Breaking News

PENDIDIKAN Ratusan Mahasiswa dan Dosen Ikuti Program Penguatan Pendidikan Pancasila di IPB 12 Aug 2017 12:54

Article image
Ketua UKP-PIP Yudi Latif. (Foto: Ist)
Pancasila itu titik temu kita, dimana sebuah warna bisa menyatu. Pancasila juga titik pijak dimana seluruh Undang-Undang, peraturan kebijakan harus berlandaskan Pancasila.

BOGOR, IndonesiaSatu.co -- Sebanyak 503 mahasiswa dan 105 dosen dari 105 perguruan tinggi negeri (PTN) dan perguruan tinggi swasta (PTS) dari seluruh Indonesia selama dua hari, Jumat (11/8/2017)-Sabtu (12/8/2017), dibekali materi tentang penguatan nilai-nilai Pancasila dan pengamalan Pancasila dalam perbuatan dalam Program Penguatan Pendidikan Pancasila.

Kegiatan tersebut diselenggarakan atas kerja sama Unit Kerja Presiden bidang Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP PIP) dan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristedikti), di IPB International Convention Center, Bogor.

Pembukaan peluncuran Program Penguatan Pendidikan Pancasila dengan tema Pancasila Dalam Perbuatan yang diselenggarakan Jumat (11/8) malam ini, dihadiri oleh Presiden RI ke-5, Megawati Soekarnoputri, Wakil Presiden ke-6 RI Try Sutrisno, Menristekdikti M. Nasir, dan para rektor perguruan tinggi di Jakarta dan Bogor.

Titik temu

Kepala UKP PIP Yudi Latif dalam sambutannya mengemukakan, betapa Indonesia sebagai bangsa majemuk dalam berbagai hal. Pertama, Bangsa Indonesia majemuk dari segi asal usul keagamaan yang diabadikan dalam sila pertama. Ia menyebutkan, Indonesia termasuk salah satu bangsa di muka bumi dengan jumlah agama yang banyak.

“Konon bangsa yang paling banyak agamanya itu Lebanon. 25 agama. Tapi kalau pengertian agama itu kita luaskan termasuk agama-agama lokal di Indonesia, seperti Puritan, Kaharingan, Parmalim, Indonesia juga tidak kurang dari jumlah itu,” jelas Yudi.

Kedua, Bangsa Indonesia juga majemuk dari asal usul ras manusia. Menurut Kepala UKP PIP, ras tertua yang berdiami tanah Nusantara itu adalah ras Papua Melanesia. Yang kedua, ras Mongoloid, di dunia iniada tiga rumpun Mongoloid, yaitu Asiatic Mongoloid; dan American Mongoloid yaitu Mongoloid yang ada di benua Amerika.

“Orang Indian sampai Eskimo itu juga Mongoloid. Jadi saudara antara Ahok dan Sandi itu rasnya identik. Ya. Kesalahan memahami ini, ini kita bisa bunuh-bunuhan,” terang Yudi yang diikuti senyum peserta acara tersebut.

Ketiga, lanjut Kepala UKP PIP Yudi Latif, kita juga majemuk dalam arti suku, budaya dan lain-lain. Inilah superpower budaya dunia dengan kemajemukan kultural yang luar biasa, menurut Yudi, karena Indonesia dalam satu tarikan nafas sekarang, dalam satu helaan nafas, mengangkat paling sedikit 50 abad sejarah umat manusia secara simultan.

Sesuai hukum Matematika, lanjut Yudi, pecahan-pecahan tidak akan bisa dijumlahkan kecuali bilangan penyebutnya disamakan. Karena itu, menurut Yudi, Indonesia dengan skala pecahan agama, ras, adat, dan lainnya sampai kapanpun tidak akan bisa dijumlahkan menjadi kebersamaan kecuali Indonesia memiliki penyebut yang sama.

“Penyebut bersama itu namanya Indonesia, sedangkan nilai-nilai yang mempertemukan kita dari segala keragaman itu terkristal dalam nilai-nilai Pancasila,” tegas Yudi.

Singkat kata, tegas Kepala UKP PIP itu, Pancasila itu titik temu kita, dimana sebuah warna bisa menyatu. Pancasila juga titik pijak dimana seluruh Undang-Undang, peraturan kebijakan harus berlandaskan Pancasila. Pancasila juga menjadi titik tuju kita. Bung Karno menyebutnya next star, bintang penuntun kita dimana bangsa ini harus diarahkan.

“Maka tanpa Pancasila, kita kehilangan titik temu, tanpa Pancasila kita kehilangan titik pijak, tanpa Pancasila kita kehilangan titik tuju ke mana bangsa ini harus diarahkan,” ucap Yudi.

Kepala UKP PIP Yudi Latif  bersyukur karena perwakilan mahasiswa dari seluruh Indonesia dengan mozaik warna kulit yang lengkap, bertemu di acara Program Penguatan Pendidikan Pancasila, dan bersambung rasa.

“Semoga dari sini kita bisa berbagi rezeki bagi kebahagiaan hidup kita bersama. Hidup. Selamat malam. Pancasila,” pungkas Yudi.

---Redem Kono

Komentar