Breaking News

INTERNASIONAL Tanpa Mandat DK PBB, Presiden Rusia: Serangan AS ke Suriah Ilegal 15 Apr 2018 00:30

Article image
Presiden Rusia, Vladimir Putin (Foto: AFP)
"Washington menggelar agresi terhadap sebuah negara berdaulat yang berada di garis depan perang melawan terorisme. Serangan sekutu ini tidak mendapat mandat dari DK PBB serta melanggar piagam PBB dan prinsip-prinsip hukum internasional," kata Putin.

MOSKWA, IndonesiaSatu.co-- Presiden Rusia, Vladimir Putin mengatakan bahwa serangan AS dan sekutunya ke Suriah melanggar piagam PBB dan hukum internasional.

"Washington menggelar agresi terhadap sebuah negara berdaulat yang berada di garis depan perang melawan terorisme. Serangan sekutu ini tidak mendapat mandat dari DK PBB serta melanggar piagam PBB dan prinsip-prinsip hukum internasional," kata Putin seperti dilansir Kompas.com dari laman Russia Today, Sabtu (14/4/18).

Presiden Putin menegaskan bahwa meningkatnya eskalasi krisis Suriah memberi dampak buruk bagi seluruh sistem hubungan internasional.

"Dengan menggunakan kekerasan, Washington hanya makin mendorong gelombang baru pencari suaka dari Suriah dan kawasan ini," kritiknya.

Sementara itu, Rusia menyerukan pertemuan darurat DK PBB untuk membahas serangan AS dan sekutunya terhadap Suriah.

Diberitakan AFP, AS yang disokong Inggris dan Perancis menggelar serangan udara terhadap sejumlah sasaran strategis di Suriah. Serangan udara ini digelar sepekan setelah militer Suriah diduga melakukan serangan senjata kimia terhadap kota Douma yang terletak 10 kilometer dari Damaskus. Serangan koalisi ini digelar beberapa jam sebelum tim dari Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) dijadwalkan datang ke kota Douma untuk melakukan investigasi.

AFP melalui SANA melaporkan terdapat tiga target serangan yakni pusat riset di dekat Damaskus, fasilitas gudang, dan pos komando di dekat ibu kota serta fasilitas penampungan senjata kimia di dekat Homs. Terdapat tiga warga sipil terluka di Homs, kota yang terletak 162 kilometer di utara Damaskus. Selain itu, beberapa rudal dilaporkan menghantam pusat penelitian di Barzeh, utara Damaskus. Rudal tersebut menghancurkan laboratorium sains, serta pusat pelatihan.

Kementerian Luar Negeri Suriah seperti dikutip SANA mengecam serangan tersebut yang disebut sebagai "agresi yang brutal dan barbar."

"Serangan ini melanggar hukum internasional, melanggar kehendak komunitas internasional, dan ditakdirkan untuk gagal," ujar kementerian.

Sedangkan Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov memperingatkan negara-negara Barat untuk tidak melakukan serangan ke Suriah. Dalam keterangan resminya, Lavrov mengatakan bahwa jika Barat nekat melakukan operasi militer, maka bakal ada gelombang migran di Eropa.

"Aksi sekecil apapun bakal memicu gelombang migran dan menimbulkan dampak lain yang jelas tidak kami inginkan," kata Lavrov seperti dilansir AFP.

"Situasi yang berkembang saat ini sudah sangat berbahaya. Prioritas pertama kami adalah berusaha menghindari peluang jika terjadi perang," kata Duta Besar Rusia untuk PBB, Vassily Nebenzia Nebenzia.

--- Guche Montero

Komentar