Breaking News

HANKAM Ilmuwan LIPI: Intoleransi Suburkan Terorisme 17 May 2018 13:40

Article image
-- Koordinator Tim Riset Program Prioritas Nasional Membangun Narasi Positif Kebangsaan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Cahyo Pamungkas. (Foto: Ist)
Radikalisme agama adalah bentuk-bentuk interpretasi keagamaan yang mendorong penganutnya, baik secara aktif maupun pasif, mendesakkan penggantian sistem politik yang berlaku di sebuah negara.

JAKARTA, IndonesiaSatu.co -- Koordinator Tim Riset Program Prioritas Nasional Membangun Narasi Positif Kebangsaan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Cahyo Pamungkas menilai intoleransi keagamaan merupakan lahan subur bagi terorisme.

"Terorisme berakar pada radikalisme. Radikalisme berakar pada intoleransi, baik di dunia nyata maupun media sosial," kata Cahyo dalam sebuah diskusi publik tentang deradikalisasi yang diadakan LIPI di Jakarta, Kamis (17/5/2018).

Menurut Cahyo, radikalisme agama adalah bentuk-bentuk interpretasi keagamaan yang mendorong penganutnya, baik secara aktif maupun pasif, mendesakkan penggantian sistem politik yang berlaku di sebuah negara.

Sementara intoleransi adalah orientasi negatif atau penolakan seseorang terhadap hak-hak politik dan sosial dari kelompok yang tidak disetujui.

Berdasarkan definisi tersebut, karakter radikalisme adalah memiliki aspirasi untuk mengganti dasar negara dan sistem politik yang berlaku serta menolak hak-hak politik dan sosial dari kelompok yang tidak disetujui.

Dalam diskusi publik bertema "Memutus Mata Rantai Gerakan Terorisme, Mungkinkah?: Kegagalan dan Keberhasilan Deradikalisasi" Cahyo juga menjelaskan bahwa ada empat kategori radikalisme dan intoleransi, yaitu radikalisme kekerasan, radikalisme non-kekerasan, intoleransi kekerasan dan intoleransi non-kekerasan.

Menurut Cahyo, mencegah masuknya paham radikal dan terorisme di tingkat keluarga merupakan kunci utama membendung penyebaran cepatnya karena berkembangnya ideologi terorisme di masyarakat luas terjadi karena gerakan, gagasan atau ide radikalisme seringkali terjadi melalui keluarga.

--- Redem Kono

Komentar