Breaking News

LINGKUNGAN HIDUP Terima Penghargaan Kalpataru, Romo Kristo: Sebuah Tanggung Jawab Atas Kehidupan 02 Dec 2018 22:08

Article image
Romo Kristo Tara, OFM (kiri depan) saat menerima penghargaan Kalpataru tingkat Kabupaten Belu (Foto: Dok. Romo Kristo)
“Bumi ini hanya bisa diselamatkan kalau semua orang memiliki kesadaran dan tanggung jawab etis yang sama. Kalpataru ini saya persembahkan untuk Persaudaraan OFM Indonesia, umat Paroki Laktutus dan para aktivis lingkungan,” ungkap Romo Kristo.

BELU, IndonesiaSatu.co-- Pemerintah kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT) melalui Dinas Lingkungan Hidup, Selasa (27/11/18) lalu, memberikan penghargaan Kalpataru tingkat Kabupaten Belu bagi para pegiat dan Pengabdi Lingkungan Hidup.

Penghargaan ini diserahkan oleh Wakil Bupati Belu, J.T. Ose Luan, bertempat di kantor Bank Sampah Ai' Kamelin, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Belu.

Kepada media ini, Sabtu (1/12/18), Romo Kristo Tara, OFM selaku penerima penghargaan Kalpataru kategori Pengabdi Lingkungan Hidup, mengatakan bahwa penghargaan tersebut merupakan sebuah tanggung jawab atas kehidupan, juga pengakuan dari pemerintah.

“Kategori Kalpataru yang kami terima yakni Pengabdi Lingkungan hidup. Tentu penghargaan ini merupakan sebuah pengakuan dari pemerintah atas perjuangan dan kerja keras dari setiap orang dalam menjaga, memelihara dan menyelamatkan lingkungan hidup. Lebih dari itu, bagi kami, penghargaan ini merupakan bentuk tanggung jawab atas kehidupan yang muncul dari beragam kesadaran,” ungkap Romo Kristo.

Romo yang juga dikenal sebagai “Pastor aktivis” ini menerangkan bahwa terdapat beberapa tingkat kesadaran dan tanggung jawab yang mendasari gerakan terhadap lingkungan hidup.

“Pertama, ada kesadaran genesis, bahwa sejak awal mula manusia hidup bersama dan tergantung pada entitas hidup yang lain. Karena itu, kita mesti bertanggung jawab menjaga dan memelihara setiap entitas hidup agar kehidupan terus berkelanjutan,” terangnya.

SeIain itu, lanjutnya, ada kesadaran global, bahwa secara seluruh dunia sedang menghadapi kerusakan masif lingkungan hidup.

“Bencana ekologis dewasa ini persis menusuk jantung kehidupan. Rekayasa ilmu pengetahuan dan teknologi, alih-alih memajukan dunia, justru semakin merusak kehidupan. Kesadaran etis global ini telah menggerakan banyak pribadi dan kelompok untuk bertanggung jawab menyelamatkan dunia dari laju kerusakan masif lingkungan hidup. Kualitas hidup yang baik dengan segala prasyaratnya, tidak boleh berhenti pada generasi sekarang, tetapi harus diwariskan kepada generasi yang akan datang,” nilainya.

Selain dua kesadaran tersebut, Romo Kristo menekankan tentang adanya kesadaran spiritual.

“Bahwa di atas semuanya itu, agama-agama memiliki tanggung jawab besar atas keberlangsungan hidup. Allah telah memberi tugas dan tanggung jawab kepada manusia untuk merawat dan memelihara alam semesta ini agar tetap menjadi tempat yang layak bagi kehidupan. Agama-agama tidak boleh menyerahkan begitu saja alam semesta ini pada cara kerja ilmu pengetahuan dan teknologi. Justru sebaliknya, agama-agama memiliki peran dan tanggung jawab spiritual dan etis, bekerja secara serius menyelamatkan kehidupan,” tandasnya.

Romo Kristo menegaskan bahwa sebagai Pastor dari Ordo Fransiskan, dirinya mendapatkan amanat khusus dari Santo Fransiskus Asisi, Pelindung Ekologi untuk selalu peduli, berpihak pada mereka yang miskin dan terpinggirkan, termasuk alam ciptaaan.

“Spiritualitas Fransiskan mendorong setiap saudara dina agar terus bekerja keras menyelamatkan alam semesta, terus bergerak dan mengabdi lingkungan hidup. Kalpataru adalah sebuah tanggung jawab atas kehidupan dengan seluruh entitas hidup secara berkelanjutan,” ungkapnya.

Menurutnya, penghargaan Kalpataru juga merupakan sebuah ajakan sosial, agar semua orang yang mencintai kehidupan bergerak bersama, membangun koalisi ekologis.

“Bumi ini hanya bisa diselamatkan kalau semua orang memiliki kesadaran dan tanggung jawab etis yang sama. Kita mesti bisa bekerja sama menyelamatkan lingkungan hidup. Kalpataru ini saya persembahkan untuk Persaudaraan OFM Indonesia, umat Paroki Laktutus dan para aktivis lingkungan,” pungkas Romo.

--- Guche Montero

Komentar