Breaking News

POLITIK Gatot Nurmantyo Paling Potensial Mendongkrak Suara Jokowi 21 Oct 2017 09:31

Article image
Presiden Joko Widodo bersama Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo. (Foto: Antara.com)
Panglima TNI ini dinilai bisa menarik pemilih yang tidak memilih Jokowi dan bisa menarik gerbong pemilih Prabowo Subianto pada pemilu sebelumnya.

JAKARTA, IndonesiaSatu.co - Gatot Nurmantyo dinilai sebagai figur yang paling potensial menambah elektabilitas dan memenangkan pemilihan presiden jika berpasangan dengan Joko Widodo, dibandingkan dengan tokoh yang lain seperti Basuki Tjahaja Purnama dan Sri Mulyani.

Panglima TNI ini dinilai bisa menarik pemilih yang tidak memilih Jokowi dan bisa menarik gerbong pemilih Prabowo Subianto pada pemilu sebelumnya.

“Walau elektabilitas Gatot berada di bawah Ahok,tetapi pemilih Ahok beririsan dengan pemilih Jokowi. Sedangkan pemilih Gatot bisa menarik pemilih yang tidak memilih Jokowi. Karena itu, Gatot yang paling bisa menambah elektabilitas Jokowi,” ujar Direktur Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi dalam acara “Ngopi  Projo, Ngobrol Politik Indonesia yang mengambil tema Siapa Wapres Jokowi 2019?”, di Balai Sarwono, Kemang, Jakarta Selatan, Jumat (20/10/2017).

Hasil survei Indikator Politik sebelumnya mencatat ada beberapa nama yang dinilai publik paling layak menjadi pendamping Jokowi dalam pilpres 2019. Mereka di antaranya yaitu Basuki Tjahaja Purnama, Gatot Nurmantyo, Sri Mulyani Indrawati, dan Tito Karnavian.

Burhanuddin mengatakan, dari 16 calon wapres, Ahok memiliki elektabilitas paling tinggi dibanding nama lain. Namun, ketika dilakukan simulasi yaitu dikerucutkan menjadi 8 nama, elektabilitas Ahok tetap, sedangkan nama Gatot justru mengalami kenaikan. Demikian juga ketika dikerucutkan menjadi tiga nama, elektabilitas Ahok juga tidak beranjak, sementara elektabilitas Gatot terus meningkat.

Burhan – panggilan Burhanuddin – mengatakan, hal itu menunjukkan bahwa para pemilih Ahok itu sangat loyal. Namun, Ahok tidak bisa menarik pemilih lain lagi. Sedangkan Gatot bisa menarik para pemilih lain. Karena itu, elektabilitas Gatot berpeluang terus meningkat.

"Karena suara Gatot dari sisi elektabilitas, demografi, dan pilihan politik lebih besar peluangnya menggerogoti basis suara Prabowo. Terutama mereka yang di 2014 tidak memilih Pak Jokowi," ujarnya.

Meski demikian, Gatot dinilai memiliki kelemahan yaitu dari sisi kemampuan menjalankan pemerintahan (governing) dan penerimaan partai pengusung.

"Kan tadi saya bilang, untuk menjadi wapres kan bukan semata-mata menang, tapi juga governing. Pada titik governing ini, Pak Gatot harus punya nilai tambah," ucapnya.

Tantangan Gatot yaitu harus mampu menyatukan suara partai politik pendukungnya. Apalagi jika nanti ada partai pendukung yang tidak menerima pencalonan dirinya sebagai wapres ketika dipasangkan dengan Jokowi dalam pilpres 2019.

 

---

Komentar