Breaking News

INTERNASIONAL Paus Fransiskus dan Imam Besar Sheikh Ahmed al-Tayeb Tandatangani Deklarasi Bersejarah 06 Feb 2019 13:02

Article image
Paus Fransiskus dan Sheikh Ahmed al-Tayeb duduk bersama, berjabat tangan di Abu Dhabi sebagai simbol persaudaraan antar-iman. (Foto: The Guardian)
Paus Fransiskus menyerukan kebebasan beragama “tidak hanya terbatas pada kebebasan beribadah”, keadilan dan agama-agama untuk “berpihak kepada yang miskin”.

ABU DHABI, IndonesiaSatu.co -- Paus Fransiskus dan Imam Besar Al-Azhar Sheikh Ahmed al-Tayeb menandatangani deklarasi bersejarah tentang persaudaraan, seruan perdamaian di antara negara-negara, agama-agama, dan ras, di hadapan para pemimpin agama dunia, baik itu Kristen, Islam, Yahudi, dan aliran kepercayaan lain.

Paus Fransiskus, pemimpin tertinggi Katolik sejagad dan Sheikh Ahmed al-Tayeb, pemimpin Islam Sunni paling berpengaruh, duduk bersama, berjabat tangan di Abu Dhabi sebagai simbol persaudaraan antar-iman.

Dalam dokumen perjanjian, baik Al-Azhar maupun Vatikan akan bekerja sama memerangi ekstrimisme. Atas nama para korban perang, korban penyiksaan, dan korban ketidakadilan,  kerja sama tersebut memberi peringatan bahwa “perang dunia ketiga dikikis secara perlahan-lahan”.

“Kami dengan tegas mengumumkan bahwa agama-agama tidak akan pernah menimbulkan peperangan, sikap penuh kebencian, permusuhan dan ekstrimisme, atau tidak menimbulkan kekerasan atau pertumpahan darah,” demikian salah satu bunyi deklarasi bersama sebagaimana dikutip dari The Guardian (4/2/2019).

Dalam kunjungan pertama sejarah kepausan ke semenanjung Arab, tempat lahirnya Islam, Paus secara khusus menyerukan berakhirnya perang di Temur Tengah, di antaranya Yaman, Suriah, Irak, dan Libya.  Para pemimpin agama memiliki satu “tugas untuk mencegah setiap nuansa persetujuan dari perang dunia”, katanya dalam sambutan selama 26 menit.

Sebagaimana diketahui, UAE adalah bagian dari koalisi militer pimpinan Arab Saudi yang terlibat peperangan di Yaman. Pada hari Minggu, sebelum meninggalkan Roma menuju Abu Dhabi, Paus Fransiskus mengatakan dia sudah mengikuti situasi di Yaman. “dengan kekhawatiran yang besar”, dan bahwa penduduk (Yaman) sudah “dilelahkan oleh konflik yang berkepanjangan, dan begitu banyak anak menderita kelaparan”.

Dalam pidatonya pada hari Minggu petang – yang merupakan komentar pertamanya selama kunjungan tiga hari di Abu Dhabi, Paus mengatakan, “Kesempatan untuk datang ke sini sebagai seorang yang percaya akan perdamaian ... Kita ada di sini mendambakan perdamaian, kita ada di sini untuk mempromosikan perdamaian, untuk menjadi alat perdamaian.”

“Kekerasan, ekstrimisme atau fanatisme tidak dapat dibenarkan atas nama agama,” kata Paus.

Paus juga menyerukan kebebasan beragama “tidak hanya terbatas pada kebebasan beribadah”, keadilan dan bagi agama-agama untuk “berpihak  kepada yang miskin”.

Sementara itu Sheikh Tayeb, yang menyapa Paus dengan sebutan “saudaraku terkasih”, mengatakan jutaan umat Muslim sudah membayar dengan harga mahal atas aksi-aksi “penuh kejahatan” menyusul serangan teroris 9/11.

Media telah menggambarkan semua umat Muslim sebagai “orang biadab yang kejam (savage barbarians)” dan sudah “mematri ketakutan dalam hati” penduduk dunia barat, kata Sheikh Tayeb.

“Semua agama sepakat bahwa Allah melarang pembunuhan.”

Pada hari Minggu pagi, Paus Fransiskus tiba di istana mewah di Abu Dhabi. Paus disambut dengan 21 tembakan dan manuver pesawat tempur yang mengeluarkan asap kuning sebagai lambang bendera Vatikan. Pasukan berkuda menjemput iringan Paus melewati taman istana.

Selanjutnya Paus melakukan pertemuan tertutup dengan Putera Mahkota Abu Dhabi, Sheikh Mohammed bin Zayed al-Nahyan.

Dalam akun twitternya, Sheikh Mohammed bin Zayed al-Nahyan menulis: “Kami berdiskusi tentang peningkatan kerja sama, konsolidasi dialog, toleransi, kebersamaan sebagai manusia dan inisiatif penting untuk mencapai perdamaian, stabilitas dan pengembangan bagi bangsa-bangsa dan perserikatan.”

UEA sedang mempromosikan dirinya sebagai  pemimpin regional dalam perbedaan agama dan toleransi. Menurut panitia konferensi “persaudaraan manusia” pekan ini, UAE semenjak tahun 1971 sudah memberikan perhatian khusus pada isu-isu seperti dialog, toleransi, persaudaraan dan perdamamaian.

“Negara ini juga menawarkan kepada dunia sebuah model contoh penerapan nilai-nilai kemanusiaan ini melalui ko-eksistensi dan toleransi yang tercakup beragam kebudayaan, ras, dan kehidupan iman di atasnya.”

Sebagian besar populasi UEA adalah warga negara asing, sekitar 90%, berasal lebih dari 200 negara, mayoritas dari Asia. Mereka rata-rata bekerja di sektor rumah tangga, rumah sakit, dan konstruksi.

--- Simon Leya

Komentar