Breaking News

INTERNASIONAL Terluka di Cartagena, Paus Fransiskus: Saya 'Ditinju', Tapi Baik-Baik Saja 11 Sep 2017 15:26

Article image
Wajah Paus Fransiskus setelah alami benturan di mobil kepausan di Cartagena. (Foto: dpa)
Dalam kunjungan itu Paus memberikan perhatian penuh bagi proses perdamaian dan upaya rekonsiliasi terkait konflik berkepanjangan antara pemerintah Kolombia dan kelompok milisi.

CARTAGENA, IndonesiaSatu.co  -- Paus Fransiskus mengalami insiden kecil yang kurang mengenakkan ketika berkunjung ke Cartagena, Kolombia, Minggu (10/9/2017) waktu setempat. Pemimpin umat Katolik sedunia itu kehilangan keseimbangan saat berdiri di atas mobil kepausan yang bergerak di tengah kerumunan di Cartagena. Ia terbentur di tiang mobil dan mengalami memar di pipi dan luka kecil di alis kirinya, tetapi tidak parah.

"Paus  berada dalam kondisi sehat. Ia hanya kehilangan keseimbangan, lalu terbentur dan mengalami memar dan luka gores di alis kirinya kelopak mata," jelas Greg Burke, juru bicara Vatikan, seperti dikutip dari Deutsche Presse Agentur/dpa, Senin (11/9/2017).

Sisi kiri wajah Paus menghantam tiang vertikal mobil kepausan. Sebagaimana lazimnya, mobil kepausan adalah sebuah kendaraan terbuka yang didesain secara khusus agar memungkinkan Paus berdiri untuk menyapa umat yang hadir dalam kunjungannya.

Beberapa tetes darah mengenai jubah putihnya. Bagian mata kirinya tampak memar dan bengkak, dan terluka.

Paus kemudian segera mendapat perawatan. Lukanya ditutup perban kecil sebelum ia melanjutkan acara yang telah dijadwalkan dalam kunjungan itu.

 “Saya ditinju, tapi saya baik-baik saja,” canda Paus Fransiskus kepada umat yang ditemuinya di wilayah miskin San Francisco.

Kunjungan ke Cartagena merupakan jadwal terakhir dalam lawatan lima hari Paus Fransiskus ke Kolombia.

Dalam kunjungan itu Paus memberikan perhatian dan apresiasi yang tinggi bagi keberhasilan proses perdamaian dan upaya rekonsiliasi setelah konflik berkepanjangan antara pemerintah Kolombia dan kelompok milisi. Konflik yang telah berlangsung selama 50 tahun itu telah menimbulkan korban jiwa sebanyak 220.000 orang dan menyebabkan sedikitnya 7,5 juta orang mengungsi.

 --- Rikard Mosa Dhae