SASTRA Mata Buku (Puisi) 23 Sep 2016 23:07
Tertawa sendiri ketika kau bercerita di telepon tentang senja emas.
Oleh Fridz Embu
Berkunjung saat masih terlalu pagi
Halaman seratus
Sebelah gambar ibu
Paragraf kesepuluh
Kau menunggu
Aku terjebak
Antara perang dan petuah Abraham
Kau menunggu!
***
Tertawa sendiri ketika kau bercerita di telepon tentang senja emas
Karena dinding, lemari, perabotan
Ramai-ramai teriak, "Jangan!"
Jadi, jangan teriakan apa-apa
Apalagi "Jangan!"
Kemarin, cuma kusam jendela,
Hari ini, cuma barisan gerbang kaca lantai tiga
Kemudian, cuma hasil pencarian di papan touchscreen
Hanya cuma
Jangan teriakan "Jangan!"
Kerena jangan membuat kita menahan kantuk
Menahan kencing
Menahan tikam
Menahan mau
Jadi palsu
Membuat aku membenci puisi
Menahan wajahmu
Jangan "Jangan!"
Setelah semua makan bersama
Tak satu pun boleh diberi harga
Kau pun
Aku tak bisa, "Jangan kau!"
***
Secangkir coklat hangat
Dan sajak dari speaker
Tak boleh ada kamar selain kau
Ruang duduk kamarku cuma ilusi
Kumpulan gambar-gambar buram
Secangkir coklat hangat
Dan sajak yang tak ketemu
Seharusnya tak ada bacaan apapun
Kauaku tahu, membaca sama dengan hilang
Mencari sama saja lari
Menemukan itu juga tidak menemukan
Kau
Ku
Membaca
Lalu lenyap
Lalu rindu
Lalu kaget
***
Yang sepi di ruang parkir
Yang berjalan sendiri dari AC
Meradang di deretan rak
Yang pukau sudut taman
Ternyata wajah kita sendiri
***
Akhirnya,
Kita keluar dari gugup aksara
Sambil memeluk tangan yang lain
Saat itu, hari sedang cukup senja
Gramedia, (2016)
***
*) Penulis adalah alumni STFK Ledalero, Flores, dan kumpulan puisi pertama telah terbit dengan judul '1 Hari Lelaki' (2016)
Komentar