INTERNASIONAL Pemilu Israel: Netanyahu Lebih Berpeluang Menang 10 Apr 2019 15:06
Sebagai negara yang menganut sistem parlementer, hasil akhir pemilu belum bisa diketahui pada Rabu sore atau setelahnya karena proses membangun koalisi akan dilakukan selama berminggu-minggu.
TEL AVIV, IndonesiaSatu.co -- Benjamin Netanyahu tampaknya lebih berpeluang untuk menduduki kursi Perdana Menteri Israel. Bila Partai Lukuid dan koalisinya berhasil memenangkan pemilihan umum (Pemilu) Israel yang sedang berlangsung, Rabu (10/4/2019), maka Netanyahu akan tercatat menjadi Perdana Menteri dengan masa jabatan terlama, selama lima periode..
Dilaporkan The Guardian (10/4/2019), dengan 97 persen suara yang sudah dihitung, rival Netanyahu yang adalah seorang mantan jenderal dari Partai Biru dan Putih sudah merebut 35 kursi dari 120 kursi parlemen, Knesset.
Namun tampaknya Netanyahu lebih berpeluang merebut perolehan kursi mayoritas koalisi yang terdiri dari kubu nasionalis, kanan-jauh dan religius. Sementara Gantz memiliki lebih sedikit faksi sebagai mitra koalisi.
Sebagai negara yang menganut sistem parlementer, hasil akhir pemilu belum bisa diketahui pada Rabu sore atau setelahnya karena proses membangun koalisi akan dilakukan selama berminggu-minggu.
Berjam-jam sebelum hasil menjadi lebih nyata, baik pendukung Netanyahu maupun Gantz sudah mendeklarasikan kemenangan mereka masing-masing.
Netanyahu pada hari Selasa mengatakan “malam kemenangan yang luar biasa” dan bahwa dia sudah mulai berbicara kepada partai sayap kanan, yang dikatakannya sudah setuju untuk direkomendasikan kepada Presiden Israel bahwa dia membentuk pemerintahan mendatang.
Kurang dari sejam, Gantz meneriakkan kemenangan prematur yang sama dengan mengatakan: “Dalam pemilu ada yang kalah; dalam pemilu ada yang menang; dan kami adalah pemenangnya.”
Mengincar jabatan perdana menteri untuk kelima kalinya, pria berusia 69 tahun yang diterpa kasus korupsi tersebut harus berhadapan dengan kompetisi yang keras.
Pesaing terberat
Koalisi Biru Putih seperti dilansir BBC Indonesia (9/4/2019) adalah pesaing terberat Netanyahu karena hasil polling terakhir memperlihatkan persaingan ketat dengan Partai Likud. Selain Gantz, koalisi ini juga dipimpin oleh bekas menteri keuangan Yair Lapid.
Koalisi ini cukup menonjol karena profil Gantz sebagai politisi baru yang menjanjikan pemerintahan yang bersih dari korupsi.
Latar belakang Gantz sebagai seorang jenderal juga membuatnya punya daya jual di kalangan pemilih dalam hal janjinya memelihara keamanan Israel.
Pesaing lainnya adalah Partai Kanan Baru yang yang didirikan oleh Naftali Bennett dan Ayelet Shaked. Keduanya mengambil posisi yang lebih kanan lagi daripada Partai Likud dan menjanjikan sikap keras terhadap Palestina.
Termasuk di antara kampanye mereka adalah serangan udara terhadap Hamas dan demiliterisasi secara permanen terhadap Gaza secara keseluruhan.
Periode kelima
Jika Benjamin Netanyahu berhasil membentuk pemerintahan koalisi lagi, maka ini adalah kali kelima baginya untuk menjabat posisi Perdana Menteri Israel.
Netanyahu pertama kali terpilih pada tahun 1996, dan menjadi Perdana Menteri Israel termuda. Latar belakangnya sebagai bekas tentara dan sikap politiknya yang keras membuatnya berhasil menjadi perdana menteri.
Jabatan ini berakhir pada tahun 1999 ketika ia kalah dari pemimpin Partai Buruh, Ehud Barak.
Pada tahun 2005, ia kembali menjabat ketua Partai Likud dan pada tahun 2009 kembali menjadi perdana menteri. Pada pemilu tahun 2013 dan 2015, Netanyahu kembali berhasil memenangkan pemilu. Semuanya didasarkan pada kampanye akan kebijakannya yang keras terhadap Palestina, di samping janji akan kemajuan ekonomi Israel.
Maka jika partainya berhasil memimpin koalisi lagi pada pemilu kali ini, maka ini akan menjadi periode kelima bagi Netanyahu untuk menjadi perdana menteri Israel.
--- Simon Leya
Komentar