Breaking News

SOSOK Maestro Pendidikan itu Telah "Pergi": Mengenang Dr Sirilus Belen 16 Jul 2018 14:15

Article image
Almarhum Sirilus Belen. (Foto: Ist)
Menurut almarhum, metode pendidikan kita kurang mendorong pola pikir kritis, kreatif, dan pemecahan masalah serta kurang terajut melalui link & match antara sektor industri (kekuatan produksi) dengan sektor pendidikan.

Oleh Redem Kono

 

HARI ini, Senin (16/7/2018), Dr. Sirilus Belen, S.Pd., B.Phil, pakar pendidikan dan salah satu cendekiawan Katolik meninggal. Almarhum ditemukan pingsan di kamar mandi, sempat dibawa ke rumah, namun nyawanya tidak tertolong. Kata dokter, almarhum terkena serangan jantung.

Untuk kami alumni STFK Ledalero di Jakarta, “Senior Sil” (panggilan akrab) telah mewariskan sejumlah nilai yang penting bagi hidup. Sebagai kakak, ia mengajarkan banyak hal. Salah satu yang paling saya ingat: ia mengajarkan tentang optimisme dan semangat juang tanpa menyerah untuk menghadapi hidup.

Tetapi lebih dari itu, Senior Sil di kancah nasional dikenal sebagai satu konseptor besar di balik layar pendidikan di Indonesia. Gagasan-gagasan yang bernas dari alumnus Institute of Education University of London (Inggris) dan University of Cambridge Local Examination Syndicate (Inggris), ini kini telah menginspirasi banyak sekolah, guru, dan lain-lain.

Sambil mengenang almarhum, saya tiba-tiba teringat beberapa gagasan bernasnya terhadap dunia pendidikan, sebagaimana yang pernah diutarakannya dalam wawancara dengan salah satu alumni Ledalero Fens Alwino di Staging Point, (22/02/2018). Mungkin baik saya ringkaskan di sini.

Menurut almarhum, kendala dalam upaya mencerdaskan kehidupan Bangsa Indonesia, khususnya daya-saing SDM Negara RI selama ini, yakni metode pendidikan kurang mendorong pola pikir kritis, kreatif, dan pemecahan masalah serta kurang terajut melalui link & match antara sektor industri (kekuatan produksi) dengan sektor pendidikan.

“Sistem pendidikan kita masih tradisional yang kurang menekankan kreativitas berpikir dan bertindak, berpikir kritis, dan kemampuan memecahkan masalah dan kurangnya link & match sektor pendidikan dan sektor-sektor produksi, khususnya industri,” ungkapnya.

Untuk meningkatkan daya-saing SDM Negara RI melalui program pendidikan, menurut Dr. Sirilus Belen, dapat diraih melalui penerapan kurikulum berbasis kompetensi, peningkatan kualitas dan relavansi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan peningkatan link & macth sektor pendidikan dan sektor-kerja atau industri.

“Untuk meningkatkan daya-saing SDM Negara RI, kita harus menerapkan sistem belajar aktif dari Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi dengan pendekatan kurikulum berbasis kompetensi; meningkatkan kualitas dan relevansi SMK, khususnya unit produksi tiap SMK; dan meningkatkan link & match sektor pendidikan dan sektor-kerja melalui pembenahan kurikulum SMK yang menekankan praktik, membenahi sistem magang di SMK, politeknik, dan universitas di sektor-kerja,” ujar Dr. Sirilus Belen, alumnus S3 bidang antropologi dan sosiologi dari South Bank University London (Inggris).

Ketiga solusi tersebut di atas, menurut Dr. Sirilus Belen, dapat meningkatkan daya-serap tenaga kerja yang mengurangi pengangguran dan menghasilkan pemerataan sosial-ekonomi; produk-produk sektor usaha atau industri Negara RI dapat bersaingan di pasar dunia; lulusan SMK dan perguruan tinggi dapat menjadi wira-usaha atau entrepreneur yang mampu menghasilkan inovasi, kreasi, dan lapangan kerja-baru; dan produksi Negara RI kurang bergantung pada hasil mineral dan bahan mentah sumber alam, tetapi produksi bernilai sosial, ekonomi, dan lingkungan dari modal utama kreasi dan inovasi SDM.

Menurutnya, arah pembangunan SDM Negara RI harus digencarkan perubahan metode pendidikan dan fokus pada pendidikan vokasi atau pendidikan kejuruan, training vokasi, dan politeknik. Alasannya, lebih dari 60% SDM Negara RI hanya lulusan SD (Sekolah Dasar) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP); sekitar 80% guru SMK adalah guru normatif.

Anggaran besar sektor pendidikan perlu tepat sasar melalui perubahan metode pendidikan sesuai tuntutan zaman dan disertai oleh sistem pemantauan, evaluasi, dan akuntabilitas keuangan.

“Agar dana besar ini tidak mubasir, harus tepat sasaran. Sistem pendidikan harus diubah yakni kurikulum berbasis kompetensi, tingkatkan kualitas dan relevansi SMK, dan tingkatkan link and match dari SMK hingga universitas; harus dilaksanakan sistem monitoring, evaluasi dan akuntabilitas keuangan yang tepat sehingga tercegah korupsi dana yang besar ini,” ungkapnya.

Almarhum tidak hanya berbuih-buih kata. Ia melakukan apa yang diajarkannya tersebut. Berbekal kemampuan bahasa Inggris dan Jerman yang dimilikinya, almarhum membaca jurnal-jurnal ilmiah penelitian. Pendidikan harus mewujud dalam materialisme keterampilan praksis. Ada hubungan antara ide dan praktik. Ia cepat menemukan bahwa banyak peluang baik yang seharusnya dipetik dari perkembangan ilmu pengetahuan.

Dari jurnal, almarhum belajar meracik obatan-obatan herbal. Racikannya terbukti manjur dan mengobati banyak penderita. Maka, ia mendirikan CV Sanno, dengan karyawan sekitar 22 orang. Penelitiannya mendatangkan kegembiraan bagi banyak orang. 22 orang karyawan itu dijadikannya sebagai keluarga, direkrut dari kalangan tidak mampu sehingga dapat melanjutkan pendidikan.

Selamat jalan Maestro Pendidikan, Senior Sil. Kepadamu kami sampaikan potongan puisi Kahlil Gibran berjudul: Indahnya Kematian.

“Lihatlah Kematian berdiri bagai kolom-kolom cahaya antara ranjangku dengan jarak infiniti;
Tahanlah nafasmu dan dengarkan kibaran kepak sayap-sayapnya.
Dekatilah aku, dan ucapkanlah selamat tinggal buatku.
Ciumlah mataku dengan seulas senyummu.
Biarkan anak-anak merentang tangan-tangan mungilnya buatku dengan kelembutan jemari merah jambu mereka;
Biarkanlah Masa meletakkan tangan lembutnya di dahiku dan memberkatiku;
Biarkanlah perawan-perawan mendekati dan melihat bayangan Tuhan dalam mataku,
dan mendengar Gema Iradat-Nya berlarian dengan nafasku.”

Komentar