Breaking News

POLITIK Pengakuan La Nyalla Bukti Cara-Cara Kotor Biasa Digunakan dalam Politik 17 Dec 2018 08:58

Article image
Ujang Komarudin, pengamat politik dari Universitas Al-Azhar Islam Jakarta. (Foto: breakingnews.co.id)
Pengamat politik Ujang Komarudin berpendapat, fitnah pada kampanye Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014 itu juga membuat Jokowi kalah telak di wilayah Madura, Jawa Timur.

JAKARTA, IndonesiaSatu.co -- Pengamat politik Ujang Komarudin menilai pengakuan mantan kader Gerindra La Nyalla M Mattalitti soal fitnah ke Joko Widodo (Jokowi) menjadi bukti bahwa cara-cara kotor biasa digunakan dalam politik demi menjatuhkan lawan. Bahkan, fitnah pada kampanye Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014 itu juga membuat Jokowi kalah telak di wilayah Madura, Jawa Timur.

"Itulah politik, apa pun bisa terjadi  termasuk memfitnah orang agar orang tersebut tumbang," kata Ujang kepada JPNN, Minggu (16/12/2018)

Seperti dilaporkan JPNN.com, pengajar di Universitas Al Azhar Indonesia itu menambahkan, fitnah memang lebih kejam dari pembunuhan. Selain itu, katanya, fitnah juga merusak demokrasi, persaudaraan, persatuan dan kesatuan.

Karena itu Ujang mengajak seluruh pihak terkait di Pilpres 2019 tidak lagi menggunakan fitnah untuk meraih kemenangan. 

Direktur eksekutif Indonesia Political Review itu menegaskan, siapa pun yang nantinya menang di Pilpres 2019 akan sulit mewujudkan cita-cita luhur pendiri bangsa menyejahterakan seluruh rakyat Indonesia jika fitnah masih marak. 

"Sebaiknya seluruh pihak terkait berkomitmen untuk bersama-sama menolak melakukan fitnah. Ingat, kekuasaan itu bukan segalanya. Indonesia damai dan sejahtera itulah yang harus menjadi fokus utama," pungkas Ujang.

Sebelumnya La Nyalla menyampaikan pengakuan bahwa tugasnya sebagai anggota tim pemenangan Prabowo Subianto di Pilpres 2014 adalah menyebar fitnah tentang Jokowi. Namun, tokoh Pemuda Pancasila itu mengaku menyesal dan kini memilih menjadi pembela Jokowi.

--- Simon Leya

Komentar