Breaking News

REGIONAL Pertama di Ende, SMPK Wolowaru Gelar Aksi Tolak Perdagangan Manusia 18 Mar 2018 23:51

Article image
SMPK Wolowaru, Ende, menggelar Aksi Menolak Pedagangan Manusia (human trafficking) dan Anti-Hoax pada perayaan HUT Sekolah ke-62 (Foto: Vikar)
“Tentu saja gerakan ini karena rasa prihatin dan peduli apalagi banyak korban adalah anak-anak usia sekolah. Ini masalah pendidikan selain faktor ekonomi dan lapangan kerja. Diharapkan agar semua elemen dapat bekerjasama dan saling mendukung untuk menceg

ENDE, IndonesiaSatu.co-- Di tengah maraknya kasus perdagangan manusia (human trafficking) terutama puluhan korban yang berasal dari Nusa Tenggara Timur (NTT), untuk pertama kalinya di wilayah kabupaten Ende, gerakan menolak perdagangan manusia digelar oleh lembaga pendidikan, Sekolah Menengah Pertama Katolik (SMPK) Wolowaru, kecamatan Wolowaru, kabupaten Ende.

Kegiatan ini diinisiasi oleh lembaga pendidikan di bawah naungan Yayasan Persekolahan Lio (Yaperlio) tersebut saat merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) sekolah ke-62 tahun yang dirayakan pada Sabtu (17/3/18).

Pada kesempatan itu, Pater Nikomedes Mere selaku salah satu Pembina Yaperlio di SMPK Wolowaru mengatakan bahwa dalam rangka perayaan Dies Natalis Sekolah, segenap Pembina, pengajar dan para siswa menggelar kegiatan yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya yakni dengan menyerukan kepedulian terhadap persoalan perdagangan manusia dan mendukung gerakan anti-hoax yang berkembang di berbagai media sosial.

“Diharapkan agar lembaga pendidikan SMPK Wolowaru terus bertumbuh dan berkembang, memberikan kontribusi tidak hanya bagi lembaga pendidikan melainkan kepedulian terhadap lingkungan masyarakat, bangsa dan Negara. Mari, dari lembaga pendidikan ini kita turut mengkampanyekan anti-perdagangan manusia, jangan lagi menjual sesama kita (ma’e sai teka imu sama kita). Juga, mendukung pemerintah dan pihak kepolisian untuk bersama-sama mendukung gerakan anti-hoax dengan tidak menyebarkan berita-berita provokatif yang mencemarkan kerukunan hidup di antara sesama,” ungkap Pater Medes.

Pastor Paroki Hati Amat Kudus Wolowaru ini mengharapkan agar kegiatan ini dapat menjadi virus positif bagi lembaga pendidikan yang lain sejak dari tingkat Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi. Juga, Paroki Wolowaru diharapkan menjadi Paroki ramah migran di wilayah keuskupan Agung Ende dalam mendukung gerakan menentang perdagangan manusia.

“Semoga ini menjadi seruan dan gerakan bersama dari segenap lembaga pendidikan guna mencegah arus perdagangan manusia yang marak terjadi. Semoga aksi kemanusiaan ini menjadi gerakan keprihatinan bersama dari segenap elemen termasuk lembaga-lembaga pendidikan. Kami terus berupaya agar Paroki Wolowaru menjadi Paroki ramah migran,” harapnya.

Sementara Kepala Sekolah SMPK Wolowaru, Sr. louisse, CIJ kepada media ini mengatakan bahwa gerakan ini baru pertama kali digelar berkat inisiatif dari segenap lembaga pendidikan yang peduli dan prihatin dengan persoalan perdagangan manusia yang selalu diberitakan di berbagai media massa baik media cetak maupun online.

“Tentu saja gerakan ini karena rasa prihatin dan peduli apalagi banyak korban adalah anak-anak usia sekolah. Ini masalah pendidikan selain faktor ekonomi dan lapangan kerja. Sejauh ini, ada dua siswa tamatan SMPK yang merantau ke Jakarta dan Kalimantan meski kedua siswa tersebut mendapat bantuan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang SMA. Diharapkan agar semua elemen dapat bekerjasama dan saling mendukung untuk mencegah human trafficking ini,” tandas Suster yang mengaku selama ini banyak kegiatan ekstra seperti kemah, pramuka, ret-ret untuk meningkatkan semangat dan keterampilan para siswa.

Kegiatan tersebut juga memunculkan rasa bangga dan merupakan pengalaman baru di kalangan siswa yang mulai memahami resiko terburuk dari merantau ke luar negeri atau putus sekolah.

“Orang tua selalu mendorong agar jangan sampai putus sekolah lalu memilih menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke Malaysia. Prihatin karena banyak korban adalah mereka yang putus sekolah termasuk anak-anak di bawah usia yang jadi korban. Sebaiknya kerja di tanah sendiri termasuk tidak malu menjadi anak petani,” ujar Helena Jessica Alfa Edison, siswa kelas VIII yang juga mayoret drumb band SMPK Wolowaru.

Selain kampanye anti-perdagangan manusia dan anti-hoax, kegiatan perayaan Dies Natalis juga diwarnai dengan perayaan ekaristi, pertunjukkan Drumb Band SMPK, pembagian seribu bunga kepada masyarakat serta lomba memasan pangan lokal.

--- Guche Montero

Komentar