Breaking News

SASTRA Tentang Mimpi dan Kemeja Hijau (Puisi) 21 Jan 2017 18:05

Article image
Ilustrasi kemeja hijau. (Foto: Ist)

Oleh Fridz Embu

 

Tak ada yang lebih tinggi dari mimpi

Tak mungkin ada!

 

Di meja makan

Kita berebut kesempatan untuk mengambil anggur lebih dulu

Meski kata pria yang duduk di ujung paling temaran

“Siapapun akan jadi rakus dan malas setelah meminumnya!”

Satu persatu dari antara kita mulai mengeluarkan buku catatan, pensil, dan buku gambar

Lalu berusaha menangkap kata-kata yang keluar dari bilah-bilah janggutnya

Di luar, kapal dan pramugari menunggu perintah

Sambil berdandan dan menurunkan berat badan

Agar lincah dan elok saat berparang

Sebentar

Sebentar lagi

 

Tak ada yang lebih tinggi dari mimpi?

Kita pernah berencana pergi ke ujung kampung

Sambil menegak wine dan mendengarkan Mozart

Kau akan mengenakan sepatu kulit dan aku sendal dari kayu

Kita akhirnya tak pernah sampai memang

Karena di tengah jalan kita rupanya jadi jagoan yang menikam dari belakang

Sebelum gelap kau melihat aku terbang

Dan kulihat kau berlari begitu cepat, lalu sampai tanpa pernah saling bersentuhan

 

Mungkin mimpi bukan apa-apa lagi

Setelah kenyang dan mabuk

Entah kenapa tangan kita jadi ringan dan putih seperti habis dicuci

Sedang di sudut, seorang pria bersandar dengan tubuh koyak tak lengkap

Adakah kita yang melakukannya?

Mana mungkin?

Yang menetes di tangan bukan bekas darah

Yang jadi selilit di antara taring dan geraham bukan sisa daging

Tapi bekas-bekas kertas puisi, berwarna hijau seperti warna kemejanya

 

Mungkin tak ada yang lebih dari mimpi

Sebab di mimpi kita bisa ketemu dia sekali lagi.

Makan, minum, mabuk, dan bercerita

Mungkin di mimpi kita bisa terbang tanpa meninggalkan

Mungkin kita bisa mencoba untuk tak pernah menyakitinya lagi

(2016)

 

*) Penulis adalah alumni STFK Ledalero, Flores. Kumpulan puisi pertamanya telah terbit dengan judul '1 Hari Lelaki' (2016) 

Komentar