsafat Kateketik Pradnyawidya, Yogyakarta sejak 1981-1991.

Pada tahun 1983 hingga 1993, Suharyo menjadi Ketua Jurusan Filsafat dan Sosiologi di IKIP Sanata Dharma, Yogyakarta. Ia kemudian menjadi Dekan Fakultas Teologi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta pada tahun 1993 hingga 1997.

Suharyo juga menjadi pengajar di Universitas Kristen Duta Wacana, Yogyakarta dan Universitas Katolik Parahyangan, Bandung pada tahun 1994-1996.

Pada tahun 1996-1997, Suharyo menjadi Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Sanata Dharma dan sempat menjadi Ketua Konsorsium Yayasan Driyarkara pada tahun 1997.

Imam Suharyo ditunjuk menjadi Uskup Agung Semarang pada 21 April 1997 oleh Paus Yohanes Paulus II dan ditahbiskan pada 22 Agustus 1997.

Terkait permohonan Kardinal Julius Darmaatmadja, SJ yang hendak pensiun pada 25 Juli 2009, Tahta Suci Vatikan menunjuk Mgr Suharyo menjadi Uskup Agung Koajutor Jakarta.

Mgr. Suharyo resmi menjadi Uskup Agung Jakarta sejak 28 Juni 2010, ketika Tahta Suci Vatikan resmi menerima pengunduran diri Kardinal Julius Darmaatmadja SJ.

--- Guche Montero

Komentar