Breaking News

SOSOK Sastrawan dan Budayawan Ajip Rosidi Berpulang 30 Jul 2020 09:00

Article image
Sastrawan dan budayawan Ajip Rodisi berpulang dalam usia 82 tahun, Rabu (29/7/2020), sekitar pukul 22.30 WIB. (Foto: portalsatu.com)
Ajib Rosidi, menaruh minat besar terhadap perkembangan bahasa dan sastra Sunda, menghasilkan ratusan karya dalam bentuk buku maupun publikasi tulisan.

MAGELANG, IndonesiaSatu.co -- Sastrawan dan budayawan Ajip Rodisi berpulang dalam usia 82 tahun, Rabu (29/7/2020), sekitar pukul 22.30 WIB dalam perawatan pascaoperasi di RSUD Tidar Kota Magelang, Jawa Tengah, demikian dilaporkan Antara News.

"Betul, saya sedang 'ke sana ke mari' (mengurus segala sesuatu, red.) ini," kata salah seorang anak Ajip Rosidi, Nundang Rundagi, yang dihubungi melalui telepon di Magelang, Rabu malam.

Sastrawan yang juga budayawan Ajip Rosidi itu menjalani perawatan dan operasi di RSUD Tidar Kota Magelang, karena sakit sejak sekitar seminggu terakhir, akibat terjatuh di rumah anaknya di Pabelan, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang.

Nundang menyatakan belum bisa memberikan keterangan lebih jauh terkait dengan rencana pemakaman karena dirinya masih sibuk mengurus jenazah ayahnya itu.

Dalam keterangan Nundang sebelumnya, Ajip harus menjalani operasi karena perdarahan di otak, akibat terjatuh tersebut.

Ajib Rosidi, menaruh minat besar terhadap perkembangan bahasa dan sastra Sunda. Ajip Rosidi telah menghasilkan ratusan karya dalam bentuk buku maupun publikasi tulisan. Ia meraih gelar doktor kehormatan, honoris causa, bidang ilmu budaya dari Universitas Padjadjaran pada 2011.

 

Biografi singkat

Sastrawan kelahiran Jatiwangi, Majalengka, Jawa Barat ini adalah sastrawan Indonesia, penulis, budayawan, dosen, pendiri, dan redaktur beberapa penerbit, pendiri serta ketua Yayasan Kebudayaan Rancage. 

Ajip seperti dikutip dari merdeka.com merupakan salah satu pengarang sajak dan cerita pendek yang paling produktif (326 judul karya dimuat dalam 22 majalah). Ajip juga aktif menulis drama, cerita rakyat, cerita wayang, bacaan anak-anak, lelucon, dan memoar serta menjadi editor beberapa bunga rampai.

Ajip menempuh pendidikan di Sekolah Rakyat Jatiwangi (1950), lalu melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama Negeri VIII Jakarta (1953) dan terakhir, Taman Madya, Taman Siswa Jakarta (1956). Ajip memang tak tamat SMA, tapi berkat hasil bacaan yang sangat luas dan karya-karyanya yang berlimpah, pada tahun 1967-1970, ia dipandang pantas untuk menjadi dosen luar biasa di Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran, Bandung.

Kemudian pada 1981, berkat peranannya dalam bidang kesusastraan dan kebudayaan, Ajip diangkat sebagai guru besar tamu di Osaka Gaikokugo Daigaku (Universitas Bahasa Asing Osaka). Sejak itu, ia juga ditugasi mengajar di Tenri Daigaku (1982-1994) dan Kyoto Sangyo Daigaku (1982-1996).

Pada usia 12 tahun, saat masih duduk di bangku kelas VI Sekolah Rakyat, tulisan Ajip telah dimuat dalam ruang anak-anak di harian Indonesia Raya. Ketika SMP, Ajip bahkan sudah menekuni dunia penulisan dan penerbitan. Tulisan-tulisannya berbahasa Indonesia, Sunda, dan Jawa, bahkan beberapa karyanya diterjemahkan ke dalam bahasa asing, dimuat dalam bunga rampai atau terbit sebagai buku, seperti dalam bahasa Belanda, Cina, Inggris, Jepang, Perancis, Kroasia, Rusia, dll. Ajip dikenal sebagai sosok yang mengharumkan budaya Sunda di kancah internasional. Kini Ajip aktif mengelola beberapa lembaga nonprofit, seperti Yayasan Kebudayaan Rancag dan Pusat Studi S

--- Simon Leya

Komentar