Breaking News

NASIONAL Masyarakat Diharapkan Terlibat Perangi Berita Palsu 28 Apr 2018 10:53

Article image
Masyarakat diharapkan turut berpartisipasi memberantas hoax. (Foto: Ist)
Tujuan dari diundangnya pelaku dari platform sosial adalah untuk mengajak bekerjasama dengan strategi masing-masing untuk memerangi berita palsu dan ujaran kebencian

JAKARTA, IndonesiaSatu.co -- Deputi V Kepala Staf Kepresidenan Jaleswari Pramodhawardani menegaskan bahwa maraknya berita palsu dan ujaran kebencian, baik melalui media mainstream maupun media sosial menjadi concern bersama, karena implikasinya begitu luas.

Pernyataan itu disampaikan Jaleswari usai menerima perwakilan content creator dan platform di Kantor Staf Presiden, Selasa, (24/4/2018).

Menurut Jaleswari, pemberantasan hoax atau berita palsu merupakan tanggung jawab Negara dan juga masyarakat.

“Tak hanya berefek di pemerintahan tetapi juga di kehidupan bermasyarakat,” kata Jaleswari.

Tujuan dari diundangnya pelaku dari platform sosial ini untuk mengajak bekerjasama dengan strategi masing-masing untuk memerangi berita palsu dan ujaran kebencian.

Hadir dalam pertemuan ini Chief Evangelist Path Yudha ‘Domex’ Mandey dan Chief Marketing Officer Infia Indonesia Danny Syah Aryaputra yang bersepakat menyatakan kepedulian mereka memerangi maraknya ujaran kebencian dan berita hoaks.

Concern kami terletak pada pengaruh besar dari berita hoaks untuk Indonesia. Dengan mengundang pemain-pemain platform medsos, kami berharap dapat mengajak bekerjasama membangun Indonesia. Saya rasa perlu membangun kolaborasi antara media sosial dan pemerintah untuk menanggapi hal itu,” tegas Jaleswari.

Sebagai generasi pengguna gadget aktif, Yudha ‘Domex’ Mandey merasakan kekhawatiran yang sama mengenai maraknya berita hoax dan ujaran kebencian.

“Sempat panasnya masa Pilkada dan Pilpres di media sosial membuat kami mengambil ketegasan dalam konten Path,” ungkapnya.

Ia menjelaskan, melalui fitur report oleh user, manajemen Path dapat mengetahui akun-akun yang mengeluarkan konten mengkhawatirkan, untuk kemudian konten itu diatur ‘hide’ serta dimungkinkan untuk di-suspend.

Diubahnya bentuk Path yang awalnya ditujukan untuk circle-friends menjadi untuk umum juga diantisipasi dengan memfilter banyak kata kuci yang berhubungan dengan SARA dan hal-hal yang dapat memicu kebencian sehingga tidak dapat di-repost dan disebarluaskan.

Pada sisi yang sama Danny Syah Putera selaku CMO Infia Indonesia juga mengakui keresahannya terhadap ujaran kebencian dan informasi hoaks, terlebih sebagai content creator, Danny merasa perlu lebih waspada dalam meracik konten untuk menghindari perpecahan dalam kelompok.

--- Redem Kono

Komentar