Breaking News

INVESTASI PEFINDO: Penerbitan Obligasi Korporasi Catat Rekor Tertinggi 20 Dec 2016 17:25

Article image
Salyadi Saputra, Presiden Direktur PEFINDO saat ditemui sejumlah wartawan di Kantor Bursa Efek Indonesia (Foto: Ernie Elu Wea)
Penerbitan obligasi korporasi di Indonesia tahun ini mencapai rekor tertinggi sepanjang sejarah dengan nilai sebesar Rp 104,18 triliun, naik dari tahun 2015vyang tercatat hanya Rp62,72 triliun.

JAKARTA, IndonesiaSatu.co -- PT Pemeringkat Efek Indonesia (PEFINDO) mencatat, penerbitan obligasi korporasi di Indonesia mencapai rekor tertinggi sepanjang sejarah dengan nilai sebesar Rp 104,18 Triliun di tahun 2016. Di tahun 2015, penerbitan obligasi korporasi tercatat hanya Rp 62,72 Triliun atau 66% lebih rendah jika dibandingkan dengan tahun 2016.

Salyadi Saputra, Presiden Direktur PEFINDO mengatakan, dari penerbit obligasi korporasi masih didominasi oleh sektor keuangan yang menguasai 79% obligasi korporasi nasional dan sisanya 21% diterbitkan oleh institusi non keuangan.

“Ini menunjukan peran pasar modal sebagai institusi intermediary belum terlalu signifikan sebaga alternatif pembiayaan untuk sektor riil. Poin lainya adalah semuanya masih didominasi oleh investor institusi ketimbang individu,” katanya saat jumpa pers di Bursa Efek Indonnesia di Jakarta pada Selasa (20/12/2016).

Berdasarkan sektor industri, porsi penerbitan obligasi korporasi masih didominasi oleh sektor perbankan dengan kontribusi 44,7%, diikuti oleh perusahaan pembiayaan (Finance Company) 34,4%, perusahaan Airport 4,8%, perusahan telekomunikasi 4,3%, perusahaan konstruksi 3,6%, perusahaan tambang 2,4%, property 1,9% dan lain-lainnya 3,8%.

“Tidak hanya meningkat secara nilai, jumlah emiten obligasi korporasi juga mengalami tren peningkatan. Catatan kami ada 106 emiten yang menerebitkan obligasi dan yang paling banyak masih di perbankan dan perusahaan pembiayaan,” ujarnya.

Berdasarkan periode jatuh tempo, PEFINDO mencatat tenor penerbitan oblgasi korporasi juga masih didominasi oleh tenor-tenor yang berjangka pendek hingga menengah (1-5 tahun) sehingga pendanaan untuk proyek-proyek pembangunan yang bersifat jangka panjang masih relatif terbatas.

Sementara berdasarkan peringkatnya, obligasi korporasi didominasi oleh obligasi yang memliki peringkat AAA hingga A dengan nilai terbesar didominasi oleh peringkat AAA. Ini menunjukan, kualitas dari obligasi yang ada di pasar modal tanah air cenderung sangat baik jika dilihatdari sisi resiko.

Untuk tahun 2017 PEFINDO memperkirakan penerbitan obligasi korporporasi diperkirakan naik ke RP 119 triliun. Prediksi ini sejalan dengan kondisi perekonomian yang diprediksi akan lebih baik meski tak akan terlalu jauh dari posisi saat ini.

" Proyeksi kami tentunya dengan asumsi, tingkat suku bunga rendah, inflasi terjaga, pertumbuhan ekonomi di kisaran 4,9- 5% dan tentunya dana Tax Amnesty terkumpul sesuai dengan target pemerintah” tegasnya.

Selain penerbitan obligasi, PEFINDO juga memperkirakan, nilai obligasi korporasi yang akan jatuh tempo di 2017 tercatat sebesar Rp 79 Triliun. Pada umumnya, emiten-emiten penerbit obligasi jarang menggunakan uang hasil obligasi untuk melunasi pokok obligasi pada saat jatuh tempo tetapi menggunakannya untuk kegiatan ekspansi perseroan.

“Pertanyaan sekarang bukan adakah yang minat untuk issuer obligasi atau tidak tetapi lebih kepada apakah terserap atau tidak? Apakah terserap atau tidak?. Sementara mengenai gagal bayar, tahun 2016 catatan kami tidak ada, dan mudahmudahan tahun depan juga demikian” tegasnya.

 

---

Komentar