Breaking News

BERITA Elisabeth, TKI Malaysia Asal Flotim-NTT Akhirnya Meningal di Palu 11 May 2019 21:43

Article image
Jenazah TKI, Elisabeth Ene Piran asal Flores Timur, NTT saat disemayamkan di Palu sebelum diberangkatkan ke Flores (Foto: PADMA)
Korban mengalami radang sakit sejak Dokter di Malaysia mencabut lima buah gigi belakang bagian atas secara serentak.

JAKARTA, IndonesiaSatu.co-- Tenaga Kerja Indonesia (TKI) asal Lewohala, Flores Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timut (NTT), Elisabeth Ene Piran yang bekerja di Malaysia, Senin (11/5/19) akhirnya menghembuskan nafas terakhir di Rumah Sakit Madani, Palu usai menempuh perjalanan laut dari Nunukan.

Menurut sumber yang dirangkum PADMA Indonesia kepada media ini sesuai keterangan dari suami korban, Fransiskus Dowo Weking menuturkan bahwa istrinya mengalami radang sakit sejak Dokter di Malaysia mencabut lima buah gigi belakang bagian atas secara serentak.

"Itu yang menyebabkn peradangan bahkan terjadi infeksi," ungkap Fransiskus.

Korban Elisabeth Ene Piran bersama suaminya lalu menuju Nunukan dan tinggal beberapa minggu bersama keluarga Nunukan.

"Dalam kondisi sakit dan radang yang dideritanya, isteri saya memaksa pulang walapun harus lewat kapal laut. Permintaan tersebut diupayakan dan terjadi kesepakatan dengan Kapten Kapal. Jika kondisi pasien semakin melemah maka pihak Pelni akan menurunkan di Pelabuhan terdekat agar mendapat pelayanan medis," kisah Fransiskus.

Fransiskus mengaku, perjalanan melalui laut akhirnya terlaksana meski fasilitas kesehatan yang ada dalam Kapal tidak selengkap Rumah Sakit.

"Dalam perjalanan, kondisi isteri saya mulai melemah dan meminta saya agar langsung pulang ke kampung (Flotim), apapun kondisinya. Saat kapal transit di Pantoloan, kondisinya semakin lemah bahkan untuk mengkonsumsi obat pun sudah susah. Pihak medis di Kapal meminta kami untuk turun agar dilakukan rujuk di Rumah Sakit terdekat. Selanjutnya pihak Pelni menghubungi Rumah Sakit Madani dan dikirimlah tiga orang Perawat beserta ambulance guna menjemput kami," cerita Fransiskus.

Dikatakan, perawat menanyakan suku dan asal daerah pasien lalu perawat mengubungi Agustinus Tobi yang kebetulan mereka kenal.

"Dari situlah solidaritas Keluarga Besar NTT di Palu mulai terlibat langsung menolong kami. Saya juga mengabarkan kondisi isteri saya ke semua jaringan NTT di Palu termasuk ke wilayah Rohani Santo Filipus Rasul sebagai wilayah domisili. Namun kondisi isteri saya yang semakin memburuk, tidak tertolong lalu meninggal," kisah Fransiskus.

Berdasarkan informasi, jenazah korban dijadwalkan diberangkatkan dari Bandara Palu transit Makassar, selanjutnya take off dari Makassar menuju Sikka, Maumere lalu menuju Flotim, tempat asal korban.

Direktur PADMA Indonesia, Gabriel Goa mengatakan bahwa dengan angka kematian TKI yang terus meningkat di tahun ini, mendorong pemerintah Provinsi NTT dan berbagai elemen terkait untuk memberikan atensi dan respon serius.

"Angka kematian terus meningkat signifikan dari waktu ke waktu. Ini bencana kemanusiaan yang harus ditanggapi secara bersama. Kebijakan moratorium oleh Pemprov NTT harus juga diimbangi dengan penegakan hukum. Dan yang terutama yakni revitalisasi dan reintegrasi berbagai segmen yang berkaitan dengan ketenagakerjaan di NTT. Diharapkan kerjasama lintas sektor dan lintas elemen dalam menyikapi persoalan akut ini," harap Gabriel.

--- Guche Montero

Komentar