Breaking News

INTERNASIONAL Setelah Tujuh Bulan, Turki Akhiri Operasi Militer di Suriah 30 Mar 2017 16:03

Article image
Seorang tentara Turki berjaga di perbatasan Turki dan Suriah. (Foto: DPA)
Selain memerangi ISIS, operasi dengan sandi “Euphrates Shield” itu bertujuan meredam pergerakan pejuang Kurdi yang dianggap sebagai pemberontak dan teroris.

ANKARA, IndonesiaSatu.co --  Pemerintah Turki secara resmi mengakhiri operasi militer yang telah berlangsung selama tujuh bulan di Suriah. Hal tersebut, seperti dikutip dari laman FAZ.net (Kamis, 30/3/2017), diumumkan oleh Perdana Menteri Turki Binali Yildirim dalam pertemuan dengan dewan keamanan negara.

Operasi  militer Turki di Suriah itu dimulai pada Agustus 2016 lalu dengan tujuan utama mendukung gerilyawan Suriah memerangi ISIS sekaligus mencegah kelompok teroris itu mendekati wilayah perbatasannya. Selain itu, operasi dengan sandi “Euphrates Shield” atau Perisai Eufrat itu dimaksudkan pula sebagai unjuk kekuatan militer Turki dalam upaya meredam pergerakan pejuang Kurdi yang dianggap sebagai pemberontak dan teroris.

Yildirim tidak menyebutkan adanya kemungkinan penarikan pasukan dari Suriah maupun rencana untuk meluncurkan operasi militer berikutnya.

"Saya pastikan, operasi Euphrates Shield berjalan sukses dan telah berakhir. Operasi apa pun setelah ini akan diluncurkan dengan nama berbeda," ujar Yildirim, Rabu (29/3/2017).

Operasi militer Turki bersama gerilyawan Suriah berhasil merebut sejumlah kota, di antaranya Jarablus, dari tangan ISIS. Pasukan Turki juga mengklaim berhasil memotong pergerakan milisi ISIS dan Kurdi menyeberangi Sungai Eufrat dan memasuki wilayah yang sebagian besar dikuasai oleh kelompok Kurdi.

Langkah militer Turki berhubungan erat dengan kekuatiran pemerintah negara itu bahwa kelompok Kurdi di Suriah tengah berupaya membangun kekuatan otonom seperti halnya dengan kelompok independen Kurdi di wilayah Irak.

--- Rikard Mosa Dhae