Breaking News

NASIONAL Pengamat LIPI: Cara Bermedia Sosial di Indonesia Tidak Memberi Pencerahan 20 Jan 2018 18:26

Article image
Peneliti senior dari Pusat Penelitian Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Profesor Siti Zuhro . (Foto: Ist)
Menurutnya, permasalahan media sosial merupakan persoalan serius yang memerlukan perhatian semua pihak karena menyangkut harkat dan martabat bangsa.

JAKARTA, IndonesiaSatu.co -- Cara orang Indonesia dalam bermedia sosial belum mencerminkan kepribadian dan nilai luhur bangsa.

Demikian penilaian peneliti senior dari Pusat Penelitian Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Profesor Siti Zuhro di Jakarta, Sabtu (20/1/2018).

Siti Zuhro mengaku serius mengamati media sosial tanah air sejak 2013. Media sosial di Indonesia masih dipenuhi dengan hujatan, dengan bahasa-bahasa yang tidak senonoh dan kasar, tidak ada penghormatan kepada orang lain.

"Tutur kata ini kan ungkapan dari kepribadian kita mengenai apa yang ada di sanubari kita," ujarnya.

Menurutnya, permasalahan media sosial merupakan persoalan serius yang memerlukan perhatian semua pihak karena menyangkut harkat dan martabat bangsa.

"Dimensi sila kedua Pancasila sudah tidak lekat dengan kita. Nilai-nilai yang ada di sila kedua ini sudah sama sekali tidak melekat lagi di masyarakat kita," katanya.

Media sosial semakin jauh dari mencerahkan seiring dengan meluasnya berita palsu atau hoaks dan aksi saling merusak.

Menurut dia, ada beberapa hal yang perlu dilakukan untuk menyehatkan media sosial. Yang pertama adalah mendidik masyarakat cerdas dan santun dalam beraktivitas di media sosial.

"Ada rasa malu kalau bertutur kata yang berlebihan," tambahnya.

Selanjutnya, kata Siti Zuhro, perlu ada aturan hukum yang jelas dan tegas serta penegakan hukum harus dilakukan secara konsisten tanpa pandang bulu.

Menurut dia, masyarakat melakukan tindakan-tindakan yang kurang terpuji di media sosial, seperti menghujat maupun menyebarkan hoaks, karena penegakan hukum masih dirasa lemah, hukum dinilai runcing ke bawah tumpul ke atas.

"Mereka ini seperti semakin menghina karena mereka berasumsi hukum di negeri ini santai saja karena aturannya kurang tegas. Jadi, mereka merasakan tidak ada kepastian hukum, masyarakat kita tidak merasakan ada keterikatan hukum," ujarnya.

Yang tidak kalah penting, menurut Siti Zuhro, masyarakat butuh keteladanan. Menurut dia, sulit berharap masyarakat mempraktikkan nilai luhur bangsa apabila pada saat yang sama tokoh-tokoh yang diharapkan bisa memberikan keteladanan justru bersikap dan berperilaku sebaliknya.

"Saya berulang kali mengatakan bahwa kita butuh suri teladan, baik itu pemimpin kita di birokrasi, di politik, di dunia usaha, dari para tokoh yang ditokohkan itu. Nah itu tidak muncul," pungkasnya.

---Hendrik Penu

Komentar