Breaking News

BERITA TKI di Malaysia Terancam Kelaparan, PADMA Indonesia: Negara Jangan Tutup Mata 26 Apr 2020 19:14

Article image
Direktur PADMA Indonesia, Gabriel Goa. (Foto: Sepangindonesia.com)
"Jika mereka sedang terancam kelaparan, artinya ada kondisi darurat dari kebijakan Lockdown di negeri Jiran, Malaysia. Solidaritas kemanusiaan penting untuk menyelamatkan mereka. Negara jangan tutup mata," pinta Gabriel.

JAKARTA, IndonsiaSatu.co-- Lembaga Advokasi Hukum dan HAM, Pelayanan Advokasi untuk Keadilan dan Perdamaian (PADMA) Indonesia, turut menyuarakan nasib Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Malaysia yang kini tengah terancam kelaparan akibat penerapan Lockcdown oleh Pemerintah Malaysia.

Direktur PADMA Indonesia, Gabriel Goa, kepada media ini, Minggu (26/4/20) menyatakan turut prihatin dengan kondisi yang menimpa TKI yang disebutnya sebagai pahlawan devisa.

"Persoalan TKI seperti benang kusut yang sulit diselesaikan secara tuntas. Bagaimanapun, mereka adalah pahlawan devisa yang memiliki resiko bekerja di luar negeri karena berbagai tuntutan dan latar belakang. Mereka adalah sesama anak bangsa yang secara integral tidak dapat terpisah dari NKRI. Persoalan mereka adalah juga bagian dari kondisi bangsa ini," ungkap Gabriel.

Aktivis pejuang HAM yang konsen terhadap persoalan perdanganan manusia (human trafficking) dan Buruh Migran ini meminta agar negara tidak menutup mata terhadap nasib para TKI di luar negeri, terutama di Malaysia yang menjadi kantong terbesar TKI.

"Negara (pemerintah) jangan menutup mereka. Presiden Jokowi melalui Kemenlu dan kementerian atau lembaga terkait (BNP2TKI, BP2MI) dapat berkoordinasi dan menawarkan solusi konkrit kepada Pemerintah Malaysia guna mengatasi serta menyelamatkan nasib para TKI," harap Gabriel.

Pembina Kelompok Kerja Menentang Perdagangan Manusia (Pokja MPM) ini berharap agar di tengah prioritas pemerintah mengatasi pandemi Covid-19 di tanah air, ancaman keselamatan para TKI juga harus menjadi atensi yang segera disikapi.

"Jika mereka sedang terancam kelaparan, artinya ada kondisi darurat dari kebijakan Lockdown di negeri Jiran, Malaysia. Solidaritas kemanusiaan penting untuk menyelamatkan mereka. Negara jangan tutup mata," pinta Gabriel.

Sebelumnya, seperti diberitakan media ini, Nahdlatul Ulama (NU) Cabang Malaysia menyebut fakta miris terkait nasib jutaan TKI di Malaysia yang terancam kelaparan akibat kekurangan makanan.

Hal tersebut sebagai dampak dari penerapan Lockdown oleh Pemerintah Malaysia akibat pandemi Virus Corona (Covid-19) yang terjadi di negeri Jiran tersebut.

Ketua NU Cabang Malaysia, Mahfud Budiono yang juga TKI, menyebut saat ini terdapat 700 ribu buruh yang terdata di industri konstruksi. Namun, masih terdapat 1,5 juta buruh lainnya yang tidak memiliki dokumen resmi dan bekerja di Malaysia.

Mahfud menerangkan, para buruh migran bekerja untuk sektor industri, restoran, jasa bersih-bersih, dan lainnya.

"Semuanya sudah dirumahkan sejak lockdown berlangsung, dan diharapkan bisa berakhir Selasa depan. Namun masih ada kemungkinan diperpanjang. Mereka sudah menguras tabungan untuk sewa rumah dan kebutuhan pokok lainnya," ujar Mahfud.

Sementara sebanyak 400 ribu buruh bahkan terancam diusir dari kontrakannya karena tidak ada uang untuk bayar sewa, yang rata-rata sebulan senilai 1200 Ringgit Malaysia.

Ia mengatakan bahwa bersama dengan 20 NGO, NU Malaysia telah memberi bantuan makanan kepada para buruh dan tenaga kerja di kisaran Kuala Lumpur dan Selangor dengan jumlah yang terbatas.

Pemerintah Malaysia juga sudah menyumbang 1000 karung beras masing-masing 5 kilogram sejak 3 April kemarin, sementara pemerintah Indonesia sudah mengirimkan 100 ribu sembako kepada para pekerjanya.

Direktur Eksekutif NGO, Tenaganita Glorene Das menyebut, para TKI tidak hanya takut terhadap Covid-19, tetapi terutama mereka takut kelaparan karena tak punya penghasilan lagi.

Sedangkan juru bicara Kemenlu, Teuku Faizasyah mengatakan bahwa hingga saat ini sebanyak 62 ribu TKI sudah pulang ke Indonesia sejak Malaysia menerapkan lockdown parsial. 

--- Guche Montero

Komentar