Breaking News

REGIONAL Petrus Selestinus: Robi Idong, Bupati Sikka yang Masih Bermental Satpol PP 31 Mar 2021 09:48

Article image
Petrus Selestinus, Koordinator TPDI & Advokat Peradi. (Foto: Beritasatu.com)
Penganiayaan yang dialami oleh beberapa anggota Satpol PP dan Damkar Sikka, menggambarkan kualitas kepemimpinan Robi Idong sebenarnya sebatas Kepala Satpol PP.

JAKARTA, IndonesiaSatu.co -- DPRD Sikka dan Kapolres Sikka harus proaktif mencermati kasus dugaan penganiayaan yang dialami oleh anggota dan kepala Satpol PP Sikka, yang sudah menjadi perbincangan di seluruh Sikka bahkan seluruh NTT. Ini sebuah kejadian yang sangat memalukan, merusak citra kepemimpinan di Sikka, sekarang dan di masa yang akan datang. Demikian disampaikan Petrus Selestinus, Koordinator TPDI & Advokat Peradi kepada IndonesiaSatu.co, Rabu (31/3/2021).

“Sikka sedang berduka, karena setelah mengalami buruknya manajemen kelola anggaran hingga mengalami peristiwa "defisit anggaran" yang belum jelas pertanggungjawabannya, kini muncul peristiwa "defisit kapasitas" dan "defisit modung" yang mengancam terjadinya krisis kepemimpinan Sikka, sekarang dan di masa yang akan datang,” ungkap Petrus.

Dikatakan Petrus, Kapolres Sikka harus bertindak tegas dan bersikap adil terhadap semua orang, apalagi perisitiwa penganiayaan terhadap Satpol PP, sudah diketahui publik sebagai peristiwa yang melibatkan Robi Idong sebagai sebagai "pelaku tunggal" penganiayaan. Karena itu, menurutnya, Polres Sikka harus proaktif dan tidak menunggu laporan dari pihak korban, agar tidak muncul gelombang protes masyarakat. 

Menurut Petrus, peristiwa penganiayaan ini bukan persoalan sepele, tetapi ini sudah merusak citra kepemimpinan institusi Pemda Sikka, karena Robi Idong telah mempertontonkan gaya kepemimpinan yang arogan dan congkak, yang dalam kasus ini demi membela keangkuhan putranya, konon tidak menerima ditindak akibat melanggar protokol Covid-19, yakni abai menggunakan masker. 

Ia menambahkan, publik Sikka mulai menghubungkan peristiwa saling menyandera untuk saling melindungi antara pimpinan Forkopimda Sikka, karena konon sebelumnya Satpol PP sempat merazia seorang pejabat Polres Sikka dalam operasi yustisi karena sedang dugem di sebuah kafe dan sebagai balasannya bupati menindak Satpol PP, sehingga kondisi ini akan merusak kohesivitas kerja Forkopimda Sikka.

Harus ada tindakan Kepolisian.

Petrus juga menegaskan, Kapolres Sikka mestinya mengambil tindakan kepolisian terhadap Robi Idong, Bupati Sikka.

“Beri dia status tersangka melalui suatu proses penyelidikan dan penyidikan untuk memastikan apakah peristiwa ini merupakan kejahatan atau masuk kategori pembinaan aparat sebagaimana didalilkan oleh Robi Idong. Apa kata dunia kalau masih ada metode pembinaan dengan tangan besi,” tegas Petrus.

Selain itu, Petrus mengatakan, DPRD Sikka tidak boleh meremehkan kasus ini, tidak boleh hanya sekadar menyelipkan kasus penganiayaan aparat Satpol PP dan Damkar, sekedar ditanyakan dalam Rapat Pansus 1 LPKJ Akhir Tahun Anggaran 2021, tetapi seluruh Fraksi DPRD harus memiliki kesadaran bersama, mengagendakan penggunaan Hak Angket, karena menyangkut perilaku buruk, tabiat (modung hemu) dalam kelanjutan kepemimpinan di Sikka.

Ia  menyatakan, jika Kapolres Sikka dan unsur Forkopimda lainnya tidak mengambil sikap untuk mendorong ke arah proses hukum dengan mekanisme keadilan restoratif (restoratif justice), membiarkan Robi Idong dan keluarganya dihakimi oleh jagad medsos, maka Pemda Sikka akan menghadapi gelombang aksi unjuk rasa menuntut Robi Idong diadili secara hukum dan dimakzulkan.

“Deficit Modung "

Kepemimpinan Sikka era Robi Idong, tambah Petrus, susul menyusul dirundung musibah, bermula dari peristiwa "defisit mutu bangunan" Puskesmas Waigete akibat ijonisasi proyek untuk dikorupsi, kemudian kasus aliran dana pembangunan Puskesmas Bola dalam penyidikan Kejaksaan Negeri Sikka, aksi tebar pesona ketika distribusi dana BLT Covid-19, pengadaan travo dengan mark-up harga, dan sekarang aksi aniaya aparat Satpol PP dan Damkar Sikka.

Ia menegaskan, penganiayaan yang dialami oleh beberapa anggota Satpol PP dan Damkar Sikka menggambarkan kualitas kepemimpinan Robi Idong sebenarnya sudah mentok sebatas Kepala Satpol PP, buktinya meski sudah menjadi Bupati pun karakter Komandan Satpol PP masih melekat yaitu menganiaya aparat Satpol PP atas alasan pembinaan.

Menurutnya, praktik memukul aparat bawahan oleh seorang bupati dilakukan di rumah pribadi Robi Idong, juga menggambarkan perilaku serakah, karena urusan kantor, urusan dinas bahkan urusan negara ditarik masuk ke wilayah privat sebagaimana Robi Idong menelantarkan rumah jabatan bupati menjadi penghuni maling dan lebih memilih tinggal di rumah pribadi.

“Kondisi Sikka saat ini dirundung musibah dari “defisit kapasitas” ke desifisit Anggaran dan sekarang “defisit perilaku” atau "Devisit Modung", karena Bupati berani menganiaya Kepala Satpol PP dan anak buahnya sebagai balas dendam atas tindakan tegas Satpol PP menindak putranya karena melanggar protokol covid-19 yaitu lalai menggunakan masker,” pungkas  Petrus.

--- Simon Leya

Komentar