Breaking News

KEAMANAN Pemerintah RI Diminta Perketat Keamanan di Perbatasan Timor Leste 13 Apr 2018 23:07

Article image
Pater Christo Tara, OFM dalam suatu asistensi di wilayah Laktutus (Foto: Dok. Pribadi)
“Pemerintah dan pihak keamanan RI harus memberi jaminan keamanan kepada warga tapal batas dengan meningkatkan patrol tapal batas dan memperketat pengamanan,” ungkap Pastor Christo.

ATAMBUA, IndonesiaSatu.co-- Pemerintah Indonesia diminta memperketat keamanan di wilayah perbatasan Indonesia dengan Timor Leste khususnya di daerah Laktutus, Kecamatan Nanaet-Dubesi, kabupaten Belu, menyusul berbagai peristiwa kriminal yang terjadi dengan melibatkan warga negara tetangga itu.

Hal itu diungkapkan  Pastor Paroki Laktutus, Keuskupan Atambua, Yohanes Kristo Tara, OFM melalui rilis yang diterima media ini, Jumat (13/4/18).

“Selama ini sering terjadi kasus kriminal seperti pencurian ternak, sepeda motor dan penyanderaan warga negara Indonesia di Laktutus. Peristiwa ini mengakibatkan kehidupan masyarakat tapal batas menjadi tidak nyaman dan aman. Lebih dari itu, kedaulatan warga Negara direndahkan dan martabat bangsa dilecehkan. Kasus ini sudah berulang kali terjadi,” ungkap Pater Christo.

Pater menegaskan bahwa masalah keamanan tapal batas di Laktutus sangat serius dan perlu disikapi oleh pemerintah RI terutama soal keamanan dan kenyamanan warga.

“Pemerintah dan pihak keamanan RI harus memberi jaminan keamanan kepada warga tapal batas dengan meningkatkan patrol tapal bataS dan memperketat pengamanan,” imbuhnya.

Pastor aktivis ini berharap agar pemerintah Indonesia harus memberikan atensi serius kepada pemerintah Timor Leste dalam menjamin keamanan tapal batas di Laktutus.

“Pemerintah Indonesia harus melakukan diplomasi dan desakan serius kepada pemerintah Timor Leste agar tindakan kejahatan dan kriminal seger dihentikan di wilayah tapal batas yang selama ini sering merugikan warga Negara Indonesia. Diplomasi kedua Negara tetangga harus mengedepankan kedaulatan masing-masing negara dengan tujuan perlindungan secara maksimal kepada warga negaranya masing-masing,” tegasnya.

Keluhan senada juga diutarakan seorang warga Laktutus, Baltasar Mali. Ia mengaku ratusan ekor sapi menjadi korban pencurian warga Timor Leste.

“Hingga sekarang, sudah lebih dari 600 ekor sapi yang dicuri. Kami seolah-olah hanya bekerja untuk mereka (para pencuri, red). Kami juga merasa tidak nyaman, tidak aman bahkan selalu khawatir dengan berbagai kasus kriminal dan kejahatan yang sering terjadi,” ujar Baltasar.

Baltasar berharap agar sebelum ada jaminan keamanan oleh pemerintah dan aparat dari kedua negara, perbatasn Laktutus harus ditutup total.

“Kami meminta agar perbatasan Laktutus ditutup total sehingga tidak ada lagi warga Timor Leste yang masuk ke Indonesia, dan juga sebaliknya. Jika ada warga Timor Leste yang memasuki wilayah tapal batas secara illegal, maka pihak keamanan harus mengambil tindakan tegas,” harapnya.

Mengingat tingkat kejahatan dan kasus kriminal sangat rentan terjadi di wilayah tapal batas, maka segenap masyarakat Laktutus berharap agar Pemerintah Daerah Belu segera mengusulkan ke kementerian terkait guna membangun Pos Lintas Batas (PLB) Laktutus.

“Atas nama masyarakat, kami sudah lama merindukan agar PLB Laktutus dapat segera dibangun seperti Motaain dan Motamasin. Ini penting untuk memperlancar komunikasi dan relasi warga kedua negara bertetangga. Selama ini warga masuk secara ilegal dalam acara-acara adat misalnya kematian, rumah adat, serta acara lainnya. PLB Laktutus juga urgen untuk menunjang keamanan dan ketertiban tapal batas,” pungkas Pater Christo.

--- Guche Montero

Komentar