Breaking News

OLAHRAGA Menanti Tuah Tangan Dingin Shin Tae-Yong 28 Dec 2021 09:55

Article image
Timnas Indonesia. (Foto.ist)
Saatnya era Shin Tae-yong membawa merah putih menggenggam Piala AFF 2021.

Oleh Marsellinus Ado Wawo*

SEPAK bola adalah seni memainkan bola dalam sebuah ruang terbuka, yang berdasarkan pada taktik dan strategi yang ditetapkan oleh pelatih dari kualitas individu pemain. Perpaduan taktik dan strategi pelatih dari pemain dapat menentukan sebuah kemenangan.

Membahas kualitas pemain tentunya berkembang biak sampai masalah kesehatan rohani dan jasmani, jiwa dan raga. Jadi kata orang ada faktor teknis dan non teknis. Sehat saja tidak cukup, karena banyak orang sehat yang tidak bisa bermain bola. Tapi banyak pula orang yang bisa bermain bola tapi tidak sehat. Rohaninya terganggu dan jiwanya terguncang, pada hal sang pemain secara teknis sudah hebat. Di sana terdapat faktor non teknis yang tidak mendukung untuk menjadi seorang pemain yang berkualitas. Di sinilah kejelian seorang pelatih untuk menurunkan skuad yang mumpuni untuk meraih sebuah kemenangan.

Banyak sekali jalan menuju Roma untuk meraih kemenangan dan kekalahan dalam permainan sepak bola. Untuk kalah saja harus ada taktik dan strateginya. Apalagi kalau untuk meraih kemenangan. Tentunya membutuhkan effort yang luar biasa dari pelatih dan pemain. Jadi baik untuk kalah dan untuk menang, tetap saja harus ada kerja sama tim, saling mendukung (support) dan kolaborasi.

Suatu ketika seorang mantan pemain liga pernah menceriterakan kepada saya soal taktik dan strategi untuk mengalah. Setiap bola yang dikuasainya yang dipassing ke rekan penyerang, namun oleh si penyerang bukannya menggiring bola tersebut ke gawang lawan, malah dioperkan kembali ke pemain belakang. Dia sampai marah-marah, kalau cara mainnya begini, kapan golnya, akhirnya jadi frustrasi. Dari pada capek sendirian mending minta diganti.

Ini hanya salah satu cara untuk mengalah. Banyak sekali cara-cara untuk mengalah, yang kemudian kita kenal dengan istilah sepak Bola Gajah. Pada hal gajah sendiri tidak mampu berpikir sedemikian licik.

Meraih kemenangan dalam sebuah pertempuran sepak bola membutuhkan taktik dan strategi yang tepat dan disertai daya juang yang luar biasa. Upaya yang luar biasa antara taktik dan strategi yang ditetapkan oleh pelatih, dan mudah diterapkan oleh para pemain, yang sudah diyakini sang pelatih sebagai sebuah keniscayaan demi mencapai sebuah kemenangan.

Apalagi saat final nantinya, timnas kita akan menghadapi tim sekelas Thailand. Yang notabene timnas kita sering kalah di partai final. Pelatih dan pemain harus memiliki kemauan atau niat yang kuat untuk mengalahkan Thailand.

Dalam simbolisasi karakter bangsa, bangsa kita memiliki olahraga seni tradisional yaitu Silat. Terlalu mengandalkan variasi seni, sehingga lupa akan tujuan utama untuk melumpuhkan lawan.

Sangat berbeda ketika kita menyaksikan pertarungan Thai Boxing. Pemain Thai Boxing dalam bertarung langsung fokus dengan aksi-aksi untuk melumpuhkan lawan. Karakter ini yang dimiliki oleh para para pemain dari Timnas Thailand.

Dalam silat, yang bermain adalah seniman, sedangkan dalam Thai Boxing, pemain adalah petarung. Apabila pesilat dan Thai Boxer bertarung, sudah dipastikan Thai Boxer akan menjadi pemenangnya. Jadi banyak dari kita yang tidak mendadak kaget, apabila timnas kita sering bertekuk lutut ketika menghadapi timnas sepak bola Thailand.

Bung Karno dalam awal masa kemerdekaan mengutamakan pembangunan karakter bangsa. Karena pembangunan karakter diyakininya sebagai modal dasar yang kuat bagi pengembangan manusia Indonesia yang seutuhnya dan pembangunan bangsa. Puji syukur bahwa Pak Jokowi sedang mengupayakan kembali pembangunan karakter, agar bangsa kita tidak gentar dalam menghadapi pelbagai pertarungan di dunia olahraga. Jangan sampai kalah mental sebelum bertanding. Ini sangat penting.

Peluang anak asuhan Shin Tae-yong tetaplah ada, walaupun sering kali kalah ketika menghadapi Thailand. Karena rekam jejak permainan Timnas Indonesia kali ini cukup fantastis. Walaupun ada yang meremehkan raihan yang diperoleh oleh timnas kita.

Upaya yang terbaik adalah para pemain dan pelatih harus terlebih dahulu mengenal kemampuan dirinya sendiri, kemudian barulah mengenal kekuatan lawan yang akan dihadapinya.

Kenalilah kekuatan dan kelemahan dirimu, kenalilah kekuatan dan kelemahan musuh, maka engkau akan memenangkan pertempuran. Kenalilah lapangan dan ciptakan medan yang menjebak, dengan demikian kamu akan memenangkan peperangan. Hormatilah musuhmu maka kemenanganmu akan menjadi sempurna. Ini kata para ahli strategi perang.

Baru kemudian kita lengkapi dengan spirit perjuangan burung garuda di dadaku. Dalam cerita fiksi, kita ketahui bahwa burung Rajawali sangat ditakuti oleh makhluk apa pun juga, kecuali burung garudanya sedang sakit. Bahkan sedang sakit pun dikira burung garuda sedang mempersiapkan diri untuk menerkam. Jangan sampai kita kalah sebelum bertarung, terpukul sebelum berlagak. Kasihan dong dengan rakyat Indonesia yang sudah sangat mengharapkan kado akhir tahun dari timnas kesayangan kita.

Spirit ini yang mungkin harus menjadi darah daging perjuangan anak-anak asuhan Shin Tae-yong ketika bertarung menghadapi Thailand pada tanggal 29 Desember 2021. Kalau tidak menampakkan spirit burung garuda di dadaku, apa manfaatnya menjadi lambang seragam merah putih timnas kita.

Kembali untuk niat menjadi juara. Untuk menjadi menang kita harus bertarung, dan untuk menjadi juara kita harus merebut. Keduanya harus dimaknai melalui perjuangan yang berakal budi. Maksudnya, harus melalui skenario yang didasari oleh analisa ilmiah, analisa empirik, dengan pertanyaan mendasar, yaitu, mengapa keseringan kalah melawan Thailand?

Dengan pertanyaan ini, timnas kita akan mudah menemukan jawabannya. Carilah diantara jawaban-jawaban ini, mana yang lebih dominan.

Dalam hal faktor teknis, seberapa jauh kualitas individu pemain kita. Apakah sekelas di bawah Thailand atau sama rata sama rasa. Seberapa hebat daya tahan atau endurance pemain kita, ketika bermain selama 120 menit. Apakah fisiknya mampu beradaptasi dalam jangka waktu selama itu, atau memang hanya kuat kuasa selama 60an menit saja. Ini juga perlu diketahui. Dengan demikian Shin Tae-yong dapat meramu skenario yang tepat guna di dalam taktik dan strateginya.

Kemudian, sehebat-hebatnya pemain, kalau tidak memiliki semangat bertarung atau fighting spirit, maka tidak ada gunanya kehebatan teknis seorang pemain, baik secara individu maupun secara tim. Itu yang dimaksudkan sebagai kekuatan karakter, mental bertarung. Spirit burung garuda di dadaku.

Apabila dicermati secara obyektif, produk pemain Shin Tae-yong, sama kualitasnya dengan pemain Thailand. Dan saya meyakini, bahwa kali ini Timnas kita akan bernasib baik. Ini terbukti dengan hasil pertandingan yang diperoleh ketika dalam babak penyisihan dan semi final. Seperti yang kita sudah ketahui semua, hasilnya di luar dugaan, timnas kita memperoleh kemenangan dengan gol-gol yang cukup banyak.

Formasi 5–4–1, merupakan sebuah formasi yang pas untuk pemain–pemain kita yang mungkin kalah cepat dengan pemain Thailand atau Asia Tenggara lainnya. Dengan 5 bek, 4 gelandang menyerang dan seorang striker di depan, keseimbangan antara bermain bertahan dan menyerang tetap terkontrol.

Saya kira dengan postur pemain kita, formasi ini sudah tepat dan pantas diterapkan kembali ketika menghadapi Thailand di final nanti. Saat kini adalah saat di mana Thailand akan gentar melawan timnas kita.

Makanya ada beberapa pemain legenda Thailand sudah melakukan proxi. Dengan mengatakan bahwa pemain-pemain Indonesia bermain buruk, walaupun memperoleh kemenangan besar melawan Singapura. Atau dengan kata lain mengatakan bahwa kemenangan tersebut tidak mencerminkan kebermutuan para pemain Indonesia yang bagus, tetapi oleh karena Singapura hanya bermain dengan 8 orang. Ini juga sebuah proxi dalam dunia sepak bola di turnamen AFF 2021.

Proxi yang dilakukan oleh para mantan pemain Thailand menandakan bahwa sekarang ini mereka sedang khawatir menghadapi timnas kita di final nanti. Mereka sedang berpikir keras, bagaimana caranya untuk mengalahkan timnas kita di bawah asuhan Shin Tae-yong, yang selama ini telah bertransformasi menjadi sebuah tim yang menakutkan di turnamen AFF 2021.

Kalau dulu sering dipandang sebelah mata, sekarang saatnya mereka harus banyak berpikir. Kalau perlu dibuat berpikir seribu kali, sehingga mereka kehilangan akal untuk mengembangkan permainan, apalagi untuk menciptakan gol.

Sekarang saatnya di era Shin Tae-yong kita akan menggenggam Piala AFF 2021. Bravo Timnas Garuda Indonesia!

*) Penulis adalah Pemerhati Sepak Bola, Penggagas Copa Florete Jakarta

 

Komentar