Breaking News

REGIONAL Genjot Industri Skala Menengah, Pemprov NTT Bangun “Kampung Cokelat” 30 Jan 2018 12:59

Article image
Pohon dengan buah cokelat yang siap dipanen. (Foto: Ist)
Obaldus lanjut mengatakan, pembangunan Kampung Cokelat dilakukan demi menghidupkan sektor industri skala menengah berbasis perkampungan dan sektor kepariwisataan di zona timur Pulau Flores.

KUPANG, IndonesiaSatu.co -- Pihak pemerintah Provinsi NTT akan membangun “Kampung Cokelat” di wilayah Kecamatan Adonara Barat, Pulau Adonara, Kabupaten Flores Timur. Yang dimaksud Kampung Cokelat adalah kampung dengan spesifikasi penanaman dan industri pengolahan buah cokelat.

Hal ini disampaikan Kepala Dinas Perindustrian Nusa Tenggara Timur (NTT) Obaldus Toda kepada wartawan di Kupang, Senin (29/1/2018).

"Persiapan sudah dimulai tahun lalu dan untuk eksekusi pembangunannya akan dimulai tahun ini,” kata Obaldus, seperti yang dilansir Antara.

Obaldus lanjut mengatakan, pembangunan Kampung Cokelat dilakukan demi menghidupkan sektor industri skala menengah berbasis perkampungan dan sektor kepariwisataan di zona timur Pulau Flores.

Kampung Cokelat akan dikelola kelompok usaha masyarakat hingga pabrik skala menengah. Obaldus memperkirakan, sepuluh hingga 20 orang warga bisa memproduksi cokelat dalam lahan satu hektare.

Produksi cokelat tersebar di sejumlah daerah Pulau Flores. Potensi terbesarnya ada di Kabupaten Sikka mencapai lebih dari 20.000 hektare, Ende lebih dari 6.000 hektare, dan Flores Timur 6.000 hektare.

"Harapan kami, Kampung Cokelat ini akan menjadi contoh untuk pengembangan kelompok-kelompok industri di daerah potensial lainnya, selanjutnya tinggal diperkuat pemerintah daerah setempat untuk produksi hingga pemasarannya," kata Obaldus. 

Selain kampung cokelat, pada tahun ini Dinas Perindustrian NTT juga bakal membangun Kampung Tenun Ikat di Maumere, Kabupaten Sikka. 

"Untuk Kampung Tenun Ikat di Maumere ini sudah berjalan. Tahun ini kami bangun lagi satu di Kabupaten Ngada. Sebenaranya juga di Sumba, tapi karena keterbatasan anggaran sehingga kami lakukan bertahap," ungkap Obaldus.

Obaldus menambahkan, pembangunan kampung industri sangat membutuhkan kesiapan lahan yang cukup dari pemerintah daerah setempat untuk kebutuhan pengembangan komoditas, produksi, hingga pengelolaan.

"Kami lebih semangat untuk membangun kampung industri ini kalau lahan siap dan menjadi milik desa. Kalau pun ada tanah ulayat maka perlu didiskusikan bersama-sama untuk kepentingan umum," pungkas Obaldus.

--- Redem Kono

Komentar