Breaking News

KEAMANAN Kasus Penusukan Bripka Frence, Bukti SOP Polri Masih Lemah 11 May 2018 15:34

Article image
Penjagaan di pos Mako Brimob Kelapa Dua, Depok. (Foto: kompas.com)
Menurut Neta, petugas seharusnya menerapkan SOP yang benar ketika mengamankan seseorang yang dicurigai. Pemeriksaan tubuh dan barang bawaan orang yang dicurigai wajib dilakukan.

JAKARTA, IndonesiaSatu.co -- Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane menilai, peristiwa penusukan terhadap Bripka Frence pasca kerusuhan di Rutan Mako Brimob, Kelapa Dua menunjukkan SOP Polri masih lemah. Petugas seharusnya melakukan pemeriksaan tubuh terhadap seseorang yang dicurigai.
"Kasus ini menunjukkan bahwa sikap profesional, kepekaan, kepedulian, dan ketaatan pada SOP semakin rendah," kata Neta sebagaimana dikutip detikcom, Jumat (11/5/2018).
Menurut Neta, petugas seharusnya menerapkan SOP yang benar ketika mengamankan seseorang yang dicurigai. Pemeriksaan tubuh dan barang bawaan orang yang dicurigai wajib dilakukan.
"Saat menangkap orang yang mencurigakan, polisi harus menggeledah seluruh tubuh pelaku agar polisi yang menangkap dan membawanya ke kantor polisi lebih aman dari berbagai ancaman. Ini SOP. Jika kemudian orang yang dicurigai tersebut bisa menusuk polisi di markas polisi, tentu banyak hal yang salah. Dari mana yang bersangkutan mendapatkan pisau dan kenapa yang bersangkutan tidak digeledah secara cermat," tegasnya.
Kejadian itu, menurut Neta, menunjukkan pengamanan di Mako Brimob masih lemah. "Mako Brimob sebenarnya selama ini terkesan menakutkan, tapi ternyata aparat yang bertugas masih kurang profesional, tidak peka, tidak cermat, dan tidak menjalankan SOP dengan maksimal," tuturnya.
Dalam keterangannya, Neta juga menjelaskan kronologi penyerangan terhadap korban Bripka Frence. Berdasarkan informasi yang diterima Neta, yang menurutnya info A1 (akurat), peristiwa pada Kamis (10/5) malam bermula ketika dua anggota Intel Brimob melihat tiga lelaki mencurigakan di sekitar Mako Brimob.

"Sepertinya ketiganya diduga membawa bahan peledak. Kedua Intel Brimob itu, Briptu Norman dan Briptu G, pun berusaha membekuk ketiganya. Namun hanya TS yang tertangkap. Sedangkan dua temannya berhasil kabur," tuturnya.
Karena membawa bahan peledak, pelaku Tendi Sumarno dibawa ke kantor Satintelmob di dalam Mako Brimob. Saat diperiksa, Tendi meminta izin ke toilet. Karena lama tidak muncul, korban mendatangi toilet.
"Saat itulah TS (Tendi Sumarno) melakukan serangan dan menikam anggota Brimob itu bertubi-tubi. Mendengar keributan di toilet, teman-temannya mendatangi TKP dan berhasil membekuk TS," ungkapnya.
Korban kemudian dibawa ke RS Bhayangkara. Pukul 02.40 WIB, Jumat (11/5), korban dinyatakan meninggal dengan luka parah di bagian perut.

"IPW merasa prihatin atas peristiwa ini karena terjadi di Mako Brimob pascakekacauan di Rutan Brimob. IPW berharap Polri transparan mengungkap peristiwa pembunuhan anggota Brimob ini dan mengungkap pelaku dari teroris jaringan mana. Polri juga perlu meningkatkan keamanan di sekitar Mako Brimob. Jika keamanan polisi di markas komando pasukan elite Polri itu saja tidak bisa terjaga, bagaimana publik bisa percaya bahwa polisi mampu menjaga keamanan masyarakat," tandasnya.

--- Simon Leya

Komentar