Breaking News

INTERNASIONAL Paus Fransiskus: Jika Diidolakan, Saya Merasa Diserang 09 Mar 2017 12:13

Article image
Paus Fransiskus dan Cover majalah
Krisis (iman) merupakan sebuah peluang untuk bertumbuh. Iman yang tidak ditempa dalam krisis, cenderung infantil atau kekanak-kanakan.

VATIKAN, IndonesiaSatu.co -- Pemimpin umat Katolik sedunia Paus Fransiskus menyatakan penolakannya terhadap sikap-sikap yang mengidolakan sosok dan jabatan Paus secara berlebihan. Hal itu diungkapkan Paus dalam sebuah wawancara dengan media Jerman “Die Zeit” dan dipublikasikan pada hari ini, Kamis (9/3/2017). Paus melihat dirinya sebagai manusia biasa. Ia menolak semua cara dan kecenderungan yang mengarah pada pengkultusan Paus.

“Saya seorang pendosa dan juga bisa salah. Kita tidak boleh lupa, bahwa sikap mengidolakan seorang manusia bisa juga menjadi salah satu bentuk serangan. Jika saya diidolakan, saya merasa diserang,” ujar pemimpin lebih dari satu miliar umat Katolik di dunia itu seperti dikutip dari zeit.de (Kamis, 9/3/2017).

Wawancara tersebut dilakukan pada akhir Februari lalu namun baru dirilis pada pekan ini dan menjadi wawancara pertama Paus Fransiskus dengan jurnalis media Jerman sejak ia terpilih menjadi Paus empat tahun lalu.

Paus menyatakan, sebagai manusia biasa ia juga melewati situasi-situasi sulit dalam hidupnya. Hal itu diungkapkan ketika ia ditanya apakah pernah mengalami saat-saat hampa dalam imannya dan meragukan Tuhan.

“Saya juga pernah mengalami saat-saat hampa dan krisis. Namun, krisis merupakan sebuah peluang untuk bertumbuh. Iman yang tidak ditempa dalam krisis, cenderung infantil atau kekanak-kanakan,” tegas Paus.

Selain itu,  Paus juga menyampaikan pandangannya mengenai populisme yang semakin meningkat di alam demokrasi Eropa. Ia menegaskan, populisme selalu jahat dan membawa dampak buruk, seperti disaksikan pada abad yang lalu.

Terkait krisis pemimpin Gereja, khususnya berkurangnya imam-imam Katolik di sejumlah negara seperti Jerman, Paus mengatakan, Gereja sedang diuji dan harus menghadapi serta berupaya menyelesaikan berbagai masalah tanpa rasa takut. Menurut Paus, ketakutan akan menutup pintu upaya untuk mencari jalan keluar sekecil apapun.

Sementara itu, berbagai kelompok umat dan simpatisannya terus mengelukan sosok Paus Fransiskus sebagai idola.  Salah satu contoh terbaru, cover majalah musik “The Rolling Stone” Italia edisi Maret 2017 menampilkan Paus Fransikus sebagai “Paus Pop” dengan gaya populer sedang mengacungkan ibu jarinya.

Redaksi majalah itu beralasan, Paus Fransiskus merupakan figur populer yang mampu membangkitkan semangat kaum muda di dunia. Hal itu berhubungan juga dengan rencana kunjungan Paus ke kota Milan pada 25 Maret mendatang. Dalam kunjungan tersebut Paus Fransikus antara lain akan dijadwalkan bertemu dengan kaum muda dan juga para tahanan di sebuah penjara.

--- Rikard Mosa Dhae