Breaking News

BERITA Napak Tilas PMKRI Maumere; Meletakkan Sistem Membangun Karakter 06 Dec 2020 19:15

Article image
Don Suban Gara (kiri), sekjend Aldhy, dan Van Padji Pesa. (Foto: Adhityo)
Diterangkan bahwa karakter merupakan turunan/produk dari sebuah sistem; tidak terlepas dari situasi internal dan eksternal Cabang.

MAUMERE, IndonesiaSatu.co-- "Tempora mutantur, et nos mutamur in illis (waktu berubah dan kita berubah di dalamnya)"

Demikian ungkapan bahasa Latin untuk menggambarkan bahwa semua akan berubah dalam waktu dan situasi, dan yang abadi hanyalah perubahan itu sendiri.

Menyadari tuntutan perkembangan zamanĀ  yang terus bergerak maju, tidak bermaksud mengubah sejarah, juga tidak serta-merta mengganti yang sudah ada, ruang evaluasi dan koreksi sangat mungkin diperlukan, agar kultur yang disebut habitus baru dapat menjadi arah pelecut dalam membangun karakter diri yang tangguh.

Berangkat dari kegelisahan dan kerinduan kolektif, Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Cabang Maumere Santo Thomas Morus, untuk pertama kalinya dalam catatan sejarah Cabang, menginisiasi kegiatan Lokakarya Cabang (Lokcab).

Kegiatan yang berlangsung selama tiga hari sejak dibuka pada Sabtu (5/12/20) di Aula KSP Ladang Kasih, Desa Watugong, dengan mengangkat Tema: "Meramu Karater Menuju Habitus Baru PMKRI Maumere yang Adaptif dan Kontekstual" tersebut bertujuan untuk mengevaluasi Sistem Pembinaan Formil Berjenjang di tingkat Cabang, sekaligus memetakan karakteristik Cabang sesuai konteks perkembangan kekinian (kontekstual).

Napak Tilas Sejarah Cabang

Sebagai Ketua Pertama PMKRI Cabang Maumere periode 1995, setahun setelah PMKRI Maumere resmi ditetapkan sebagai Cabang, Don Suban Gara, dengan tenang dan berwibawa menjelaskan garis besar situasi awal.

"Kalau mau jujur, karakter PMKRI Cabang Maumere sudah ada sejak adanya kerinduan bersama untuk mendirikan Cabang Maumere (periode 1991-1994)," ungkap Kakak Don.

Diterangkan bahwa latar belakang situasi internal dan eksternal sangat menentukan setiap arah perkembangan dan dinamika Cabang saat itu.

"Situasi internal, misalnya pola hidup yang teratur, kebiasaan membaca, sementara hal yang kurang yakni soal kemandirian, adaptasi dengan situasi baru. Sedangkan situasi eksternal yakni tuntutan perkuliahan/kampus, PMKRI disejajarkan dengan OMK, kesulitan transportasi dan komunikasi. Namun dampak positif dari kesulitan itu yakni kami bisa menjadi pribadi yang lebih tangguh dalam berproses. Sebab, Organisasi Kepemudaan (OKP) yang eksis saat itu hanya Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI)," kenangnya.

Kakak Don mengaku, karakter mulai berubah sejak PMKRI semakin memperluas perekrutan yakni dari kampus ABA dan PGSD, selain kampus basis STFK Ledalero dan Unipa Maumere.

Meski sejak awal berdiri hingga sekarang belum dirumuskan secara baku (sistem pembinaan), namun unsur-unsur yang menegaskan karakter Cabang sebagai dampak dari silabus pembinaan saat itu, sudah ada, berkat kegiatan-kegiatan non-formal maupun informal.

Tanpa mengabaikan poin edukatif, Kakak Don menjelaskan arti karakter, unsur-unsur, hingga catatan catatan kritis.

Diterangkan bahwa karakter merupakan turunan/produk dari sebuah sistem; tidak terlepas dari situasi internal dan eksternal Cabang.

"Karakter, pada prinsipnya yakni soal nilai, ukuran, ciri khas diri. Di lain sisi, karakter juga soal kebiasaan, sistem keyakinan yang mengarah pada individu dengan unsur-unsur sebagai tolok ukur yakni sikap, emosi dan kepercayaan," terang Alumni STFK Ledalero ini.

Sebagai catatan kritis, Kakak Don menggarisbawahi beberapa point penting;

Pertama, Karakter harus lahir dri proses internal dan eksternal, juga ditentukan dari latar belakang sosial-budaya di mana PMKRI Maumere berada.

Kedua, Karakter harus menjadi pembeda dari yang lain.

Ketiga, Kakarakter Cabang harus berpedomankan pada TIGA BENANG MERAH PMKRI yakni Kristianitas, Intelektualitas dan Fraternitas.

Keempat, Karakter Cabang harus Adaptif dan kontekstual sesuai tuntutan zaman.
Kelima, Karakter Organisasi bukan sebuah gaya yang hanya bersifat teoretis.

Sistem Pasca ber-PMKRI

Selain ruang evaluasi dan koreksi terhadap sistem pembinaan selama berproses di PMKRI, Ketua PMKRI Periode 2007-2009, Van Padji Pesa, menyentil juga soal sistem pasca berproses di PMKRI.

"Sistem pasca ber-PMKRI, sudah siapkah? Jika proses Lokcab ini mampu menghasilkan sistem pembinaan yang baku, maka harus bisa hasilkan rekomendasi yang substantif dan teknis agar bisa diterjemahkan secara praksis," kata Van.

Bukan tanpa alasan, Van merujuk pada situasi tahun 2005, di mana pola pendidikan saat itu lebih pada konteks warisan sejarah dari angkatan-angkatan terdahulu sehingga terkesan mengadopsi silabus sebelumnya.

"Tiga tahun setelah masa vakum selama 2 tahun, baru ada warna kolaborasi, karena sistem pembinaan (doktrinasi, red) oleh para anggota penyatu (alumni) Cabang-Cabang lain (Cabang Kupang, Bandung, Malang, Bogor, Denpasar, maupun Jakarta," kenang Van.

Selain Kakak Don dan Kakak Van, para Ketua dari setiap periode juga menyampaikan kesan, koreksi, evaluasi, kritik hingga usul-saran konstruktif, baik yang bersifat teknis maupun hal-hal substantif yang berhubungan dengan situasi internal dan eksternal Cabang.

Ruang dialog dalam nuansa Fraternitas
tersebut lalu mengerucut pada konsep bersama oleh para anggota penyatu, para Mantan Ketua Cabang, jajaran DPC, dan segenap peserta Lokcab terkait alur proses dan bentuk kegiatan untuk dua hari ke depan.

--- Guche Montero

Komentar