Breaking News

POLITIK Kisah Sukses Ima Mahdiah, Staf Ahok yang Raup Suara Terbanyak Dapil 10 Jakbar 11 May 2019 11:51

Article image
Ima Mahdiah, Mantan staf Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok. (Foto: Tribun News)

MANTAN staf Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, Ima Mahdiah, memperoleh suara terbanyak di antara politikus PDI Perjuangan lain untuk daerah pemilihan (dapil) 10 Jakarta Barat. Dalam rekapitulasi suara KPU DKI Jakarta Jumat malam, (10/5/2019), Ima berhasil meraup 30.591 suara.

Ima seperti dilansir Tempo.co, Sabtu (11/5/2019) telah mengalahkan calon legislatif petahana seperti Merry Hotma dan Raja Natal Sitinjak. Merry memperoleh 24.803 suara dan Raja sebesar 5.193 suara.

Setelah Ima, peringkat kedua tertinggi diduduki oleh Merry. Menyusul kemudian Hardiyanto Kenneth dengan perolehan 21.870 suara dan Stephanie Octavia yang menerima 18.000 suara.

Wakil Ketua Bidang Pemenangan Pemilu Dewan Pimpinan Daerah (DPD) PDIP DKI Gembong Warsono memperkirakan, partainya bakal mendapat empat kursi di Dapil 10 Jakarta Barat. Dapil Jakarta Barat terbagi dua, yakni Dapil 9 untuk Kecamatan Cengkareng, Kecamatan Kalideres, Kecamatan Tambora.

Sedangkan Dapil 10 Jakarta Barat terdiri dari Kecamatan Grogol Petamburan, Kecamatan Taman Sari, Kecamatan Kebon Jeruk, Kecamatan Palmerah, dan Kecamatan Kembangan.

"Prediksi kita dapat tujuh kursi untuk Jakarta Barat. Kalau dua dapil dapat 7 berarti kita turun 1 kursi dari 2014. Suara tidak beda tapi ada perbedaan penghitungan suara," kata Gembon di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Jumat malam, 10 Mei 2019.

 

Ahok Sosok Inspiratif

Eva Nurrul Prastiwi dalam artikelnya berjudul “Digembleng BTP, Ima Siap Jadi Wakil Rakyat”, menulis sukses Ima tidak lepas dari sosok Ahok. Ima menyebut Ahok sebagai sosok inspiratif. Sembilan tahun mengalami sepak terjang Ahok mendorongnya untuk menapaki jalan politik (Gesuri.id).

Pertemuan Ima dengan BTP terjadi berkat tugas Politik Indonesia yang diberikan oleh sang Dosen Bima Arya saat ia masih duduk di semester 1 jurusan Hubungan Internasional Universitas Paramadina.

"Waktu itu kami disuruh mengikuti keseharian anggota DPR yang masih muda dan benar-benar fight untuk rakyat," ujar Ima, belum lama ini.

Ima mengaku, saat itu anggota DPR yang ia tahu hanya berasal dari kalangan selebritis seperti mendiang Adjie Massaid atau Ruhut Sitompul. Namun, para anggota DPR yang lebih populer itu sudah diambil oleh teman sekelasnya.

Hingga salah satu temannya memberikan kartu nama bertuliskan Basuki Tjahaja Purnama Anggota Komisi II DPR RI dari Fraksi Golkar, ia sama sekali tidak pernah mendengar nama tersebut.

Terkait hal itu, ia bersama kelompoknya pun memiliki alternatif nama politisi dari Gerindra Dhohir Farisi. Mereka sepakat mengirimkan pesan singkat kepada kedua politisi itu untuk meminta kepastian. Siapa yang balas lebih dulu itulah yang mereka jadikan narasumber.

Selang 30 menit sejak pesan dikirim, BTP langsung memberikan jawaban. Sedangkan Dhohir Farisi baru membalasnya beberapa jam setelahnya.

"Ya jadi apa boleh buat kita dapatnya Pak Basuki," ujarnya.

Saat melihat aksi BTP di ruang rapat DPR itulah awal mula Ima merasa bangga dapat menjadikan BTP sebagai sosok narasumber dalam tugas kuliahnya.

Tak hanya ikut di DPR, Ima juga ikut saat BTP menemui konstituennya di Belitung saat masa reses. Di situlah Ima makin dibuat heran dengan sikap BTP. Lima hari mengikuti BTP di dapilnya, Ima benar-benar kewalahan. Setiap hari dari pagi sampai tengah malam tak pernah merasa lelah menemui warga.

"Pas kita ikut reses kita kaget ada ya anggota DPR jam 9 pagi itu benar-benar tepat. Kita blusukan sampai jam 12 malam karena dari desa ke desa itu jaraknya dua jam. Saya pikir kok masih ada ya orang begini," beber Ima.

Takjub dengan sikap BPT, Ima pun selalu mempromosikan nama BTP kepada teman-teman kampusnya. Setelah selesai mengikuti keseharian BTP sebagai Anggota DPR, Ima pun tetap menjalin komunikasi. Pada 2011, saat BTP berwacana untuk maju sebagai calon independen dalam Pilkada DKI 2012, Ima menjadi seorang tim suksesnya.

 

Tim Sukses BTP

Usai menyelesaikan tugas kuliahnya, tetap menjalin komunikasi dengan BTP. Ketabjuban Ima terhadap BTP pun berlanjut dengan mennjadi tim sukses BTP, saat ia diwacanakan sebagai calon independen dalam Pilkada DKI 2012.

Ima bergerilya ke sejumlah tempat untuk meminta foto kopi KTP sebagai syarat agar BTP bisa maju lewat jalur independen.

"Dulu pulang kuliah saya ke pasar. Saya promosiin ke warga bilangin kalau mereka ada kesulitan soal masalah kependudukan bisa telpon ke Pak BTP," ujarnya.

Meski di tengah jalan akhirnya BTP maju sebagai cawagub dari Joko Widodo (Jokowi), Ima tetap menjadi tim sukses Jokowi-BTP.

Saat BTP menjabat sebagai wakil gubernur pada 2012 hingga akhirnya menjadi Gubernur DKI Jakarta dan lengser pada 2017, Ima setia menjadi staf BTP. Kerja dengan BTP dirasakan Ima juga sebagai tempatnya belajar dan mencari pengalaman tentang tata cara melayani warga.

"Kalau ada keluhan warga soal pendidikan, kesehatan dan banjir pasti masuknya ke saya," kata Ima.

Atas pengalamannya selama lima tahun mendengar keluhan warga dan belajar dari BTP, Ima beranikan diri terjun ke dunia politik. Pilihannya tepat, ia kini akan menjadi Anggota DPRD periode 2019-2024 dan ingin fokus menangani masalah kesehatan, pendidikan dan lansia di ibu kota.

 

Dukungan BTP

Setia menjadi staf dan timses BTP, pada Pileg 2019 ini justru BTP yang menjadi timses Ima. BTP mendukung penuh langkah Ima untuk maju sebagai caleg DPRD dari PDI Perjuangan.

"Dari Pak BTP saya belajar kalau saya di dalam (pemerintahan) saya akan bantu banyak orang," ucap Ima.

Ima mengaku beruntung telah mengenal BTP sejak lama. Terhitung sejak sekitar 9 tahun silam atau saat masih kuliah semester 1 di Universitas Paramadina, ia telah mengenal BTP secara personal.

Dalam perjalanan waktu itulah membuat Ima banyak belajar dari sikap dan perilaku BTP, entah sebagai pribadi, wakil rakyat hingga kepala daerah.

"Secara tidak langsung saya sudah dibentuk karakternya oleh Pak BTP. Saya bersyukur pernah digembleng dari saya awal kuliah sampai saat ini," tandasnya.

--- Simon Leya

Komentar