Breaking News

REGIONAL Kasus Mahasiswa TTU di Jakarta, Ketua PMTJ: Bupati TTU, Ke Mana Saja Dua Tahun ini? 12 Apr 2017 00:36

Article image
Ketua Persatuan Mahasiswa Timor Jakarta Epinitus Fina. (Foto: IndonesiaSatu.co)
Epi yang juga Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Unversitas Bung Karno Jakarta menyuarakan komitmen mahasiswa Timor Jakarta untuk mengawal penyelesaian kasus ini hingga tuntas.

JAKARTA, IndonesiaSatu.coKetua Persatuan Mahasiswa Timor Jakarta (PMTJ) Epi Fina mendesak Bupati Timor Tengah Utara (TTU) Raymundus Fernandez dan jajarannya untuk sesegera mungkin menyelesaikan kasus kampus bodong alias abal-abal yang menimpa ratusan mahasiswa TTU di Jakarta.

Hal ini disampaikan Epi Fina saat berkunjung ke Redaksi IndonesiaSatu.co di Jl Tebet Raya 25A, Jakarta Selatan, Rabu (12/4/2017).

“Sebagai wakil mahasiswa dalam PMTJ, kami mendesak Bupati TTU untuk ke Jakarta dan menyelesaikan kasus yang sangat memprihatinkan ini,” tegas Epi.

Sikap pemerintah disayangkan

Epi menyayangkan sikap pemerintah TTU yang tidak menuntaskan komitmen awal mereka untuk mengurus nasib para mahasiswa yang terlibat kasus ini.

“Dari cerita teman-teman kami yang menjadi korban, pemerintah pernah mengirim wakil untuk bertemu para mahasiswa TTU, tetapi janji yang disampaikan untuk mengurus mereka tidak pernah direalisasikan sampai saat ini,” ujar Epi.

Epi yang juga Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Unversitas Bung Karno menyuarakan komitmen mahasiswa Timor Jakarta untuk mengawal penyelesaian kasus ini hingga tuntas.

“Kami akan turun aksi dan atau menggugat secara hukum kasus ini jika Bupati TTU tidak datang menemui mahasiswa dan menyelesaikan masalah ini,” kata Epi.

Para mahasiwa Timor, demikian Epi, menuntut Bupati agar mengembalikan para mahasiswa TTU tersebut ke kampus yang legal, membantu biaya pindah, dan bagi para mahasiwa yang terpaksa berhenti atau drop out (DO) untuk melanjutkan perkuliahannya kembali di kampus yang layak dan legal.

“Ini sebagai bentuk kompensasi dan kepedulian dari pemerintah TTU, karena selama ini membiarkan mereka berjuang sendiri selama dua tahun,” imbuh Epi.

Sebagai kaum muda penerus bangsa, khususnya di TTU, para mahasiswa perlu diusahakan agar memiliki pendidikan yang layak. Karena itu Bupati TTU seharusnya serius memberikan perhatian pada kasus ini.

“Ini tentang ratusan generasi penerus TTU dan bangsa. Jika mereka terlantar berarti membunuh masa depan mereka," papar mahasiswa kelahiran Timor Tengah Selatan ini.

Ke mana saja dua tahun ini?

Epi menduga Bupati TTU saat ini hanya menggunakan para mahasiswa demi kepentingan politik kekuasaan.

“Kami dengar cerita anak-anak direkrut sebelum Bapak Ray Fernandez mencalonkan diri sebagai calon Bupati TTU periode kedua pada 2015. Akhirnya pada 2015, Pak Ray menang dalam Pilkada Kabupaten TTU,” ungkap Epi.

Kini Raymundus Fernandez digadang-gadang sebagai salah satu kandidat gubernur NTT pada Pilkada NTT 2018. Pada saat yang sama, Bupati Raymundus diinformasikan akan ke Jakarta untuk menemui para mahasiwa.

“Mengapa baru sekarang mereka hendak diperhatikan? Ke mana saja selama dua tahun ini? Kami berharap agar  kedatangan Bapak Ray tidak bermotif politik, tetapi didasarkan atas desakan nurani kepemimpinannya yang mencintai para warganya, terutama generasi penerus TTU dan bangsa,” tegas Epi.   

Sebagaimana diberitakan IndonesiaSatu.co pada 11 April 2017, ratusan mahasiswa TTU di Jakarta yang pernah berkuliah di Sekolah Tinggi Administrasi Kawula Indonesia (STIAKIN), Sekolah Tinggi Ekonomi Ganesha (STIE Ganesha), Sekolah Tinggi Teknologi (STT) Telematika dan STIKIP Suluh Bangsa yang tergabung dalam Yayasan Aldiana Nusantara mendesak Bupati Timor Tengah Utara Drs Raymundus Fernandez dan jajaran pemerintahannya untuk memperhatikan nasib mereka di Jakarta.

Sekolah-sekolah yang tergabung dalam Yayasan Aldiana Nusantara ini telah dibekukan oleh Kementerian Riset dan Pendidikan Tinggi sebagai kampus abal-abal. Ratusan mahasiswa dari TTU yang bersekolah di tempat itu harus berjuang sendiri dalam menyelesaikan kasus itu.

Para mahasiswa beranggapan bahwa pemerintah tidak memperhatikan nasib mereka, padahal kedatangan mereka ke Jakarta buah dari kerja sama pemerintah TTU dan Yayasan Aldiana Nusantara.

--- Very Herdiman