Breaking News

AGAMA Ucapkan Selamat NATAL, Menag Yaqut Ajak Umat Kristiani jadi Pelopor Pemersatu Bangsa 25 Dec 2020 11:04

Article image
Menteri Agama RI, Yaqut Cholil Qoumas menyapa umat di GPIB Immanuel, Gereja Blenduk Kota Semarang usai Perayaan Natal. (Foto: Akun FB Y Yaqut Cholil Qoumas)
"Dalam suasana Natal ini hendaknya kita memahami makna kelahiran Yesus Kristus dengan merefleksikan melalui perbuatan kebaikan, kesederhanaan, perhatian terhadap kaum yang lemah dan cinta kasih bagi sesama," kata Gus Yaqut.

JAKARTA, IndonesiaSatu.co-- Menteri Agama (Menag) RI, Yaqut Cholil Qoumas, menyampaikan selamat Natal kepada segenap umat Kristiani yang tengah merayakan Natal.

Dalam ucapannya tersebut, Menteri Yaqut mengharapkan umat Kristiani menjadi pelopor pemersatu bangsa, menjadi garam dan terang dunia, dengan meneladani semangat hidup Yesus Kristus yang senantiasa memberi yang terbaik bagi umat manusia.

"Saya mengucapkan selamat Natal. Teriring doa, kiranya harapan dan sukacita Natal membangkitkan semangat dalam mewujudkan kehidupan yang damai serta harmoni di tengah kemajemukan kehidupan di Indonesia," ujar Yaqut, dalam tayangan Video yang dipublish, Kamis (24/12/2020).

Menteri yang disapa Gus Yaqut menjelaskan, Natal kali ini mengusung tema "Mereka akan menamakan Dia Immanuel."

Meskipun Natal tahun ini dirayakan dengan cara yang sederhana karena seluruh dunia sedang didera pandemi Covid-19, namun umat Kristiani meyakini Immanuel, yang artinya "Tuhan Beserta Kita", bahwa dalam suasana sulit penyertaan Tuhan yang Maha Kuasa memimpin dan menolong umat manusia melewati masa-masa sulit.

Kebajikan Hidup

Suasana Natal sebagaimana yang dirasakan umat Kristiani saat ini, lanjut Menag, merupakan suasana damai dan penuh kerukunan, yang sesungguhnya menjadi cita-cita kita untuk mewujudkan tata dunia yang damai, adil, dan harmonis, dunia yang terbebas dari kekerasan, penindasan, dan peperangan.

"Dalam situasi seperti itu, umat manusia hidup penuh persaudaraan, saling mencintai, dan berbuat kebajikan demi kebahagiaan umat manusia. Inilah cita-cita kemanusiaan yang hakiki yang harus dihadirkan dalam merayakan Natal," ajaknya.

Menteri melanjutkan bahwa sebagai bangsa yang majemuk, tidak ada cara lain menghadapi kemajemukan itu kecuali membangun kebersamaan, saling hormat dan menghargai perbedaan.

"Kemajemukan bangsa perlu disikapi dengan penuh rasa syukur. Keragaman yang kita miliki selayaknya kita terima sebagai anugerah dari Tuhan. Pada akhirnya kemajemukan akan mengantar agama untuk kembali pada panggilan dasarnya yakni memperjuangkan damai sejahtera agar bumi ini menjadi tempat yang layak dihuni bersama. Dan tentu harus dijaga dan diselamatkan bersama," katanya.

Umat Kristiani jadi Pelopor Pemersatu Bangsa

Menteri Gus Yaqut juga mengatakan bahwa peringatan Natal pada hakikatnya adalah momentum bagi seluruh umat Kristiani untuk meningkatkan kesadaran bahwa anugerah keselamatan telah Tuhan berikan bagi umat manusia.

"Dalam suasana Natal ini hendaknya kita memahami makna kelahiran Yesus Kristus dengan merefleksikan melalui perbuatan kebaikan, kesederhanaan, perhatian terhadap kaum yang lemah dan cinta kasih bagi sesama," kata Gus Yaqut.

Selain itu, lanjutnya, Natal hakikatnya sarana untuk meningkatkan kualitas hidup beragama, sehigga diharapkan meningkat pula pengabdian pada bangsa dan negara untuk senantiasa memberi yang terbaik yang kita mampu berikan, sebagaimana teladan Yesus Kristus yang selalu memberi yang terbaik kepada umat manusia.

Kepada tokoh agama dan umat Kristiani, Menag berharap agar dapat menjadi pelopor pemersatu bangsa serta menjadi mitra pemerintah dalam menyelesaikan berbagai permasalahan termasuk di dalamnya mendukung lewat doa dan partisipasi aktif mendukung tiap kebijakan pemerintah demi mewujudkan Indonesia yang lebih baik.

Menurut Menteri, moderasi beragama perlu terus diupayakan dengan memperkuat konsepsi dalam bentuk etika bersama dalam mewujudkan kerukunan internal dan anta-rumat beragama.

"Kepada seluruh pemimpin umat beragama, diharapkan untuk perlu membangun harmoni sosial dan persatuan nasional. Caranya, mendorong dan mengarahkan umat beragama untuk hidup rukun dalam bingkai teologi yang mengajarkan kebersamaan dan sikap toleransi. Akhirnya, saya berharap umat Kristiani untuk dapat merefleksikan kasih Tuhan dalam hidup sehari-hari, dengan menjadi garam dan terang dunia, senantiasa membawa damai sejahtera, serta membangun semangat kebersamaan dan toleransi di antara pemeluk agama yang berbeda," pungkasnya.

--- Guche Montero

Komentar