Breaking News

FILM Film "Mimpi Anak Pulau", Inspirasi Baru Tentang Pentingnya Pendidikan Anak di Daerah Terpencil 13 Aug 2016 23:25

Konferesni pers pemutaran perdana Film Mimpi Anak Pulau di Epicentrum XXI Jakarta, Sabut (13/8). (Foto: Ist)
"Saya merasa terharu dan tak percaya dengan adanya film Mimpi Anak Pulau. Tetapi ini kisah nyata dari kehidupan saya, anak pulau yang tidak punya apa-apa..."

JAKARTA, IndonesiaSatu.co -- Ungkapan bahwa pendidikan adalah pangkal kesuksesan bukanlah slogan belaka. Hal ini terbukti dari kisah hidup yang sangat inspiratif dari Bapak Gani Lasa, salah satu tokoh Pulau Batam kini, yang 50 tahun lalu hidup dalam kondisi keterbatasan, miskin.

Kendati hidup miskin, namun Gani Lasa kecil punya mimpi, dan ia pun berjuang mewujudkan untuk mewujudkannya. Caranya dengan sekolah supaya sukses. Hasilnya, Gani Lasa menjadi salah satu dari tiga Sarjana pertama dari Pulau Batam. Kini Gani Laza menjadi salah satu tokoh berpengaruh, sejalan dengan menjelmanya Pulau Batam sebagai salah satu pusat pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

Kisah inspiratif Gani Lasa pun menggugah Nadienne Batam Production dan Studiopro 1226 Jakarta untuk diangkat ke layar lebar, sebagaimana sebelumnya telah dibukukan dalam Novel 'Mimpi Anak Pulau' oleh Abidah El Khalieqy, penulis 'Perempuan Berkalung Sorban'.

"Saya merasa terharu dan tak percaya dengan adanya film Mimpi Anak Pulau. Tetapi ini kisah nyata dari kehidupan saya, anak pulau yang tidak punya apa-apa. Sekarang Batam jadi salah satu pusat pertumbuhan ekonomi, tetapi dulunya saat kami kecil, ini pulau terpencil, dihuni pendatang dari Sulawesi, pulau Slayar, yang berlayar ke Singapura," kata Bapak Gani Lasa dalam konferensi pers pemutaran perdana Film Mimpi Anak Pulau di Epicentrum XXI, Jakarta, Sabtu (13/8).

Menurut Gani, perjalanan hidupnya memang merupakan mimpi yang sesungguhnya jadi kenyataan. "Karena memang dalam hidup saya, saya melihat kondisi keluarga yang sangat susah. Saya rasa berat sekali. Saya pun berpikir, bisa berbahaya bebannya nanti. Untuk itu saat SD, saya baca buku tentang orang besar," ungkap Gani Lasa.

Bahkan, kuatnya keinginan untuk sekolah pun terbawa dalam tidurnya. "Dari situ ada keinginan untuk belajar dan sukses. Sampai mimpi, ngigau, ingin sekolah. Tetapi kata bapak saya, kita miskin, tidak bisa untuk sekolah. Tetapi saya tetap belajar dan kerja keras," ujar Gani Lasa.

Dia pun berharap, film Mimpi Anak Pulau ini merespon para orang tua di daerah terpencil yang masih berpikir sama seperti orang tuanya di jaman dulu. "Juga semoga menginspirasi anak-anak bangsa. Semoga ada hal yang bisa dipetik dari kisah saya ini," harap Gani.

Di kesempatan yang sama, Indra Sudirman, Executive Producer Mimpi Anak Pulau menjelaskan, film ini sesuai kisah nyata di 50 tahun lalu, merupakan cerita inspiratif yang mendorongnya dan beberapa pihak terkait untuk mengangkat ke layar lebar. 

"Kita diskusi bahwa cerita ini menarik untuk diangkat untuk memotivasi anak-anak indonesia sehingga terinspirasi dengan motivasi sekolah yang sangat kuat dari Gani semasa kecil. Dan pemeran Gani kecil kita casting dari Batam. Di sana banyak bakat terpendam. Mereka ini bisa menggantikan aktor kawakan, seperti Ray Sahetapi, makanya kami suport, perlu kita besarkan. Selain itu kita mencoba besarkan potensi pariwisata dan sosial budaya melayu di kepulauan Riau ini," jelas Indra.

Sementara Kiki Nuriswan, sang sutradara fim Mimpi Anak Pulau mengatakan, pelibatan anak-anak Batam asli dalam film ini, terutama pemeran utama Gani kecil, karena logat Batam 90 persen adalah bahasa Melayu. "Ini setingan 50-an. Jadi kalau diambil dari Jakarta, terlalu jauh budayanya. Pemeran ibunya Gani memang diambil dari Jakarta, tetapi ada ahli bahasa untuk belajar bahasa dan kebiasan Melayu," jelas Kiki dikesempatan yang sama.

Lebih lanjut Kiki menjelaskan, bahwa ada nilai dan semangat yang ingin ditonjolkan dalam film Mimpi Anak Pulau ini yakni perjuangan yang sangat gigih dari seorang Gani kecil. "Dalam pertengahan film, kita sengaja matikan peran bapaknya Gani, yakni Lasa. Sehingga terlihat bagaimana seorang Gani kecil harus berjuang menggantikan peran bapaknya, membantu ibunya menjual nenas, kopra, dll," ungkap Kiki.

Untuk itu dalam pengambilan gambar, lanjut Kiki, pihaknya membuat setingan film dengan genre family/keluarga ketika Gani masih SD. Kemudian setingan berubah menjadi genre remaja ketika Gani mulai menempuh pendidikan PGA di Tanjung Pinang, dan lanjut ke Yogjakarta.

"Jadi ketika Gani lulus SD, dia berusaha untuk pergi ke Tanjung Pinang. Nah saat sekolah PGA di Tanjung Pingang, Gani baru merasakan nyamannya sepatu. Gani kemudian berjuang lagi dengan susah payah ke Yogjakarta. Jelas bahwa film ini bisa menjadi motivasi bagi anak-anak dan orang tua soal pentingnya pendidikan. Bahwa ada anak yang berjuang mendayung sampan berjam-jam menyeberangi pulau untuk belajar, menempuh pendidikan yang lebih tinggi. Jadi dimana ada niat, di situ ada jalan," papar Kiki.

Semangat tinggi juga ditunjukkaan oleh Daffa Permana, pemeran utama Gani cilik. Daffa mengaku senang dan merasakan perjuangan Gani cilik untuk mendapatkan sepasang sepatu, belajar bekerja keras. "Gani ini waktu kecil jual kopra biar dapat sepatu, sudah dapat duit tetapi tidak cukup. Tunggu lulus kelas enam SD baru dapat sepatu. Saya menikmati peran ini. Senang, cape, tetapi tetap semangat," ujar Daffa.

Dato Ahmad Tamimi, aktor senior dari Negeri Jiran Malaysia yang juga berperan dalam film Mimpi Anak Pulau pun mengaku sangat terharu. Sebabnya, film ini mencoba mengangkat kembali nilai dan sejarah kebangkitan kota Batam dan masyarakatnya, yang sangat kental dengan budaya Melayu.

"Melalui film ini saya merasakan masih aslinya kebudayaan Melayu Riau. Semoga kehebatan Laskar Pelangi mengangkat budaya dan wisata Belitung, maka Mimpi Anak Pulau bisa mengangkat pariwisata Pulau Batam, juga pulau sekitarnya yang masih belum tersentuh penggalian sejarahnya, juga pembangunan yang baik," tukas Dato Ahmad Tamini.

--- Sandy Javia

Komentar