Breaking News

NASIONAL Jawab Prabowo, Wiranto: Senior Benar Prabowo Salah 04 Apr 2019 13:20

Article image
Menko Polhukam Jend (Purn) TNI Wiranto. (Foto: Jurnas.com)
Perang pasca-Proklamasi 1945 hanya sekali perang saat menghadapi agresi Belanda. Sekarang dan prediksi ke depan perang terbuka, perang konvensional akan sangat kecil kemungkinannya.

JAKARTA, IndonesiaSatu.co -- Menko Polhukam Jend (Purn) TNI Wiranto menepis pernyataan Calon Presiden (Capres) 02 Prabowo Subianto pada debat capres keempat, Sabtu (30/4/2019). Pada debat terseut, Prabowo antara lain menyindir pimpinan TNI yang bersikap asal bapak senang (ABS).

Wiranto menjawab ucapan Prabowo yang membanggakan dirinya sejak usia 18 tahun sudah siap mati untuk negara. Wiranto mengungkapkan hal tersebut ketika ditanya seusai Rakernas Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) di Banjarmasin Selasa, (2/4/2019).

"Nga-be-es ke Pak Jokowi yang suka blusukan ke sana-kemari percuma. Pasti akan mempermalukan diri sendiri karena akan ketahuan bohongnya," ujar Wiranto, Rabu (3/4/2019) seperti dilansir okezone.com (3/4/2019).

"Makanya, jangan asal menuduh menyamakan dengan pengalamannya sendiri. Apalagi yang dituduh institusi TNI, alma mater yang membesarkannya, sungguh menyedihkan!" imbuhnya.

Menurut mantan Panglima ABRI ini, tak hanya Prabowo, namun semua prajurit TNI sejak dilantik sudah kontrak mati untuk negeri yang dicintai ini. Bahkan, sudah ribuan prajurit gugur dalam menjalankan tugasnya, dan mereka telah membuktikan sebagai prajurit sejati.

"Maka, sebaiknya kalau masih hidup sampai sekarang tak perlu membanggakan diri. Lebih baik mensyukuri untuk melanjutkan pengabdiannya. "The soldiers never die just fade away," katanya.

Wiranto juga membantah pernyataan Prabowo yang menyalahkan para senior jenderal karena meramalkan tak ada perang, tapi terjadi perang di Timor-Timur (Timtim),

"Senior benar Prabowo salah," tegas Wiranto.

Menurut Wiranto, operasi di Timtim bukan perang antar-negara tetapi operasi keamanan dalam negeri (Opskamdagri), yang ketika itu Timtim merupakan propinsi ke-27.

Perang pasca-Proklamasi 1945 hanya sekali saat menghadapi agresi Belanda. Setelah itu, hingga sekarang dan prediksi ke depan perang terbuka, perang konvensional akan sangat kecil kemungkinannya berdasarkan hasil kajian strategis.

Wiranto menambahkan, mindset ancaman sudah berubah dalam spektrum yang lebih luas dan kompleks, sehingga ia mengkritisi kalau dalam menerjemahkan ancaman sudah salah, maka kebijakan yang diambil pasti akan jauh menyimpang dari yang dibutuhkan.

"Apalagi itu kebijakan negara, wah pastilah resikonya sangat fatal," tuturnya.

Dicontohkannya, karena salah mendeskripsikan ancaman terkini, Prabowo yang menilai dirinya paling paham soal pertahanan keamanan justru menganggap pertahanan RI buruk dan lemah. Sebabnya, hanya karena tidak punya uang untuk memberdayakan TNI.

"Bayangkan kalau APBN dihambur untuk membeli Alutsista TNI, sedangkan ancaman riilnya bukan perang apa jadinya negeri ini?" katanya.

Menurut Wiranto, Jokowi sudah benar menempatkan Anggaran Pendapat Belanja Negara (APBN) buat pertahanan terus meningkat sejalan dengan semakin menipisnya trauma kembalinya kekuatan militer mendominasi negeri ini.

Mengenai pendapat Prabowo tentang mempertahankan teknologi lama atau kuno dengan alasan tak mau berutang, Wiranto menanggapinya dengan tertawa. Menurutnya salah aneh dan salah besar, karena UUD 1945 sudah sangat gamblang mengamanatkan kepada kepala negara atau pemerintahan untuk melindungi, mensejahterakan dan mencerdaskan kehidupan bangsa, baru ikut melaksanakan ketertiban dunia.

"Ini ada capres yang malah enggan mencerdaskan bangsanya hanya karena tak mau berutang. Negara mana sih yang enggak ngutang ? Negara maju seperti AS, Jepang bahkan Cina punya utang. Yang penting utang itu buat investasi yang produktif yang mempunyai prospek positif ke depan termasuk transfer teknologi," ujarnya.

Wiranto menuturkan, ke depan yang menghidupi bangsa Indonesia bukan lagi bergantung ke natural resources (sumber daya alam) yang semakin menipis. Namun, human capital (sumber daya manusia) yang cerdas dan tercerahkan.

--- Simon Leya

Komentar