Breaking News

TAJUK Manusia Indonesia 24 May 2017 07:18

Article image
Menjadi manusia Indonesia berarti bertarung melawan diri sendiri. (Foto: Ist)
Menjadi manusia Indonesia adalah menjadi manusia yang bertarung melawan karakter-karakternya.

SIAPA dan apa ciri manusia Indonesia? Kalangan akademis sosiolog dan antropolog belum memberikan jawaban meyakinkan karena Indonesia memiliki keragaman SARA, sehingga sulit menentukan nilai-nilai dominan.

Sampai saat ini, hanya satu orang –sekurang-kurangnya dalam pengetahuan saya- dengan berani menyimpulkan karakter dari manusia Indonesia. Dialah Mochtar Lubis, wartawan dan sastrawan otodidak yang menamatkan pendidikannya di Hollandsch Inlandsche School (HIS). Mochtar menulis dalam publikasinya berjudul Manusia Indonesia: Sebuah Pertanggungjawaban (1978). Dalam karyanya ini,  Mochtar   membuat suatu kesimpulan atau bahkan menggeneralisir sifat-sifat dari 130 juta manusia Indonesia pada waktu itu (pada saat buku ini terbit, 1977/1978).

Khas dalam pemikiran Mochtar adalah sikap sinis-pesimistiknya tentang Indonesia. Siapa dan apa ciri manusia Indonesia? Jawab Mochtar: ciri-ciri manusia Indonesia itu munafik, segan  dan  enggan  bertanggungjawab  atas  perbuatannya, putusannya, kelakuannya, pikirannya, jiwa  feodalistik, percaya takhyul, artistik, watak yang lemah,  tidak hemat  dan cenderung boros; tidak suka bekerja keras, kecuali  kalau terpaksa,  ingin bertambah kaya dengan kurang bekerja  keras;  kurang sabar;  cemburu dan dengki terhadap orang lain yang dilihatnya lebih maju, akibatnya  mereka mudah untuk menjatuhkan  orang  lain dengan intrik,  fitnah, dan lain-lain; manusia-sok, mabuk berkuasa  sehingga mereka  yang  sudah berkuasa akan berusaha dengan segala  macam  cara agar kekuasaannya tidak hilang; tukang tiru.

Kita memang harus memberikan kritik kepada Mochtar karena melakukan kesalahan metodologis, yakni hanya memfokuskan observasinya tentang Indonesia di masa kolonialisme Belanda; ekspansi Dai Nippon, perjuangan memperebutkan dan mempertahankan sesudah proklamasi kemerdekaan. Ia juga dikesankan membuat penilaian menyamaratakan dan menutup ciri-ciri karakter baik dari manusia Indonesia.

Namun, hikmah yang ditangkap dari pandangan Mochtar adalah awasannya bahwa ketika Indonesia benar-benar mengidap ciri-ciri pesimistik demikian, maka identitas bangsa perlahan-lahan akan luntur. Korupsi (karena munafik), kebencian terhadap yang lain, mabuk kekuasaan (di tingkat elite) bisa menggerayangi identitas kebangsaan kita.

Mungkin kita perlu membahasakan analisis Mochtar: Indonesia yang tetap bersatu sebagai bangsa adalah perjuangan warga melawan dirinya sendiri. Menjadi manusia Indonesia adalah menjadi manusia yang bertarung melawan karakter-karakternya.

Mari kita buktikan kepada Mochtar bahwa Indonesia tidak mungkin seperti analisisnya.

Salam Redaksi IndonesiaSatu.co

Komentar