Breaking News

PARIWISATA Mengintip Moni, Gerbang Wisata Menuju Danau Kelimutu 22 Aug 2017 07:50

Article image
Kampung wisata Mobi, gerbang masuk menuju Kelimutu. (Foto: Guche)
Menurut data dari pusat informasi Balai Taman Nasional Kelimutu (TNK), jumlah wisatawan yang berkunjung ke danau Kelimutu tahun 2016 meningkat signifikan hingga mencapai 81 ribu orang.

ENDE, IndonesiaSatu.co -- Pesona wisata danau triwarna Kelimutu yang berada di kecamatan Kelimutu, kabupaten Ende, Flores-NTT, sudah menjadi daya tarik bagi para wisatawan baik domestik maupun manca negara. Menurut data dari pusat informasi Balai Taman Nasional Kelimutu (TNK), jumlah wisatawan yang berkunjung ke danau Kelimutu tahun 2016 meningkat signifikan hingga mencapai 81 ribu orang.

Namun, harus diakui bahwa masih minimnya akomodasi penginapan bagi para wisatawan, membuat daerah-daerah sekitar gunung Kelimutu menjadi alternatif persinggahan. Daerah Moni di kecamatan Kelimutu menjadi alternatif persinggahan yang tergolong strategis sejauh ini, selain Detusoko dan Ende.

Dengan hanya menempuh jarak 7-8 km, para wisatawan yang umumnya ingin memburu momen matahari terbit (sunrise) maupun keindahan matahari terbenam (sunset) dari puncak danau Kelimutu, sangat sering menginap di Moni.

Salah seorang pemilik jasa penginapan (homestay) yang tidak ingin namanya disebut media, Minggu (20/8/17) mengamini bahwa Moni sudah menjadi daerah persinggahan bagi para wisatawan yang hendak berwisata ke danau Kelimutu.

"Pada prinsipnya kami siap melayani para wisatawan baik penginapan, jasa travel, jasa ojek, hingga guide lokal. Biasanya pada bulan April-September, wisatawan ramai. Mereka terkesan dengan keindahan alam, penataan sawah, udara yang sejuk juga keramahtamahan masyarakat sekitar. Seiring waktu, kami juga sedang mempromosikan hasil karya seperti kain tenun, selendang, hasil pertanian, serta jasa ojek dan travel. Pada intinya, destinasi wisata harus berdampak sosial," ungkapnya.

Pantauan IndonesaSatu.co, baik siang maupun malam hari, daerah Moni selalu menunjukkan suasana eskotis bagi para wisatawan yang berkunjung. Bangunan homestay yang umumnya terbuat dari bahan lokal juga dilengkapi dengan lampu-lampu temaram. Bintang lodge, Bungalow, Muphi's, Santiago adalah beberapa homestay yang ada. Tak ketinggalan, menu-menu lokal hasil karya para petani disuguhkan kepada para tamu. Para pramusaji juga berasal dari daerah setempat. Tampak keramahtamahan dan keaslian karakter dari gadis dan pemuda desa yang siap bekerja; menepis rasa malu yang konon menjadi budaya laten.

Gerbang Wisata

Danau Kelimutu sudah pasti menjadi salah satu tujuan wisata bagi para wisatawan. Namun rasanya ganjil jika wisatawan tidak mampir di Moni. Penataan bangunan dengan tampilan naturalis, suasana eskotis, keindahan alam air terjun hingga penataan pematang sawah yang memikat hati, menjadikan daerah Moni sebagai gerbang wisata yang sangat menjanjikan.

"Kelimutu is so magic lake but Moni is also beautiful place before going there. There were many experiences for three days here. We love Kelimutu, we like natural society of Moni," kata George yang mengaku berkebangsaan Jerman.

Melihat animo wisatawan yang terus meningkat setiap tahun, konsep destinasi wisata berbasis sosio-kultural harus menjadi atensi utama. Berbagai potensi lokal belum sepenuhnya diberdayakan karena keterbatasan SDM dan juga minimnya akses informasi.

"Kami punya kebiasaan rutin menenun. Hasil tenunan berupa kain, selendang, baju atau syal. Biasanya dijual di pasar atau sesekali ikut pameran budaya. Semoga kami juga bisa mendapat informasi dan kepercayaan untuk memperlihatkan hasil tenunan kami kepada para wisatawan yang datang. Ini juga bisa membantu pendapatan kami dari hasil tenunan," harap ibu Helena yang mengaku membiayai pendidikan anak-anaknya dari hasil tenunan.

Sebagai salah satu gerbang wisata menuju danau Kelimutu, daerah Moni butuh atensi serius dari pemerintah daerah maupun pihak swasta guna mengoptimalkan dampak kunjungan wisatawan ke danau Kelimutu. Sentral informasi juga perluasan akses destinasi perlu terus didorong sehingga berbagai potensi destinasi wisata berbasis kawasan dan pemberdayaan masyarakat benar-benar terwujud. Daerah Moni sudah semestinya menjadi pilot destinasi sehingga objek wisata tidak semata soal catatan jumlah wisata yang terus melonjak melainkan dampak sosial bagi masyarakat sekitar.

 

--- Guche Montero

Komentar