Breaking News

INTERNASIONAL Presiden Jokowi dan Putra Mahkota Abu Dhabi Akan Teken Kerja Sama Senilai Rp 125,5 Triliun 24 Jul 2019 12:10

Article image
Presiden Joko Widodo menjemput Putra Mahkota Abu Dhabi Sheikh Mohamed Bin Zayed Al Nahyan di bandara Soekarno Hatta, Tangerang pada Rabu (24/7/2019). (Foto: Antara)
Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, neraca dagang Indonesia dengan UEA sejak 2017 tercatat defisit.

JAKARTA, IndonesiaSatu.co -- Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan memastikan tiga kerja sama sudah pasti akan diteken dalam pertemuan antara Presiden Jokowi dan Putra Mahkota Abu Dhabi Pangeran Sheikh Mohammed bin Zayed Al-Nahyan.

Jonan mengatakan ini usai mendampingi Presiden Jokowi menjemput rombongan Putra Mahkota Abu Dhabi Pangeran Sheikh Mohammed bin Zayed Al-Nahyan di bandara Soekarno Hatta, Tangerang pada Rabu (24/7/2019).

Sejumlah kerja sama bakal dibahas adalah, pertama proyek pembangunan fasilitas pengolahan minyak atau proyek revitalisasi kilang (Refinery Development Master Plan/RDMP) di Balikpapan, Kalimantan Timur. RDMP Balikpapan merupakan satu dari enam megaproyek kilang yang tengah dibangun PT Pertamina.

Kedua, kerja sama pengembangan industri petrokimia dengan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. Ketiga, kerja sama dengan PT Pelabuhan Indonesia Maspion di Surabaya, Jawa Timur.

Total nilai investasi dari tiga kerja sama tersebut seperti dilansir Antara, mencapai 9 miliar dolar AS atau setara Rp 125,5 triliun.

Selain tiga proyek tadi, Indonesia juga akan menawarkan 21 daftar investasi lagi ke UEA. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan total nilai investasi itu mencapai 91 miliar dolar AS (setara Rp 1.274 triliun).

Salah satu proyek yang bakal ditawarkan adalah pengembangan destinasi pariwisata prioritas Indonesia, seperti Sei Mangkei, Simalungun dan Danau Toba (Sumatera Utara) serta Mandalika (Nusa Tenggara Barat).

Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, neraca dagang Indonesia dengan UEA sejak 2017 tercatat defisit. Nilai defisit hingga semester I/2019 sebesar 287 juta dolar AS. Defisit berasal dari nilai impor UEA ke Indonesia mencapai 882,5 juta dolar AS, sementara ekspor Indonesia hanya berkisar 594,4 juta dolar AS.

Ekspor tertinggi Indonesia ke UEA disokong nonmigas, sementara impor tertinggi UEA berasal dari sektor migas.

Indonesia memandang Dubai, salah satu kota metropolitan UEA, sebagai hub perdagangan dunia. Karena itu, Indonesia selama ini memanfaatkan peran Dubai untuk peningkatan ekspor produk pertanian dan buah-buahan.

Adapun ekspor komoditi yang digenjot Indonesia berupa suku cadang pesawat, produk dari kayu, batu berharga, makanan jadi, mesin kendaraan bermotor, dan seterusnya. Sementara impor UEA kebanyakannya adalah mesin, minyak bumi, pelumas, alumunium, bahan kimia, dan biji plastik.

Setelah menjemput di Bandara Soetta, keduanya akan menuju ke Istana Bogor untuk melakukan sesi foto bersama, penandatanganan buku tamu, penanaman pohon, tete-a-tete (pertemuan empat mata) , pertemuan bilateral dan penandatanganan kerja sama.

--- Simon Leya

Komentar