Breaking News

UKM RMC Detusoko Wakili Indonesia dalam Workshop ACSE di Vietnam 16 Aug 2018 22:47

Article image
Founder RMC Detusoko, Nando saat sharing session pada acara Workshop di Vietnam (Foto: Nando)
"Generasi muda harus pro-aktif menangkap segala peluang usaha yang ada dan jangan menjadi generasi pasif tanpa berjuang dan bekerja keras,” ajak Nando.

VIETNAM, IndonesiaSatu.co-- Wadah inovatif kawula muda, Remaja Mandiri Community (RMC) Detusoko, Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT) menjadi salah satu peserta mewakili Indonesia dalam workshop Active Citizens Social Enterprise (ACSE) yang berlangsung di Novotel, kota Ho Chi Minh City, Vietnam sejak 14-19 Agustus 2018.

Founder RMC Detusoko, Nando Watu sekaligus peserta dalam workshop tersebut mengatakan bahwa menjadi wirausaha sosial (Social Enterpreuner) merupakan sebuah pilihan, peluang dan tantangan bagi generasi muda apalagi generasi milenial yang dibentuk dalam era globalisasi dan teknologi.

“Menjadi tanggubgjawab generasi kita saat ini yakni bagaimana membuka jalan, memberi advokasi dan informasi bagi generasi selanjutnya dengan menyadari segala potensi lokal yang ada di daerah dan menangkap peluang usaha sehingga dapat meningkatkan kemandirian ekonomi melalui jalan bisnis sosial. Sebagai penggagas komunitas kawula muda ini, saya merasa bangga bisa dipercaya menimba dan berbagi pengetahuan dalam workshop internasional ini,” ungkap Nando kepada media ini, Rabu (15/8/18).

Nando menambahkan bahwa tujuan menjadi sukses tidak semata dengan menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS), memiliki seragam dinas atau harus bekerja di kantor bahkan mencari pekerjaan di luar negeri secara non-prosedural (illegal). Sebaliknya, sudah saatnya generasi muda belajar menjadi tuan di daerahnya sendiri, di negerinya sendiri.

“Kita harus menciptakan sendiri lapangan pekerjaan. Jangan tanyakan apa yang harus Negara atau pemerintah berikan, melainkan tanyakan apa yang dapat kita lakukan bagi komunitas di sekitar dengan mengembangkan segala potensi yang ada. Generasi muda harus pro-aktif menangkap segala peluang usaha yang ada dan jangan menjadi generasi pasif tanpa berjuang dan bekerja keras,” ajaknya.

Alumnus STFK Ledalero ini menjelaskan bahwa kegiatan workshop ini diikuti oleh beberapa perwakilan Negara Asia Tenggara yakni Indonesia, Filipina, Malaysia, Vietnam, dan Korea guna penguatan kapasitas sebagai Regional Facilitator Development.

Sebanyak lima peserta dari Indonesia; utusan dari Akademisi yakni dari Universitas Padjajaran, Atmajaya Jakarta dan Universitas Prasetya Mulya, juga perwakilan dari Komunitas Social Enterprise yakni komunitas Pelangi Nusantara dan RMC Detusoko.

“Ini merupakan sebuah kesempatan emas Kami memulai aksi dari desa (kampung) melalui wadah RMC Detusoko bersama sekelompok anak muda desa dengan semangat “Ayo Pulang Kampung”, kemudian mendapat ruang belajar bersama mewakili Indonesia di ajang internasional,” kesannya.

Nando menerangkan bahwa tujuan dari workshop fasilitator ini yakni untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan (skill) fasilitator di masing-masing komunitas (negara).

“Kegiatan ini  juga untuk membangun aksi bersama dalam menciptakan jejaring (networking) dan persahabatan dengan pelaku, para expert social enterpreuner, pemimpin komunitas, Dosen, NGO, pimpinan perusahaan, CEO dari negera-negara peserta. Juga mencari solusi bersama dalam mengentaskan kemiskinan dan problem sosial di komunitas melalui pintu bisnis sosial. Pegiat wirausaha sosial di desa atau komuntas dapat membangun jejaring secara global,” terangnya.

Kegiatan worskhop selama sepekan ini diselenggaran oleh British Council, dengan metode workshop mencakup sharing session, demonstrasi, studi lapangan, cultural night serta market place.

--- Guche Montero

Komentar