Breaking News

POLITIK Pilkada NTT: Novanto Tersangka, Medah dan Laka Lena di Pusaran Konflik 22 Jul 2017 13:39

Article image
Dua tokoh Golkar NTT, Ibrahim Medah (kiri) dan Melki Laka Lena. (Foto: Gardaselatan.com)
Dua kubu politik yang terpolarisasi ini, menurut Petrus, akan tarik-menarik adu kekuatan bahkan saling menegasikan yang satu terhadap yang lain.

JAKARTA, IndonesiaSatu.co -- Penetapan Ketua Umum Partai Golkar Setya Novanto sebagai tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) niscaya memiliki resonansi politik yang luas. Bukan saja bagi peta perpolitikan secara nasional, tetapi juga bagi konstelasi politik di NTT.

Betapa tidak, posisi Setya Novanto sebagai Ketua Umum Golkar dan anggota DPR dari Dapil II NTT, memiliki pengaruh sangat kuat dalam mengendalikan Partai Golkar di NTT.

Koordinator Tim Pembela Demokrasi Indonesia (TPDI) Petrus Selestinus mengatakan, kuatnya pengaruh Novanto akan mengganggu proses pencalonan Gubernur/Bupati di internal Golkar bahkan terhadap partai politik lain yang sudah membangun koalisi dengan Partai Golkar dalam menghadapi pilgub/pilbup serentak tahun 2018. 

Tarik-menarik kekuatan kubu politik di Golkar, kata Petrus, sulit terelakkan karena Golkar pasti terpolarisasi dalam beberapa kubu politik di NTT, mengikuti kubu-kubu yang muncul di pusat.

“Ada kubu Ibrahim Medah yang didukung mayoritas DPD Golkar di NTT dan ada kubu di luar Ibrahim Medah yaitu Melki Laka Lena yang merasa punya cantelan langsung dengan Setya Novanto. Bahkan kubu-kubu yang terpolarisasi di NTT akan mengikuti kekuatan kubu-kubu yang muncul di pusat yang hendak menanamkan pengaruhnya di NTT dan daerah lainnya,” kata Petrus di Jakarta, Sabtu (22/7/2017).

Dua kubu politik yang terpolarisasi ini, menurut Petrus, akan tarik-menarik  adu kekuatan bahkan saling menegasikan yang satu terhadap yang lain dalam memperebutkan rekomendasi bakal calon Gubernur/Bupati/Walikota, sebagai akibat status tersangka Setya Novanto.

Munculnya banyak kubu dinilai Advokat Peradi ini, sebagai hal yang wajar. Karena itu, masing-masing kubu akan melakukan gerilya politik, baik yang hendak mempertahankan posisi Setya Novanto, maupun yang hendak menggulingkan Setya Novanto melalui kasus korupsi e-KTP. Dinamika politik seperti ini akan mewarnai politik Pilgub dan Pilbub di NTT pada 2018 mendatang.

Petrus menilai, Partai Nasdem lebih siap mengisi celah untuk menarik simpati publik yang mungkin saja berpaling muka dari Golkar akibat status tersangka Setya Novanto.


Calon Alternatif

Petrus mengatakan, pergeseran kekuatan akan muncul dan berubah secara drastis, manakala berkas perkara Setya Novanto segera dilimpahkan ke Pengadilan sehingga berimplikasi kepada status Setya Novanto berubah menjadi terdakwa.

Menyandang status terdakwa, niscaya membuat suhu politik di Golkar semakin memanas. Pasalnya, Setya Novanto bukan saja akan dinonaktifkan dari jabatan Ketua dan Anggota DPR RI, tetapi akan disusul dengan desakan pergantian Ketua Umum Golkar melalui Munaslub, demi menghadapi Pilkada 2018, Pileg dan Pilpres 2019. Bahkan, bisa saja muncul gerakan cabut mandat dari warga NTT terhadap Setya Novanto.

Putra Sikka yang tinggal di Jakarta ini mengatakan, Partai Golkar selalu memiliki dinamika politik yang sangat tinggi, karena Golkar sudah diposisikan menjadi fondasi dalam pembangunan politik di Indonesia. Karena itu, tarik-menarik kepentingan di antara sesama kader, yaitu antara kader bermasalah dengan kader yang “aman”, senantiasa menarik perhatian publik.

Petrus mencontohkan, sejak Setya Novanto dicekal, sudah muncul wacana Munaslub, yang melahirkan polarisasi kekuatan-kekuatan di internal Golkar, yang diwakili oleh 5 tokoh penting di Partai Golkar.

“Ada kubu Abu Rizal Bakrie, Akbar Tanjung, Jusuf Kala, Luhut B Panjaitan dan Setya Novanto. Setya Novanto pasti masih berusaha keras secara politik untuk meloloskan diri dari status tersangka di KPK. Namun rasanya sulit, karena kasus korupsi e-KTP ini menghadapkan Setya Novanto dengan KPK yang tidak mengenal kompromi,” kata Petrus.

Kembali pada Pilkada di NTT, Petrus mengatakan, bisa saja muncul calon alternatif di luar Ibrahim (Iban) Medah dan Melki Laka Lena, dua tokoh Golkar yang pernah perpasangan dalam Pilkda NTT sebelumnya. Jika tokoh alternatif ini muncul, Petrus memastikan dinamika Pilkada NTT akan semakin menarik.

“Bisa saja Medah dan Melki Laka Lena tetap maju dengan menggunakan infrastruktur politik di luar Partai Golkar demi menjaga gengsi politik bahkan demi memelihara konstituen sebagai pintu cadangan menuju pileg 2019. Hal ini bisa membuat konstestasi Pilgub NTT akan diwarnai oleh konflik di dalam tubuh Golkar yang sedang memanas,” pungkasnya.

 

---

Komentar