Breaking News

NASIONAL Moeldoko: Generasi Milenial Harus Meyakini Kebenaran Ideologi Pancasila 24 Apr 2018 00:15

Article image
Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko. (Foto: Ist)
Pancasila harus diwujudkan dalam perbuatan nyata. Pancasila harus mampu mengubah sikap-sikap yang tidak produktif, negatif dan pasif yang masih banyak terjadi di masyarakat berbagai daerah.

SURABAYA, IndonesiaSatu.co -- Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko menegaskan Pancasila sebagai ideologi yang harus diyakini kebenarannya, termasuk oleh Generasi Milenial. Pancasila juga merupakan ideologi terbuka dan dinamis, maka diskursus Pancasila tidak boleh berhenti berkembang dalam lingkungan strategis saat ini, di mana dunia terus berubah dan peta kekuatan ekonomi dunia juga bergeser sehingga memunculkan kekuatan baru dunia.

Pernyataan ini disampaikan Moeldoko dalam seminar sehari bertema ‘Pembudayaan Pancasila Pada Era Generasi Milenial’ yang digelar Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) di auditorium LDII DPW Jawa Timur, kawasan Gayungan, Surabaya, Sabtu, (21/4/2018).

 “Dalam situasi seperti saat ini, mengelola Indonesia bukan persoalan mudah. Kalau hanya menjadi komentator tentu mudah saja,” kata Moeldoko sebagaimana dikutip dari ksp.go.id.

Seminar dihadiri Ketua DPP LDII Hasim Nasution, Ketua DPW LDII Jatim Drs. Ec. H. Amien Adhy serta para pembicara lain yakni Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Prof. Akhmad Muzakki,pengajar Fisip Universitas Airlangga Dr. Rahma Sugiharti, serta guru besar Ilmu Sejarah Universitas Diponegoro Prof. Dr. Singgih Tri Sulistyono.

Moeldoko menekankan, anak-anak muda harus bisa memberikan penyadaran pada lingkungannya yang kini sangat mudah terpengaruh oleh berbagai informasi yang menyesatkan.

Panglima TNI 2013-2015 ini memaparkan, Pancasila harus diwujudkan dalam perbuatan nyata. Pancasila harus mampu mengubah sikap-sikap yang tidak produktif, negatif dan pasif yang masih banyak terjadi di masyarakat berbagai daerah.

“Di Jawa Barat masih ada sikap ‘kumaha engke’ atau bagaimana nanti. Di Jawa Timur masih ada ungkapan ‘Belanda masih jauh’. Itu harus diubah, kita harus aktif berinovasi. Bukan ‘kumaha engke’, yang benar seharusnya ‘engke kumaha’ atau ‘nanti bagaimana’,” katanya.

Moeldoko pun kembali menekankan filosofinya: Innovate or Die.

“Anak-anak muda berinovasilah!” ungkap lulusan terbaik Akabri 1981 peraih penghargaan bergengsi Bintang Adhi Makayasa ini.

--- Redem Kono

Komentar