Breaking News

KEUANGAN Sri Mulyani: Uang Bisa Menjadi Sumber Solusi Tapi Juga Sumber Celaka 21 Mar 2019 14:32

Article image
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. (Foto: Teras.ID)
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati berpendapat, karena manusia sangat mudah tergoda maka dibutuhkan pengawasan yang benar-benar kompeten.

JAKARTA, IndonesiaSatu.co -- Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan uang bisa menjadi solusi untuk pembangunan tetapi bisa juga menjadi petaka saat terjadi penyelewengan. Bahkan, penyelewengan ini dapat dilakukan oleh orang yang memiliki ibadah bagus.

Sri Mulyani mengatakan itu ketika menjadi pembicara dalam acara Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Pengawasan Intern Pemerintah di Jakarta, Kamis (21/3/2019). Rakornas ini dihadiri oleh sebanyak 1.200 orang peserta yang berasal dari Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP).

Dalam kesempatan itu, dia menyoroti mengenai tata kelola anggaran yang memiliki banyak godaan. Menurutnya,

"Kita semua mengetahui bahwa aparatur pemerintah harus bersama-sama menjaga tata kelola berdasarkan konteks yang saya sampaikan. Keuangan negara berhubungan dengan uang godaannya banyak sekali," ujar Sri Mulyani seperti dikutip dari merdeka.com.

"Uang bisa menjadi sumber solusi tapi juga sumber celaka. Banyak orang celaka. Sholat rajin, haji ada, umrah sering, puasa Senin Kamis, tapi waktu ngeliat uang dia lupa semua itu. Seperti tidak ada koneksinya. Sepertinya uang, ada dunianya sendiri," sambungnya.

Sri Mulyani melanjutkan, karena manusia sangat mudah tergoda maka dibutuhkan pengawasan yang benar-benar kompeten. Indonesia sendiri sudah melengkapi institusinya dengan pengawasan berlapis.

"Karena manusia mudah tergoda, maka kelemahan ini harus dikompensasi dengan pengawasan yang baik. Jangan percaya diri sendiri saya tidak tergoda. Lebih senang kita diawasi. Oleh karena itu sistem pengawas keuangan terdiri dari beberapa lapis. Lapis pertama, yang ada di dalam internal organisasi. Itu yang disebut aparat internal, pengendalian internal, di dalam organisasi, namanya biasanya irjen," jelasnya.

Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia tersebut mengakui, tak semua orang suka diawasi. Semakin besar jabatan seseorang dalam suatu institusi maka keinginan untuk diawasi pun semakin rendah. Hal ini pun menjadi tantangan berat dalam pemerintahan Indonesia.

"Saya akui di RI tantangan berat. Karena kita pada dasarnya manusia. Tidak hanya manusia Indonesia, bule dari arab, India semua manusia itu tidak suka diawasi. Namanya manusia bangsa apapun, dia tidak suka diawasi. Bukan masalah apa-apa instingnya suka kita bebas," tandasnya.

--- Simon Leya

Komentar