Breaking News

PARIWISATA Kebijakan Bagasi Berbayar Hantam Industri Pariwisata 01 Feb 2019 11:29

Article image
Foto ilustrasi bagasi pesawat. (Foto: Tirto.id)
Kebijakan bagasi berbayar membuat banyak pelanggannya kecewa. Terutama yang ingin berwisata jarak jauh.

SURABAYA, IndonesiaSatu.co – Alih-alih ingin menaikkan pendapatan, kebijakan bagasi berbayar yang dietapkan beberapa maskapai penerbangan justru berimbas pada turunnya tingkat kunjungan wiatawan. Penurunan tingkat kunjungan juga otomatis menurunkan jumlah penumpang angkutan udara.

Ketua Dewan Tata Krama Association of The Indonesian Tours and Travel Agencies (Asita) Jatim Nanik Sutaningtyas menuturkan, biaya tersebut bisa lebih tinggi jika harga tiket pesawat juga naik.

’’Jadi, kami asumsikan kenaikan biaya paket wisata domestik saat ini sekitar 30–50 persen,’’ kata Nanik, Kamis (31/1) seperti diberitakan JPNN.com (1-2-2019).

Nanik mengungkapkan, kebijakan bagasi berbayar membuat banyak pelanggannya kecewa. Terutama yang ingin berwisata jarak jauh.

Contohnya, warga Surabaya yang ingin berlibur ke Medan dan harus transit di Jakarta akan mengeluarkan biaya bagasi yang cukup besar. Sebab, biaya bagasi akan terhitung dua kali.

’’Pertama dibayar saat perjalanan dari Surabaya–Jakarta karena transit dulu, lalu Jakarta–Medan. Tarif bagasi ini bisa-bisa lebih mahal dari harga tiket pesawat Surabaya–Medan,’’ jelas Nanik.

Meski begitu, pihaknya belum bisa memprediksi seberapa besar pengaruh kebijakan tersebut terhadap pertumbuhan wisatawan domestik.

Sebab, saat ini masih periode low season sehingga belum banyak warga yang ingin pelesir.

“Namun, kami rasa yang akan berpengaruh signifikan adalah paket wisata jarak jauh atau antar-pulau. Pasti sulit dijual,’’ ucap Nanik.

Asita Jatim berharap pemerintah merumuskan regulasi yang juga mampu melindungi agen travel.

Jika tidak, sektor bisnis wisata bisa tergilas. Terlebih, kunci utama pariwisata adalah akses transportasi.

’’Pemerintah atau maskapai jangan membuat aturan seenaknya dan membuat biaya perjalanan jadi mahal sekali. Itu bisa membuat pariwisata terpuruk,’’ kata Nanik.

 

 

Memperberat pariwisata

Kebijakan bagasi berbayar dan harga tiket pesawat berbagai maskapai yang masih tinggi turut memperberat dampak yang diterima sektor pariwisata.

"Kebijakan bagasi berbayar ini menurunkan jumlah penumpang pesawat dan menyebabkan pembatalan perjalanan oleh wisatawan di beberapa tempat," kata Kepala Biro Komunikasi Publik Kementerian Pariwisata (Kemenpar) Guntur Sakti ketika dihubungi Reporter Tirto pada Kamis (31/1/2019).

Guntur mengatakan sekitar 30-40 persen pengeluaran wisatawan diisi oleh kebutuhan transportasi. Hal ini diyakini akan menjadi masalah bila persentase itu naik hingga 80 persen dari total pengeluarannya.

Guntur mengatakan okupansi hotel juga terpengaruh dengan kebijakan ini. Ia memperkirakan telah terjadi angka penurunan yang cukup signifikan di berbagai destinasi.

"Travel agent misalnya saat ini ragu bahkan tidak berani menjual paket," ucap Guntur.

Guntur mengatakan Kemenpar akan terus melakukan koordinasi dengan Kementerian Perhubungan dan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman. Hal itu ditujukan untuk menemukan titik temu dan solusi terbaik.

Menteri Pariwiata (Menpar) Arief Yahya kata Guntur telah mengirimkan tim yang diketuai oleh Staf Khusus Menteri Pariwisata Bidang Aksesibilitas Judi Rifajantoro. Tim bertugas melaporkan situasi lapangan di level masyarakat dan mengumpulkan masukan yang diperlukan bagi pemangku kepentingan terkait.

Ia menegaskan solusi ini menjadi penting untuk menjaga iklim yang kondusif bagi perkembangan sektor pariwisata. Namun, di saat yang sama ia akan berupaya melakukannya tanpa mengabaikan kelangsungan bisnis penerbangan.

Ketentuan layanan bagasi ini tercantum dalam Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 185 Tahun 2015 tentang Standar Pelayanan Penumpang Kelas Ekonomi Angkutan Udara Niaga Berjadwal Dalam Negeri.

Pasal 22 butir C menyatakan maskapai dengan pelayanan no frilss (standar minimum) atau LCC bisa mengenakan biaya untuk pengangkutan bagasi tercatat.

--- Simon Leya

Komentar