Breaking News

HUKUM Taufik Kurniawan Tersangka, PAN Janjikan Bantuan Hukum 31 Oct 2018 12:13

Article image
Wakil Ketua DPR RI Taufik Kurniawan. (Foto: Ist)
Terkait penetapan tersebut, PAN akan memberikan bantuan kepada kadernya Taufik Kurniawan, yang sedang menghadapi persoalan hukum.

JAKARTA, IndonesiaSatu.co -- Wakil Ketua DPR RI Taufik Kurniawan periode 2014-2019 ditetapkan sebagai tersangka kasus suap. Politikus PAN ini diduga menerima gratifikasi dalam pengurusan Dana Alokasi Khusus (DAK) Kabupaten Kebumen yang bersumber dari APBN tahun anggaran 2016 senilai Rp 100 miliar. 

Terkait penetapan tersebut, PAN akan memberikan bantuan kepada kadernya Taufik Kurniawan, yang sedang menghadapi persoalan hukum. Namun prinsipnya PAN menghormati proses hukum yang sedang berjalan dan minta KPK menjunjung tinggi keadilan.

"Tentu PAN akan membantu Taufik, bisa dalam bentuk bantuan hukum, dukungan moral, dan sebagainya," kata anggota Dewan Kehormatan PAN, Dradjad Wibowo, Selasa (30/10/2018).

Namun di sisi lain, lanjut Dradjad, PAN menghormati penegakan hukum oleh KPK. PAN berharap KPK juga menjunjung tinggi keadilan.

Mengenai kasusnya sendiri, kata Dradjad, akan dilihat bagaimana fakta di pengadilan nanti. "Soal posisi di DPR dan sebagainya, saya tidak akan berkomentar dulu. Kita tunggu perkembangan kasus ini," ungkapnya.

Penetapan tersangka ini merupakan hasil pengembangan perkara operasi tangkap tangan (OTT) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di Jawa Tengah pada pertengahan Oktober 2017.

"TK, Wakil Ketua DPR RI periode tahun 2014-2019 diduga menerima hadiah atau janji,” kata Wakil Ketua KPK Basaria Panjaitan di gedung KPK, Jakarta, Selasa (30/10/2018).

Basaria menjelaskan, Taufik diduga menerima suap sebesar Rp 3,65 miliar terkait pengurusan pengalokasian DAK untuk Pemkab Kebumen. Suap itu diduga merupakan bagian dari fee sebesar lima persen dari total anggaran yang dialokasikan untuk Kabupaten Kebumen. 

"MYF (M Yahya Fuad) menyanggupi fee lima persen dan kemudian meminta fee tujuh persen pada rekanan di Kebumen," ujar Basaria.

Basaria mengatakan, penyidik menduga hadiah atau janji tersebut diberikan agar Taufik menggerakkan atau melakukan atau tidak melakukan sesuatu terkait jabatannya. Diduga, hadiah atau janji itu telah melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya.

“Yang bertentangan dengan kewajibannya terkait dengan perolehan anggaran dana alokasi khusus (DAK) fisik pada perubahan APBN Tahun Anggaran 2016," kata dia.

Pertemuan dan penyerahan uang kepada Taufik ini dilakukan secara bertahap di sejumlah hotel di Semarang dan Yogyakarta. Penyidik menduga serah terima suap dilakukan melalui kamar hotel dengan connecting door.

"Rencana penyerahan ketiga gagal dilakukan karena pihak terkait saat itu di-OTT KPK," ujarnya. 

Atas perbuatannya tersebut, Taufik disangkakan melanggar pasal 12 huruf a atau pasal 12 huruf b atau pasal 11 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2001. 

Awal September 2018 lalu, Taufik sempat diminta keterangannya terkait pengembangan kasus dugaan suap proyek yang bersumber dari DAK pada APBN 2016 senilai Rp 100 miliar. Namun, dia enggan membeberkan permintaan keterangan yang dilakukan penyelidik KPK kepada dirinya. 

Selain Taufik, KPK juga menetapkan mantan ketua DPRD Kebumen Cipto Waluyo sebagai tersangka suap. Cipto diduga menerima suap sebesar Rp 50 juta terkait pengesahan atau pembahasan APBD Kabupaten Kebumen tahun anggaran 2015-2016.

Atas perbuatannya itu, Cipto disangkakan melanggar Pasal 12 huruf a atau Pasal 12 huruf b atau Pasal 11 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi juncto Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP. 

--- Redem Kono

Komentar