Breaking News

POLITIK Pengamat: Usung Nurdin Abdullah, PDIP Sering Usung Figur Berprestasi 16 Oct 2017 08:19

Article image
Pasangan Saifullah Yusuf-Abdullah Anas (Pilgub Jatim) dan Nurdin Abdullah-Andi Sulaiman. (Foto: Ist)
PDIP adalah partai politik populis yang paling sering mengusung dan memiliki figur-figur kepala daerah yang berprestasi di daerahnya.

MAKASSAR, IndonesiaSatu.co -- PDI Perjuangan secara resmi mengusung pasangan Nurdin Abdullah dan Andi Sudirman Sulaiman sebagai pasangan calon gubernur dan calon wakil gubernur Sulawesi Selatan untuk Pilkada serentak 2018 mendatang.

Ketua Umum DPP PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri mengumumkan kedua nama tersebut pada Rapat Koordinasi Calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur, di kantor DPP PDI Perjuangan Jakarta, Minggu (15/10/2017).

Megawati mengatakan, PDI Perjuangan memutuskan mengusung Nurdin Abdullah sebagai calon gubernur setelah menjalani serangkaian proses seleksi, di antaranya tes psikologi dan sekolah politik.

Pengamat politik Universitas Hasanuddin (Unhas) Zulhajar menilai arah dukungan partai besutan Megawati Soekarnoputri untuk Nurdin-Andi sudah lama bisa ditebak. PDIP adalah partai politik populis yang paling sering mengusung dan memiliki figur-figur kepala daerah yang berprestasi di daerahnya.

"PDIP punya jejak sebagai partai yang meng-endorse figur-figur kepala daerah alternatif yang berprestasi di daerahnya, di Pilgub Sulsel sendiri cerminan kepala daerah yang bisa menjadi representasi figur yang populis dan berprestasi ada pada Nurdin Abdullah," ungkap Zulhajar di Makassar, Minggu (15/10/2017).

Zulhajar mencontohkan figur Joko Widodo saat menjabat Wali Kota Surakarta dan Gubernur DKI Jakarta, Tri Rismaharini Wali Kota Surabaya dan Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas yang kini dipasang PDIP sebagai Cawagub Jawa Timur pendamping Syaifullah Yusuf.

Zulhajar menilai, dibandingkan figur lain, PDIP lebih memilih Nurdin Abdullah karena berhasil sebagai Bupati Bantaeng dua periode dengan gelimang prestasi. Sementara calon saingannya dari Partai Golkar, Nurdin Halid dinilai lebih banyak berkecimpung di jajaran elit politik di Jakarta. Kompetitor lain seperti Ichsan Yasin Limpo, dipandang lebih mewakili dinasti politiknya.

Menurut Zulhajar suara pemilih di Sulsel hanya di kisaran 6,8 juta pemilih dan jauh lebih sedikit dari Jawa Barat dan Jawa Timur yang memiliki di atas 30 juta wajib pilih. PDIP memiliki kepentingan lebih besar dengan menjaga imej partainya sebagai partai populis secara nasional dibandingkan harus merebut basis
Golkar di Sulsel.

"Jika Nurdin Abdullah menang di Sulsel, PDIP menambah koleksi pemimpin-pemimpin daerah berprestasi di Indonesia. Sama halnya dengan keberhasilan PDIP mendudukkan Jokowi sebagai presiden," pungkasnya.

PDIP dalam mendukung Nurdin Abdullah sama seperti PKS dan Gerindra. Zulhajar menduga ada faktor-faktor lain di belakang layar yang menjadi penentu. Jika dengan Gerindra, Megawati punya sejarah berpasangan dengan Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto dalam Pilpres 2009 lalu.

"PKS dikenal sebagai partai dakwah, pasti akan mendukung calon yang dekat dengan aspek religiusitas. Nurdin Abdullah dipandang sebagai pemimpin religius dan bersih, sedangkan wakilnya Sudirman diketahui memiliki basis aktivis dakwah kampus di Fakultas Teknik Unhas," pungkas Zulhajar.

--- Redem Kono

Komentar